TAIPEI, Suara Muhammadiyah - Dosen Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Dosen Program Stud (Prodi) International Program of Accounting (IPACC) UMY melakukan pengabdian terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Taiwan dalam meningkatkan pengelolaan keuangan para PMI.
Linda Kusumastuti Wardana, S.Pd., M.Sc mengemukakan jalannya pengabdian ini bertujuan untuk memberdayakan dan melakukan pendampingan para PMI yang berada di Taiwan terkait pengelolaan gaji dari pekerjaan yang mereka lakukan. “Pengabdian ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian kami terhadap PMI mengenai pengelolaan uang yang mereka dapatkan. Karena banyak yang tidak bisa mengelola dengan baik, akhirnya tidak punya simpanan masa depan,” tutur Linda saat dihubungi pada Kamis (28/3).
Menurutnya para PMI di Taiwan harus diberi pendampingan terkait literasi permasalahan PMI yang mencakup literasi cara mengatur uang, upaya saving money, alokasi investasi bahkan konsumsi sehari-hari. Pengabdian di tingkat internasional ini juga melibatkan dua dosen program vokasi UMY Nur Hudha Wijaya, S.T., M.Eng, Andika Wisnujati., S.T., M.Eng., P.h.D. dan satu dosen IPACC UMY Fitri Wahyuni, S.E., M.Sc.
Inisiasi pengabdian internasional ini merupakan fokus UMY dalam meningkatkan internasioanalisasi dosen maupun mahasiswa. Pengabdian ini berlangsung selama dua hari pada Sabtu dan Minggu (16-17/3) berlokasi di dua tempat berbeda, Mushola Asia University Taichung dan Majid Taichung, Taiwan. Jalannya pengabdian ini bekerja sama dengan Ikatan Muslim Indonesia Taiwan, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan, Pimpinan Cabang Luar Negeri (PCLN) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Taiwan dan Forum Mahasiswa Muslim Indonesia Taiwan (Formmit) sekaligus Asia University sebagai mitra kolaborator pada pengabdian tersebut.
Tantangan yang Linda rasakan selama pengabdian berlangsung yakni masalah koordinasi dengan para PMI dan kolaborator Asia University terkait teknis dan bahasa, tetapi Linda juga langsung memberi solusi pada permaslahan tersebut. “Masalah koordinasi, dengan kolaborasi internasional ada beberapa kendala dari segi komunikasi, koordinasi, teknis, bagaimana bahasa yang digunakan untuk cara menjelaskan PMI. Ada beberapa PMI yang takut ketika diminta mengisi kuisioner survey jadi kami harus ada effort untuk menjelaskan. Solusinya kami membuat dua kuisioner dengan bahasa Indonesia dan Inggris,” ungkap Linda.
Linda berharap dengan diadakannya pengabdian internasional ini bisa memberikan manfaat dan meningkatkan pentingnya pengelolaan keuangan serta softskill ketika PMI sudah kembali ke Indonesia dan meningkatkan skala ekonomi diri. “semoga apa yang kami sampaikan dan kami dampingi di sana setidaknya bermanfaat bagi PMI di Taiwan. Sebab meningkatkan pengelolaan keuangan dan softskill mereka ketika pulang ke Indonesia itu penting supaya bisa meningkatkan kualitas ekonomi diri,” harap Linda. (Ndrex).