PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Kementerian Riset dan Keilmuan bersama Divisi Pemberdayaan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (HMPS PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menyelenggarakan kegiatan Diskusi Mahasiswa bertema “Peran dan Strategi Mahasiswa dalam Meningkatkan Budaya Literasi.” Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya memperkuat ekosistem literasi di lingkungan kampus dan membangun kesadaran kritis mahasiswa terhadap pentingnya literasi di era digital.
Acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus organisasi mahasiswa FAI, mahasiswa dari berbagai program studi, serta pemateri utama Arif Maulana, S.Pd., alumni Fakultas Agama Islam UMP yang aktif dalam gerakan literasi dan pengembangan komunitas akademik.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Ketua HMPS PAI UMP, Yanuar Rizki Arif Saputra, yang menegaskan pentingnya literasi sebagai pilar kemajuan intelektual mahasiswa.
“Literasi adalah fondasi peradaban. Bagi kami, mahasiswa, literasi bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan senjata untuk membedah realitas, menganalisis persoalan, dan merancang langkah perubahan. Suara mahasiswa harus hadir bukan sebagai gema, tetapi sebagai solusi yang berbasis ilmu dan nalar kritis,” ujarnya. Ia berharap kegiatan ini menjadi pemantik kolaborasi dan lahirnya strategi nyata dalam meningkatkan literasi kampus.
Presiden BEM FAI UMP, Aisyah Muhana Muthi, juga menyampaikan pesan dan harapan agar kegiatan ini dapat menumbuhkan kebiasaan literasi yang berkelanjutan di kalangan mahasiswa.
“Kegiatan Diskusi Riset hari ini mengingatkan kita bahwa budaya literasi tidak boleh berhenti pada membaca sekilas atau mencari jawaban instan. Jadikan literasi sebagai kebiasaan, bukan kewajiban. Jadikan riset sebagai cara memahami realitas, bukan hanya syarat tugas. Perubahan literasi lahir dari gerakan kolektif,” tuturnya.
Materi inti disampaikan oleh Arif Maulana, S.Pd., yang memberikan perspektif kritis mengenai peran mahasiswa dalam membangun budaya literasi yang berkelanjutan.
“Saya mengapresiasi antusiasme para mahasiswa dalam diskusi ini. Budaya literasi tidak lahir dari kewajiban membaca, tetapi dari kesadaran bahwa membaca, menulis, dan berdiskusi adalah jalan memperluas cara pandang terhadap ilmu dan kehidupan. Ketika mahasiswa mampu menghidupkan budaya literasi di kelas, organisasi, maupun aktivitas keseharian, maka mereka sesungguhnya sedang membangun peradaban yang lebih baik,” ungkapnya.
Arif juga menekankan perlunya menghadirkan ruang diskusi, komunitas belajar, pendampingan literasi, hingga mentoring akademik sebagai langkah strategis penguatan literasi mahasiswa. Kolaborasi lintas lembaga internal maupun eksternal dianggap penting untuk membentuk ekosistem literasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam kesempatan terpisah, Dr. Rina Puspita, pakar literasi media, mengingatkan bahwa literasi digital menjadi aspek vital yang tidak boleh diabaikan mahasiswa pada era 4.0. Ia menekankan pentingnya kemampuan memahami konteks informasi, mengenali bias, serta membedakan fakta dan opini agar tidak terjebak dalam penyebaran informasi palsu. Program seperti Tular Nalar, menurutnya, efektif dalam memperkuat cara berpikir kritis mahasiswa.
Diskusi berlangsung secara interaktif dengan tingginya partisipasi dari mahasiswa melalui pertanyaan dan pandangan kritis. Antusiasme peserta menunjukkan meningkatnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya literasi sebagai bekal menghadapi tantangan akademik maupun sosial.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, BEM FAI UMP dan HMPS PAI UMP menegaskan komitmennya untuk terus mendorong gerakan literasi kampus serta memperkuat budaya akademik yang kritis, kolaboratif, dan berwawasan luas. (Ilyas/Diko)


