Fisika dan Ayat-ayat Al-Qur'an

Publish

13 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
225
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Panitia Ramadhan di Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar Kajian Menjelang Berbuka ke-12 di Masjid Islamic Center UAD pada Rabu (12/3). Ariati Dina Puspitasari, M.Pd. yang merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah sekaligus Dosen Prodi Pendidikan Fisika UAD, diundang sebagai pemateri. Kajian ini mengangkat tema menarik, yaitu "Fisika dan Ayat-ayat Al-Qur’an".

Dalam pembukaannya, Ariati menekankan bahwa fisika bukan sekadar ilmu yang berisi rumus-rumus kompleks, tetapi juga ilmu yang erat kaitannya dengan fenomena alam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Ia mengajak para jamaah untuk merefleksikan nikmat Allah yang seringkali tidak disadari, seperti oksigen yang kita hirup setiap hari tanpa biaya. "Sering kali kita tidak menyadari bahwa udara yang kita hirup ini adalah salah satu bukti kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya," ujarnya.

Ariati juga menjelaskan bahwa fisika mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari partikel terkecil seperti atom yang tidak tampak oleh mata hingga fenomena besar seperti alam semesta. Ia menegaskan bahwa ilmu fisika memiliki tiga hakikat utama. Pertama, fisika sebagai produk, yaitu ilmu yang merupakan hasil dari penelitian dan pemikiran ilmuwan, seperti teori relativitas Einstein, hukum gravitasi Newton, dan konsep energi. Kedua, fisika sebagai proses, yang berkembang melalui penelitian dan observasi.  Ketiga, fisika sebagai sikap ilmiah, yang menuntut ilmuwan untuk memiliki rasa ingin tahu, kritis, objektif, serta tidak mudah menyerah. Sikap ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk membaca, meneliti, dan memahami ciptaan Allah, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Alaq ayat 1. "Iqra! Bacalah! Itulah perintah pertama dalam Al-Qur'an yang menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan," katanya dengan penuh semangat.

Salah satu contoh keterkaitan fisika dan ayat-ayat Al-Qur’an yang diangkat dalam kajian ini adalah tentang siklus hujan. Ariati mengutip QS. Al-Hijr ayat 22 dan QS. Ar-Rum ayat 48, yang menjelaskan bagaimana angin memainkan peran dalam membawa awan dan menurunkan hujan. Dari sudut pandang fisika, hujan terjadi melalui beberapa tahapan. Air dari laut dan danau menguap karena panas matahari melalui proses evaporasi. Uap air tersebut kemudian naik ke atmosfer dan membentuk awan. Awan yang semakin besar dan berat akan menurunkan hujan, yang kemudian kembali ke bumi, mengalir melalui sungai, atau meresap ke dalam tanah sebagai cadangan air tanah.

Dalam kesempatan ini, Ariati juga menekankan bahwa tidak semua awan menghasilkan hujan. Beberapa uap air yang terlalu kecil ukurannya akan menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi. Fenomena ini sering kali dikenal dalam masyarakat dengan istilah "mendung tak berarti hujan". "Mungkin kita sering mendengar istilah ‘mendung tak berarti hujan.’ Itu adalah fenomena fisika yang sesuai dengan konsep kondensasi dan presipitasi dalam meteorologi," jelasnya.

Ariati menguraikan fenomena alam yang telah disebutkan dalam Surat An-Nur ayat 43, khususnya mengenai hujan es dan kaitannya dengan proses Bergeron dalam ilmu fisika. Dalam pemaparannya, Ia menjelaskan bahwa proses hujan es terjadi ketika uap air yang berada di awan mencapai ketinggian antara 7 hingga 10 km dari permukaan tanah. “Pada ketinggian tersebut, suhu dapat mencapai -40 derajat Celsius. Akibatnya, uap air lebih mudah bergabung dengan kristal es dibandingkan dengan mengembun menjadi air,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa awan yang bertindih-tindih, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, merupakan gambaran dari pergerakan angin kencang yang membawa partikel es naik turun. “Ketika kristal es ini cukup besar, Ia akan jatuh ke bumi sebagai hujan es. Jadi, fenomena ini tidak hanya disebutkan dalam kitab suci tetapi juga dapat dijelaskan secara ilmiah,” lanjutnya.

Namun, hujan tidak selalu membawa kesejukan dan berkah. Ariati membahas mengenai hujan asam, fenomena berbahaya yang juga relevan dengan Surat Al-Waqi’ah ayat 70. “Hujan asam terjadi akibat kandungan SO₂ (sulfur dioksida) dan NO₂ (nitrogen dioksida) yang berasal dari letusan gunung berapi atau polusi industri. Gas-gas ini bereaksi dengan uap air di atmosfer dan membentuk asam sulfat (H₂SO₄) serta asam nitrat (HNO₃), yang kemudian jatuh bersama hujan,” jelasnya dengan penuh semangat.

Ariati memperingatkan bahwa hujan asam dapat menjadi malapetaka bagi lingkungan. “Jika terkena tumbuhan, hujan ini bisa menyebabkan kekeringan atau kematian tanaman. Jika mengenai benda berbahan logam, Ia akan mempercepat proses korosi atau perkaratan. Bahkan, jika hujan asam mengalir ke sungai atau laut, ikan dan organisme air lainnya bisa mengalami gangguan kesehatan,” paparnya.

Lebih jauh, Ia mengaitkan fenomena ini dengan ayat dalam Surat Al-Waqi’ah yang menjelaskan bahwa Allah mampu menjadikan air hujan itu asin, namun Dia menjadikannya tawar sebagai nikmat bagi manusia. “Siklus air yang kita pelajari dalam ilmu fisika membuktikan bahwa Allah telah memisahkan garam dari air laut melalui proses evaporasi, sehingga air hujan yang turun tetap murni dan layak dikonsumsi. Pertanyaannya, mengapa kita tidak bersyukur?,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa pemahaman yang lebih dalam terhadap ilmu fisika akan membuat seseorang lebih bijak dalam menghadapi fenomena alam. “Ketika hujan turun dengan petir menyambar, kita harus memahami risiko berteduh di bawah pohon atau berjalan di ruang terbuka, bukan sekadar menganggapnya sebagai tanda azab tanpa memahami sisi ilmiahnya,” tutupnya. (n)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muham....

Suara Muhammadiyah

16 February 2025

Berita

PULANG PISAU, Suara Muhammadiyah – Taman Pustaka KH Ahmad Dahlan Pulang Pisau menggelar lokaka....

Suara Muhammadiyah

6 November 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PWM DIY bersama Forum Pen....

Suara Muhammadiyah

10 February 2025

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sambut pemudik jelang Hari Raya Idulfitri 1445 H, Universitas Muhamm....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Berita

TEMANGGUNG, Suara Muhammadiyah - Majunya sebuah madrasah atau sekolah, menjadi sebuah harapan bagi s....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah