BANGGAI, Suara Muhammadiyah - Sejak merantau ke Palu tahun 1976 kemudian melanjutkan ke Jogjakarta pada tahun 1980 hingga saat ini, mungkin bisa dihutung dengan jari intensitas saya mengunjungi kampung halaman, Luwuk Banggai untuk silaturrahim dengan sanak keluarga. Selain karena jaraknya yang cukup jauh, faktor transportasi yang sangat terbatas dan tentunya biaya yang dibutuhkan cukup menjadi alasan kuat bagi saya untuk menghindari mudik setiap tahun.
Bahkan dalam beberapa kesempatan silaturahim saya ke kampung halaman hanyalah “kebaikan hati” Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai (UMLB) yang meminta saya “mengawal” anggota PP. Muhammadiyah yang diundang oleh pihak UMLB dalam berbagai kegiatan di kampus. Sehingga saya terbebas dari biaya perjalanan. Beberapa anggota PP. Muhammadiyah yang pernah berkunjung ke Luwuk tercatat Prof. Haedar Nashir, Drs. H. Muchlas Abror, Prof. Din Syamsuddin, Drs. H. Marpuji Ali, Prof. Yunahar Ilyas, dari MPK PPM Dr. Untung Cahyono dan. Dr. Asep Purnama Bachtiar serta Ketua Majelis Dikti PPM Prof. Lincolin.
Secara geografis, Kabupaten Banggai terletak di ujung paling timur provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki 12 kabupaten dan 1 kota. Luwuk sebagai ibu kota Kabupaten Banggai terletak di cekungan pinggir pantai dengan panorama alam yang sangat memikat terutama di malam hari. Luas wilayah Kabupaten Banggai 9.736 KM2 jumlah kecamatan 23 dengan penduduk 376.808 jiwa. Pada sisi lain Kabupaten Banggai selain penghasil kopra dan cacao juga memiliki kandungan sumber daya alam seperti gas dan nikel yang cukup menggiurkan para investor dalam dan luar negeri,.
Muhammadiyah pertama kali masuk di Kabupaten Banggai pada tahun 1946 dibawa oleh pedagang dari Gorontalo. Yang lebih membanggakan adalah perhelatan Musyawarah Muhammadiyah Kab. Banggai dilaksanakan pada tahun 1948 dihadiri oleh tokoh nasional Prof. Abd. Kahar Mudzakkir. Dalam perkembangan selanjutnya berdirilah lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA Muhammadiyah, hingga Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah. Perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Banggai khususnya di kota Luwuk sebagai ibukotanya tidak bisa dilepaskan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah saat itu antara lain : Basri Sono beliau juga sebagai perintis sekaligus menjadi rektor pertama Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai (UMLB).
Selain Basri Sono terdapat pula nama-nama lain seperti AR. Datu Adam, Usman Makmur, Umar Makmur, H. Ulyas Makarau, Madcholil, Abd. Wahid Rahim, Aswadi Anggo, Dahlan Suling, Harli Amma, Arif Dulahi serta trio alumni Madrasah Mua’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yakni Abdul Hamid Amin, Husen Maddatu dan Washol turut berjibaku membesarkan Muhammadiyah dan pendidikannya.
Kini Muhammadiyah Kabupaten Banggai telah memiliki perguruan tinggi yang sangat membanggakan. UMLB memiliki 8 fakultas dengan 18 program studi dan 150 dosen. Maka tuntutan selanjutnya adalah merealisasikan fungsi dan peran lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pilar-pilar perkaderan. Untuk maksud itu, suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh Rektor UMLB Dr. Sutrisno K. Djawa dan para wakilnya ialah menyamakan visi civitas UMLB, bahwa siapa pun yang berada dalam lingkaran pendidikan Muhammadiyah harus memiliki jiwa juang dan ideologi yang jelas, tidak abu-abu. Yakni wajib loyal dan komitmen pada Manhaj Pemahaman Agama Islam yang dikembangkan Muhammadiyah. Untuk bisa menjadikan para alumni menjadi penggerak Persyarikatan, dibutuhkan para dosen atau pendidik yang mempunyai ghirah atau spirit keislaman yang memadai, apa pun mata kuliah yang diampu.
Saya yakin sang rektor Dr. Sutrisno yang alumni Univ. Muhammdiyah Malang, bersama wakil-wakilnya yang masih berusia muda dengan vitalitas dan ghirah yang tinggi mampu mewujudkan misi tersebut. Karena itulah fungsi utama lembaga pendidikan Muhammadiyah, yaitu penyedia tenaga pelanjut estapeta perjuangan dakwah. Karenanya dapat dipastikan bahwa anggota persyarikatan tidak rela bila pendidikan Muhammadiyah berubah fungsi menjadi LPPK (Lembaga Penampung Pencari Kerja). Bila ini yang terjadi, maka kita akan kesepian di tengah keramaian. Artinya sepi di kala berjuang memasarkan paham agama Islam yang dikembangkan oleh Muhammadiyah, di tengah pusaran ramainya orang berseragam Muhammadiyah karena bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah.
Tapi hal yang sangat menggembirakan dalam pantauan saya selama di Luwuk dimana PDM Kab. Banggai yang dinakodai oleh Dr. Farid Haluti - juga mantan Rektor UMLB - sangat bersinergi dengan pihak UMLB di setiap langkah, termasuk dalam menyatukan visi bagi semua elemen dalam persyarikatan terutama di AUM. Dan harus kita yakini bahwa obat mujarab sebagai jawaban atas lemahnya komitmen dan loyalitas para pimpinan hanya ada satu, yaitu wajib adanya pengajian bagi semua pimpinan, minimal sebulan sekali sebagaimana amanat Anggaran Dasar Muhammadiyah. Bila pengajian dan pembinaan tidak ada, maka lembaga pendidikan yang diharapkan berfungsi sebagai pilar dakwah Muhammadiyah hanyalah sebuah utopia. (Abd. Muin Malilang)