Endhek Wiwitan Duwur Wekasane: Sebuah Nilai Wejangan dari Seorang Ayah kepada Sang Anaknya

Publish

5 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
51
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Endhek Wiwitan Duwur Wekasane: Sebuah Nilai Wejangan dari Seorang Ayah kepada Sang Anaknya

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon, Pedan, Klaten

“Ketika kita mengetahui serta mengenal seorang tokoh yang menjadi inspirasi dan mendapatkan tempat tersendiri serta kecukupan dalam hidupnya, itu semuanya tidak tiba-tiba, tetapi butuh perjalanan yang panjang dan penuh berliku.”

Di waktu senja penulis (Gus Zul) bersama sang istri beserta sang anak laki-lakinya berkesempatan makan sore di luar rumah. Setelah memesan menu makanan, kami bertiga ngobrol sambil menunggu pesanan datang. Penulis (Gus Zul) membuka sebuah percakapan dengan sang anak.

Penulis (Gus Zul): Gimana Mas? Ngaji di masjid masih tetap Mas?
Sang Anak: Masih Bi.
Penulis (Gus Zul): Begini Mas, pilihan kamu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan apa masih tetap semula di SMK N Mas?
Sang Anak: Masih Bi!
Penulis (Gus Zul): Oh begitu Mas! Baiklah kalau begitu, tapi Abi pesan untuk kamu Mas agar keinginan terkabul dan tercapai maka itu semuanya perlu proses yang harus kamu lalui Mas, karena sekarang lebih ketat, beda dibandingkan sewaktu Abi masuk dulu Mas!

Penulis (Gus Zul): Maka kamu harus belajar agar nilai memenuhi standar yang telah ditentukan Mas. Maka kamu harus rajin belajar, karena semuanya itu tidak langsung tiba-tiba. Jadi, itu perlu proses.

Narasi sebuah judul di atas serta penggalan sebuah diskusi antara seorang ayah dengan sang anak tersebut memberikan sebuah gambaran bagaimana untuk mencapai puncak kesuksesan harus melalui proses atau tahapan. Tidak bisa dipungkiri bahwa tata kelola kehidupan umat manusia memerlukan sebuah regulasi yang harus dilaluinya.

Bagaimana Tuhan menciptakan alam ini, yaitu langit, bumi, gunung, laut, manusia, hewan, binatang, tumbuh-tumbuhan, itu semuanya perlu proses yang panjang yang memberikan gambaran akan hikmah di balik semuanya.

Kalau kita bicara kehidupan manusia di dunia, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa, ketika Nabi Adam tidak mengindahkan peringatan dari Allah, yaitu memakan buah khuldi, maka Nabi Adam diturunkan ke muka bumi yang sebelumnya tinggal di surga. Selain itu, juga banyak ibrah dari peristiwa Nabi Ayub, Nabi Dawud, Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad yang mulai kecilnya sudah yatim, menginjak remaja sampai dewasa, dan bahkan setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul banyak jalan yang harus ditempuh dengan lika-liku—mulai dicemooh kaum kafir Quraisy, diusir serta ujian lainnya sehingga harus mengambil sikap untuk hijrah. Akan tetapi dari buah perjuangan dengan ketekunan, keteguhan serta man jadda wa jada itulah kita sekarang mengetahui hasil dari apa yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad.

Atau jika kita menelisik perjuangan bangsa serta tokoh ulama di awal abad 19–20, banyak tokoh yang muncul dengan cahaya apa yang telah diperlihatkan. Seperti KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, Bung Karno, Bung Hatta, serta tokoh pejuang kemerdekaan lainnya (KH Hasyim Asy’ari, Agus Salim, Juanda, Sudirman, Fatmawati, Siti Walidah) dan lain sebagainya. Beliau-beliau ini harus melakukan sebuah tekad, usaha, ikhtiar serta bertawakal pada Allah dengan keseimbangan.

Karena apa yang kita kerjakan dengan ketekunan itulah yang akan membuat kita mendapatkan hasil maksimal. Akan tetapi jika kita tidak bersungguh-sungguh, maka kita tidak akan mendapatkan apa yang menjadi ekspektasi (harapan) kita.

Dalam filosofi Jawa menggunakan bahasa filosofi PACUL, yaitu alat untuk membajak tanah, memiliki empat dimensi nilai:

Doran atau gagang pacul yang bermakna doa atau memohon marang Pangeran (Allah), karena Allah lah yang berkuasa.

Bawak, yang bermakna obahé awak—jadi setelah berdoa memohon pada Allah, maka untuk dimudahkan urusan kita harus melakukan aktivitas baik sebagai pejabat, karyawan, pelajar, mahasiswa, sesuai kapasitas masing-masing.

Tanding, yaitu bentuk lubang di bagian belakang lempengan besi untuk mengait antara doran dengan lempengan besi. Hal ini bermakna bahwa otak, pikiran, tenaga kita diadu atau tanding dengan apa yang kita kerjakan sesuai bidang kita.

Lempengan besi tajam, bermakna bahwa dalam kehidupan kita harus tajam pemikiran dalam melihat situasi dan kondisi, karena hal itu akan mempengaruhi kita dalam mengambil langkah sehingga pekerjaan kita mendapatkan hasil yang memuaskan.

Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 105:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Bekerjalah! Maka Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada Zat yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.’” (QS. At-Taubah: 105)

Tadabburi ayat di atas bahwa kita sebagai insan di muka bumi diperintahkan untuk bekerja sesuai kapasitas dan keahlian kita dengan sebaik-baiknya. Dengan proses itulah nanti akan membentuk dan membuahkan hasil baik untuk kebahagiaan materi maupun, lebih-lebih, kebahagiaan batin.

Apa yang kita lakukan dengan mengikuti alur regulasi baik secara spiritual, intelektual, maupun emosional maka itu akan menjadi ladang amal kita sebagai warisan yang sangat berharga. Dan dari sebuah perjalanan itu nanti pasti akan mengalami dua dimensi, baik secara fisik maupun metafisika, yaitu terjadinya energi yang menyatu akan kuasa Tuhan dengan energi alam ini.

Semoga kita senantiasa dalam hidup ini mampu untuk menggapai sebuah hasil untuk kemuliaan (duwur wekasane), walaupun harus deraian air mata, bercucuran keringat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Memetik Pesan Buya Syafii Maarif dalam Membumikan Islam Oleh: Khaerul Majdi, Mahasiswa Institut Aga....

Suara Muhammadiyah

30 August 2024

Wawasan

Refleksi Puasa untuk Kualitas Diri yang Mencerahkan Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

28 February 2025

Wawasan

Anak Saleh (18) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

21 November 2024

Wawasan

Praktik Baik Universitas Muhammadiyah Kupang Bina Desa Berkemajuan Oleh: Uslan, Ph.D, Ketua Prodi S....

Suara Muhammadiyah

10 December 2023

Wawasan

Membangun Kader Muhammadiyah yang Berintegritas Melalui Disiplin Pikiran: Urgensi dan Strategi Ole....

Suara Muhammadiyah

21 August 2025