Oleh: Alif Syarifuddin Ahmad (ASA), Koordinator PPTQ Subulussalam kelas Masa Keemasan/Lansia Kota Tegal
Entah sudah berapa kali kerinduan selalu hadir tuk mengais dan meraih kebahagian yang telah pergi. Angin semilir menyentuh sinar mentari pagi yang kini kelihatan sangat cerah tidak seperti biasanya. Pohon-pohon pun tersenyum bahagia melambaikan dedaunan ke kanan dan ke kiri pertanda hari esok yang semakin cerah. Burung-burung pagi berkicauan, berlarian, dan bercerita kepada teman setianya tuk terus meraih Bahagia Bersama.
Amal itu tergantung penutupnya, begitu tema yang diangkat oleh seorang ustadz di daerah terpencil mengantarkan jamaah pada kegiatan kuliah subuh setiap Ahad pagi di masjid kecil yang tetap dengan antusias dihadiri beberapa jamaah. Jika dibandingkan jumlah orang yang menghadiri pengajian dengan yang melaksanakan kegiatan di luar pengajian tentu kurang sebanding.
Kadang orang begitu antusias satu keluarga beramai-ramai untuk berkunjung ke tempat wisata, tempat keramaian, atau tempat hiburan walaupun ada orang yang hanya menghabiskan waktu untuk duduk-duduk saja. Kebanyakan di masyarakat sangat jarang sekeluarga yang antusias untuk bersama menghadiri pengajian. Mungkin pengajian yang kurang menarik atau mungkin penyakit Al-Wahn atau cinta dunia dan tidak mengingat akan datangnya kematian sudah menjalar di kalangan kita.
Melalui tulisan ini mari kita beranjangsana ke dunia masa lalu dan masa depan. Saat kita di perut ibu usia 120 hari, Allah perintah kepada Malakul Hamli, Malaikat yang menjaga kehamilan ibu, untuk meniupkan roh dan menuliskan 4 kalimat, yakni Rezekinya, Ajalnya, Amalnya, Menderita atau bahagianya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam hadis. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata,
حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes air mani (nuthfah) selama empat puluh hari. Kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat, lalu ditiupkan padanya roh dan diperintahkan untuk ditetapkan (dituliskan) empat perkara, yaitu: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan kecelakaan atau kebahagiaannya.
Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga, hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi, ketetapan telah ditetapkan baginya. Dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi, ketentuan telah ditetapkan baginya. Dia melakukan perbuatan ahli surga, maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis tersebut, menunjukkan betapa besarnya pertolongan Allah Ta’ala kepada umat manusia. Dimulai dari dalam kandungan, Allah Ta’ala telah mengutus malaikat untuk mengurusnya. Ketika ia terlahir, ia ditolong malaikat. Tatkala menjalani kesehariannya, ia juga dijaga dua malaikat. Ketika hadir di majelis ilmu, dinaungi para malaikat. Ketika meninggal dan dicabut rohnya, dihadiri dan dibawa oleh malaikat. Bahkan, saat di surga pun, dilayani oleh para malaikat. Maka, perbanyaklah syukur kepada Allah Ta’ala.
Roh ditiupkan setelah janin berumur 4 bulan (120 hari). Sehingga roh dihukumi menjadi manusia saat kandungan berumur 4 bulan. Apabila terjadi keguguran saat janin berumur 4 bulan, maka berlaku padanya hukum-hukum penyelenggaraan jenazah sesuai dengan yang disyariatkan (dimandikan, dikafani, disalatkan, dan dikuburkan). Janin tersebut juga dianjurkan diberi nama.
Gambaran empat takdir dalam hadis di atas, Kita wajib mengimani bahwa malaikat mempunyai sifat menulis sebagaimana firman-Nya,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 17-18)
Empat takdir dalam hadis tersebut, menunjukkan bahwa rezeki, ajal, amal, celaka, dan bahagia seseorang telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala. Hal ini bukan berarti kita pasrah dan tidak berusaha. Manusia juga diperintahkan untuk berusaha dan diberikan kehendak (pilihan). Inilah ghirroh di usia senja tuk menaklukan hawa, nafsu, ghodob, dan syahwat yang terus menguasai kita.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Hadis di atas mengajarkan kepada kita agar dalam melakukan amal jangan riya karena akan berujung penyesalan. Orang yang merasa puas dan bangga terhadap banyaknya amal yang telah dilakukan bisa berujung Su’ul Khotimah atau akhir yang buruk. Hikmah hadis ini juga mengajarkan kepada kita Jangan pernah merasa aman dari azab Allah Ta’ala karena kita tidak tahu pada akhir hayat kelak amal apa yang kita lakukan.
Adapun terhadap orang lain, dalam hadis ini mengajarkan kepada kita janganlah meremehkan para pelaku maksiat atau mengagungkan ahli ibadah atas banyaknya amalannya.
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)
Di ujung senja ada sinar Mentari yang akan hilang dan Mentari akan tenggelam di ufuk barat. Burung-burung malampun akan datang menggantikan burung siang yang telah seharian mencari kehidupan. Hari pun gelap menyelimuti dunia. Harapannya, saat siang sudah pergi dan malam segera hadir ada bintang gumintang serta rembulan yang hadir menerangi jiwa. Itulah pesan agar kita tetap ,mempunyai ghirroh di ujung usia.