MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Tangis haru dan tawa bahagia berpadu di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Sebanyak 50 santri dari empat pesantren Muhammadiyah di Sulawesi Selatan resmi diwisuda sebagai hafizh dan hafizhah setelah menuntaskan hafalan 30 juz Al-Qur’an dalam tempo dua bulan.
Mereka berasal dari Pesantren Muhammadiyah Gombara, Punnia, Cece, dan Tolada. Dalam perbedaan asal, mereka disatukan oleh semangat cinta Al-Qur’an dan komitmen kuat untuk menjaga Kalamullah. Tak sedikit hadirin yang menitikkan air mata saat para santri satu per satu maju menerima sertifikat, dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an mengiringi prosesi penuh khidmat.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof. K.H. Ambo Asse, menyampaikan pesan mendalam. “Wisuda ini bukan sekadar menghafal, tapi tentang perjuangan, karakter, dan ketekunan. Ini adalah kemenangan batin yang diraih dengan cucuran keringat dan doa,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Cerita di balik capaian para santri pun menginspirasi. Ada yang harus begadang hingga larut malam, ada yang mengulang hafalan sambil menangis, dan ada pula yang nyaris menyerah. Namun berkat bimbingan intensif, suasana pesantren yang kondusif, serta dorongan dari para ustaz dan orang tua, mereka berhasil menuntaskan hafalan dengan kualitas yang membanggakan.
Menurut Sekretaris LP2M PWM Sulsel, Dr. Muh. Ali Bakri, jumlah santri yang menuntaskan hafalan 30 juz meningkat signifikan dibanding angkatan pertama. Hal ini menjadikan program Daurah Tahfidz sebagai ikon baru dalam pengembangan pendidikan Al-Qur’an Muhammadiyah.
Angkatan ketiga Daurah Tahfidz dijadwalkan dimulai pada 5 Juli 2025. Antusiasme sudah terasa sejak sekarang. Ratusan calon peserta dari berbagai daerah mulai mendaftarkan diri—berharap menjadi bagian dari generasi penjaga Al-Qur’an yang lahir dari tanah Sulawesi Selatan.