Empat Argumen Kuat yang Menunjukkan Adanya Tuhan

Publish

24 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
41
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Empat Argumen Kuat yang Menunjukkan Adanya Tuhan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Bagaimana kita tahu Tuhan itu ada? Pertanyaan ini seringkali menjadi inti dari perdebatan. Sebagian dari kita meyakini bahwa kehadiran Tuhan sudah menjadi bagian dari fitrah manusia. Kita tak membutuhkan bukti rumit atau argumen panjang untuk meyakininya; kita hanya merasakannya. Seolah-olah, Tuhan menciptakan kita dengan perasaan bahwa Dia ada.

Namun, tidak semua orang memiliki keyakinan yang sama. Beberapa kelompok ateis dan mereka yang ragu mungkin menantang kita, "Tunjukkan alasan kuat mengapa kami harus percaya. Buktikan bahwa Tuhan itu nyata." Memang, kita tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan dengan cara yang sama seperti membuktikan bahwa saya sedang duduk di kursi ini. Namun, kita bisa menggunakan penalaran yang logis dan masuk akal untuk menunjukkan bahwa, ya, secara rasional, keberadaan Tuhan itu sangat mungkin.

Salah satu argumen terkuat adalah prinsip sebab-akibat. Seluruh alam semesta—dunia yang kita lihat dan rasakan—pasti memiliki permulaan atau pencipta. Jika seseorang berargumen bahwa pencipta itu pun pasti memiliki pencipta lain, kita bisa ikuti alur pemikirannya. Rantai pencipta-pencipta ini tidak akan pernah berakhir, kecuali jika kita sampai pada satu titik: Pencipta yang tidak diciptakan.

Pencipta pertama ini, yang menjadi sebab dari semua sebab, adalah satu-satunya entitas yang memungkinkan seluruh rantai penciptaan ini terjadi dan menciptakan dunia kita. Dalam logika, entitas inilah yang kita sebut Tuhan. Jadi, secara logis dan rasional, harus ada "Sebab Pertama" yang menjadi titik awal dari segalanya.

Mari kita ajukan argumen kedua: segala sesuatu di alam semesta ini dirancang. Coba perhatikan desain yang luar biasa di sekitar kita. Beberapa ahli biologi mungkin berpendapat bahwa desain ini hanyalah hasil dari evolusi—perubahan bertahap yang membuat segalanya terlihat seperti dirancang, tetapi sebenarnya tidak. Mereka menyebutnya sebagai proses yang "buta."

Namun, kita sekarang tahu ada hal-hal yang lebih mendasar. Pada tingkat paling fundamental, alam semesta kita diatur oleh konstanta-konstanta fisika, seperti gravitasi, yang ukurannya sangat presisi. Jika gravitasi sedikit saja lebih kuat, alam semesta akan runtuh sebelum sempat membentuk galaksi, bintang, atau planet. Sebaliknya, jika sedikit saja lebih lemah, alam semesta akan terus mengembang dan memudar, sehingga tidak ada bintang atau planet yang bisa terbentuk. Dalam kedua kasus itu, kita tidak akan pernah ada.

Fakta bahwa gravitasi memiliki kekuatan yang tepat seperti sekarang seolah menunjukkan ada seorang "matematikawan agung" yang menghitungnya secara akurat sejak awal. Kita ada di sini justru karena presisi itu. Ini adalah argumen kuat kedua untuk keberadaan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Pencipta Pertama—yang menjadi penyebab segala sesuatu—juga pasti seorang Perancang yang Agung. Dua peran ini—Pencipta dan Perancang—tidak perlu menjadi dua entitas berbeda; satu saja sudah cukup untuk menjalankan keduanya.

Argumen ketiga untuk keberadaan Tuhan bersumber dari dalam diri kita: akal budi moral kita. Kita semua memiliki naluri untuk membedakan yang benar dari yang salah, kebaikan dari kejahatan. Perasaan ini lebih dari sekadar "baik untuk bisnis" atau "baik untuk bertahan hidup." Ada hal-hal yang kita tahu secara naluriah itu murni baik atau murni jahat.

Mengapa kita memiliki dorongan untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika itu merugikan kita secara pribadi, mengancam keselamatan, atau menyebabkan kerugian? Pikirkan tentang seseorang yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain. Tindakan seperti ini bertentangan dengan prinsip "survival of the fittest" yang dianut evolusi. Logika evolusi seharusnya memprogram kita untuk memprioritaskan kelangsungan hidup diri sendiri.

Namun, kita melihat tindakan heroik seperti itu di mana orang yang lebih kuat melindungi yang lebih lemah. Dari mana datangnya dorongan untuk berkorban dan berbuat baik? Banyak yang berpendapat bahwa perasaan ini tidak datang dari evolusi, melainkan dari Tuhan. Dia adalah sumber segala kebaikan, dan Dia menanamkan naluri moral ini ke dalam diri kita. Hati nurani kita adalah bukti nyata bahwa kita dirancang untuk menjadi makhluk yang baik dan berbelas kasih.

Jadi, kita telah menguraikan tiga argumen yang kuat. Pertama, keberadaan alam semesta ini menuntut adanya Pencipta atau Sebab Pertama. Kedua, desain yang presisi dan menakjubkan di alam semesta menunjukkan bahwa Pencipta ini juga seorang Perancang yang Agung. Ketiga, hati nurani kita—kemampuan untuk membedakan kebaikan murni dari kejahatan—adalah bukti bahwa Perancang itu juga melengkapi kita dengan akal budi moral.

Namun, ada argumen keempat yang tak kalah penting: Al-Qur'an itu sendiri adalah bukti nyata keberadaan Tuhan. Al-Qur'an bukanlah sekadar buku yang ditulis oleh manusia. Kami akan menunjukkan nanti bahwa sifatnya yang luar biasa—yang mustahil dibuat oleh manusia yang hidup 1400 tahun lalu—menjadikannya wahyu dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika Al-Qur'an adalah firman Tuhan, maka Tuhan itu pasti ada. Dengan demikian, kita memiliki empat alasan kuat untuk meyakini keberadaan Tuhan: Dia adalah Sebab Pertama, Perancang Agung, Sumber Moralitas, dan Pewahyu Al-Qur'an.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Hadlarah

Penyebab Orang Keluar dari Islam Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas....

Suara Muhammadiyah

18 March 2024

Hadlarah

Oleh: Azizah Herawati, SAg, MSI Anggota Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Jih....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Hadlarah

Model dalam Pemberdayaan Perempuan Judul               : Pengelo....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Hadlarah

Oleh: M. Husnaini Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Kitab Masalah Lima, ....

Suara Muhammadiyah

29 February 2024

Hadlarah

Oleh: Nur Fajri Romadhon, Mahasiswa Fakultas Hukum UI dan Kader Muhammadiyah Hari-hari ini banyak w....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah