Kendalikan Jiwa Konsumtif di Bulan Ramadhan
Oleh: Deny Ana I'tikafia,SP,MM, Wakil ketua PDA Jepara
Tidak terasa kita telah memasuki penghujung Ramadhan 1445 H.Banyak yang harus di muhasabahkan untuk menuju jiwa kembali fitri pasca ramadhan. Diantaranya adalah jiwa konsumtif di setiap diri, yang sulit terbendungkan.Manakala melihat berbagai kebutuhan duniawi yang beraneka ragam.Seakan menari-nari di kelopak mata untuk dimiliki.
Saat ini dunia perbisnisan sebetulnya tidak sedang baik-baik saja. Persaingan bisnis yang ketat, apabila tidak begitu lihai fokus menggelutinya, bisa saja bisnis itu gulung tikar dengan cepatnya.Tergilas larut ditelan perkembangan jaman yang selalu dinamis.
Lantas harus bagaimana menyikapinya? Apakah harus memenuhi kebutuhan yang tidak berujung pangkal itu? Yang semakin dituruti, tidak akan ada habisnya?
Tidak semua orang bisa mengelola kebutuhan dengan baik, memilah dan memilih, sebelum menentukan apakah harus dipenuhi atau tidak? Teliti sebelum membeli, harus terus dipertimbangkan, apakah kebutuhan itu bersifat primer, sekunder, atau tersier?
Menyikapi kebutuhan yang semakin hari perkembangannya selalu bertambah marak untuk menjadi pilihan, harus kembali dipertimbangkan. Tidak semua kebutuhan harus dipenuhi dan dihabiskan demi memenuhi kebutuhan di hari lebaran. Masih banyak kebutuhan pasca ramadhan yang harus juga diperhitungkan.
Terkait umur tua muda, pria maupun wanita, semua harus bisa mengendalikan jiwa konsumtif berlebihan. Kebutuhan pendidikan putra putri titipan Allah SWT yang masih menjadi kewajiban sebagai orang tua, ibarat memberikan kail lebih baik daripada memberikan ikan yang sewaktu-waktu habis untuk di konsumsi.
Mempedomani QS Al A'raf Ayat 31, Wahai anak cucu Adam, Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan.Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan" bahwa Allah tidak suka kita berlebih-lebihan dalam bertindak, patut kita ingat, untuk menyelamatkan jiwa konsumtif yang tidak bisa terbendung dalam memenuhi kebutuhan merayakan idul fitri yang tidak ada batasnya.
Menerjemahkan fastabiqul khairat perlu pula dibatasi oleh diri sendiri, mengutamakan kebutuhan yang lebih primer adalah pilihan yang mau tidak mau menjadi pilihan utama.
Bersodaqah, mengingat pada sanak saudara yang masih kekurangan, tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah yang selalu menengadah mengharap belas kasih orang lain.
Waktu semakin melaju, idul fitri telah diambang pintu, ramadhan 1445 H akan segera meninggalkan kita semua. Semoga Allah SWT masih mempertemukan ramadhan berikutnya, denfan tetap memiliki jiwa qonaah, lebih berprinsip, membuat skala prioritas, dapat lebih mengutamakan kebutuhan yang lebih penting.
Juga selalu berpegang teguh, mengingat akan ajaran Allah SWT bahwa memenuhi keperluan apa yang kita butuhkan, bukan hanya memenuhi jiwa konsumtif yaitu apa yang diinginkan, harus diwujudkan.