BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Muhammadiyah Bandung Isya Siti Aisyatul Mahmudah Bz MPd menyatakan bahwa secara medis anak usia dini sudah siap berpuasa pada usia tujuh tahun.
”Namun, kita sebagai orang tua sejatinya harus mulai mengenalkan dan menyiapkan anak untuk berpuasa sebelum usia tujuh tahun, misalnya sejak usia tiga, empat, lima, atau enam tahun,” ujar Isya seperti dikutip dari Tausiah Ramadan di kanal YouTube UM Bandung pada Rabu (19/03/2025).
Menurut Isya, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengenalkan dan mengajarkan puasa kepada anak usia dini. Metode pertama adalah melibatkan anak dalam berbagai aktivitas selama bulan Ramadan, seperti menyiapkan makanan untuk sahur dan berbuka, mengikuti salat tarawih, dan tadarus Al-Quran.
Metode kedua adalah memberikan teladan yang baik kepada anak. ”Seperti dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa didiklah anak-anak dengan contoh yang baik karena mereka akan mencontoh orang tua mereka,” jelas Isya.
Metode ketiga adalah mengadakan berbagai kegiatan kreatif dan menyenangkan selama Ramadan. Salah satu contohnya adalah fun science Ramadan. Misalnya orang tua di rumah dapat mengenalkan berbagai konsep ilmiah yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran melalui eksperimen sederhana.
Sebagai contoh, anak dapat diajak mengeksplorasi fenomena seperti pertemuan dua air laut yang tidak menyatu, api di dasar laut, garis edar tata surya, hingga terbentuknya air hujan. Dengan cara ini, anak akan lebih mudah memahami isi Al-Quran secara menarik dan menyenangkan.
Metode keempat adalah memberikan apresiasi kepada anak atas usaha mereka dalam berpuasa. ”Jika anak mampu berpuasa hingga Magrib, berikan pujian, seperti ’Wah, kamu hebat sudah bisa berpuasa sampai Magrib. Besok kita coba lagi, ya!’” kata Isya.
Namun, apresiasi tidak hanya diberikan kepada anak yang berhasil puasa penuh. ”Anak yang baru mampu puasa beberapa jam juga harus diapresiasi agar tetap semangat mencoba di hari berikutnya,” tandas Isya. Selain itu, motivasi dari orang tua sangat penting agar anak tidak merasa tertekan dan tetap menikmati proses belajar berpuasa dengan penuh keceriaan.***(FA)