Membuka Lapisan Makna dengan Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Saya akan mengulas sebuah buku luar biasa, The Interpreter's One Volume Commentary On The Bible (1971), disunting oleh Charles Laymon. Diterbitkan oleh Abingdon People, penerbit ternama untuk Alkitab dan materi keagamaan lainnya, buku ini adalah harta karun bagi siapa pun yang ingin menggali lebih dalam makna Alkitab.
Mengapa Anda membutuhkan komentar tentang Alkitab? Sederhananya, terkadang Anda perlu memeriksa lebih banyak detail, dan Anda dapat menemukannya dalam satu jilid yang berisi Alkitab ditambah tafsirnya. Namun, terkadang Anda membutuhkan detail yang lebih banyak lagi. Jadi, Anda perlu memegang Alkitab di satu tangan dan komentar Anda di tangan lainnya.
Komentar ini adalah salah satu yang sangat bagus, dan saya kerap merujuknya. Salah satu masalah yang memerlukan komentar adalah akhir dari Injil Markus. Injil Markus diakhiri dengan pasal 16, ayat 8, yang menyatakan, "Dan mereka keluar dan lari dari kubur, karena mereka gemetar dan bingung. Dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun, karena mereka takut." Namun, beberapa manuskrip kuno memuat ayat-ayat tambahan setelah ayat 8, yang dikenal sebagai "Akhir Panjang Markus." Ayat-ayat ini menggambarkan penampakan Yesus yang bangkit kepada para murid-Nya dan kenaikan-Nya ke surga.
Komentar ini membahas masalah ini secara rinci, memberikan bukti-bukti tekstual dan argumen-argumen yang mendukung dan menentang keaslian Akhir Panjang Markus. Ini juga mengeksplorasi implikasi teologis dari berbagai kesimpulan. Secara keseluruhan, saya sangat merekomendasikan The Interpreter's One Volume Commentary On The Bible kepada siapa pun yang serius mempelajari Alkitab. Ini adalah sumber daya yang sangat berharga yang akan membantu Anda memahami teks kuno ini dengan lebih baik.
Pernahkah Anda merasa Alkitab seperti teka-teki yang rumit, penuh dengan makna tersembunyi? Di situlah komentar Alkitab berperan. Bayangkan Anda sedang membaca Alkitab, lalu menemukan bagian yang membingungkan. Komentar Alkitab seperti The Interpreter's One Volume Commentary On The Bible ini hadir sebagai penerjemah setia, membantu Anda menggali lebih dalam konteks dan makna yang tersirat dalam teks suci.
Meskipun ada Alkitab yang dilengkapi dengan tafsir singkat, terkadang kita membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam. Komentar ini hadir sebagai teman diskusi yang bijaksana, memberikan wawasan yang lebih luas. Anda bisa membaca Alkitab di satu sisi, dan membuka komentar ini di sisi lain untuk mendapatkan perspektif yang lebih kaya.
Salah satu contoh menarik adalah bagaimana komentar ini membantu kita memahami akhir Injil Markus. Ternyata, ada beberapa versi berbeda dari akhir Injil Markus! Dalam manuskrip-manuskrip awal Alkitab yang paling dapat diandalkan, Injil Markus berakhir pada pasal 16 ayat 8. Namun, beberapa manuskrip lain memiliki tambahan yang disebut "edisi panjang", yang terdiri dari 12 ayat lagi (ayat 9 sampai 20). Ada juga beberapa manuskrip yang memiliki "edisi pendek", semacam ringkasan dari akhir Injil Markus. Komentar ini dengan cerdas membahas perbedaan-perbedaan tersebut, memberikan penjelasan yang berharga bagi pembaca. Dengan demikian, kita tidak hanya membaca Alkitab, tetapi juga memahaminya dengan lebih baik.
Misteri seputar akhir Injil Markus telah lama menjadi perdebatan di kalangan para ahli Alkitab. Mengapa terdapat perbedaan antara manuskrip-manuskrip kuno, dengan beberapa memiliki "edisi panjang" yang berisi tambahan 12 ayat, sementara yang lain hanya memiliki "edisi pendek" yang merupakan ringkasan singkat? Dan yang lebih menarik lagi, mengapa beberapa manuskrip bahkan tidak memiliki akhir sama sekali?
Komentar dalam buku ini menyajikan sebuah hipotesis yang menarik: mungkinkah bagian akhir asli Injil Markus sengaja dirobek atau hilang? Pertanyaannya adalah, mengapa Markus mengakhiri Injilnya dengan menceritakan bahwa para wanita menemukan makam Yesus kosong, lalu mereka melarikan diri karena ketakutan dan tidak memberi tahu siapa pun? Apakah ini benar-benar akhir yang diinginkan Markus?
Orang-orang yang menambahkan "edisi panjang" atau "edisi pendek" tampaknya merasa bahwa akhir asli Markus tidak memuaskan. Mereka merasa perlu menambahkan sesuatu. Dari sudut pandang Kristen, apa yang kurang dari akhir asli Markus? Tentu saja, kisah tentang Yesus yang menampakkan diri kepada murid-muridnya setelah kebangkitan-Nya, kisah tentang bagaimana murid-murid menyentuh Yesus dan meyakini bahwa Dia benar-benar hidup kembali.
Ketidakhadiran kisah-kisah ini dalam Injil Markus menimbulkan pertanyaan-pertanyaan menarik. Apakah Markus tidak mengetahui kisah-kisah tersebut? Apakah ia memiliki versi cerita yang berbeda? Atau mungkin ada alasan lain mengapa ia memilih untuk mengakhiri Injilnya dengan cara yang terasa menggantung, dengan catatan bahwa para wanita ketakutan dan tidak memberi tahu siapa pun tentang makam kosong. Apakah Markus sebenarnya menulis lebih banyak lagi, dan bagian tersebut hilang atau sengaja dihapus?
Misteri ini menambah lapisan kompleksitas pada Injil Markus dan menunjukkan betapa dinamisnya proses pembentukan teks-teks suci di masa lalu. Komentar dalam buku ini mengajak kita untuk merenungkan berbagai kemungkinan dan memperdalam pemahaman kita tentang Injil Markus serta sejarah Kekristenan awal.
Komentar ini mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar penulis awalnya menulis sesuatu yang lebih mendetail, tetapi tampaknya beberapa pihak di masa mendatang tidak menyukai bagian tertentu dari tulisannya. Akibatnya, mereka dengan sengaja merobek bagian akhir dari teks asli, sehingga hanya meninggalkan versi yang terpotong. Untuk menutupi kekosongan tersebut, dibuatlah tambahan-tambahan yang telah kita bahas sebelumnya, yaitu dua versi akhiran: satu yang lebih panjang dan satu yang lebih pendek.
Bagian lain yang tidak kalah penting dan sering kali saya rujuk berulang kali adalah Mazmur, khususnya Mazmur 16. Mazmur 16 menggambarkan sosok seorang pahlawan, seorang abdi Allah yang diselamatkan oleh Tuhan. Ayat 6, 7, dan 8 berbicara tentang karakter tokoh ini, sementara ayat 9 hingga 12 memberikan wawasan yang lebih mendalam. Berdasarkan komentar yang ada, tokoh utama dalam Mazmur ini, yang disebut sebagai abdi Allah, hampir kehilangan nyawanya, tetapi Tuhan menyelamatkannya dari kehancuran di dunia bawah atau "lubang maut." Namun, yang menarik adalah pernyataan selanjutnya dalam komentar tersebut, "Tidak ada doktrin kebangkitan yang terlibat di sini," yang menegaskan bahwa kisah ini tidak berkaitan dengan kebangkitan literal, melainkan penyelamatan dari kematian yang nyaris tak terhindarkan.
Yang semakin menarik adalah bagaimana Perjanjian Baru, khususnya dalam Kisah Para Rasul pasal 2, menunjukkan bahwa Petrus dan murid-murid Yesus lainnya mengutip kata-kata yang serupa dengan yang ada dalam Mazmur 16 ini. Mereka seolah-olah menghubungkan pengalaman Yesus dengan pengalaman pahlawan dalam Mazmur tersebut.
Namun, jika diperhatikan lebih jauh, kisah dalam Mazmur bukan tentang seseorang yang benar-benar mati dan bangkit kembali, melainkan tentang seseorang yang hampir mati tetapi diselamatkan sebelum ajalnya tiba. Ini memberikan perspektif yang menarik bagi umat Muslim, yang percaya bahwa Yesus tidak dibunuh atau disalib oleh musuh-musuhnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah 4 ayat 157: "Mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula menyalibnya, tetapi hal itu hanya tampak seolah-olah demikian bagi mereka."
Paragraf ini menyoroti bagaimana perbandingan teks antara Alkitab dan Al-Qur`an dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang narasi keagamaan yang melibatkan tokoh-tokoh besar seperti Yesus dan pahlawan dalam Mazmur, serta bagaimana kedua tradisi ini mempersepsikan peristiwa penting dalam sejarah keagamaan mereka.
Berdasarkan pemahaman ini, seseorang bisa saja berargumen bahwa kemungkinan Yesus hanya tampak seolah-olah mati, padahal sebenarnya belum sepenuhnya meninggal. Mungkin ia dalam kondisi sangat kritis, hampir mendekati kematian, tetapi peristiwa ini tidak berkaitan dengan kebangkitan dari kematian secara harfiah. Ini lebih menggambarkan tindakan Tuhan yang menyelamatkan seseorang dari ambang maut setelah ia diserang oleh musuh-musuhnya. Jadi, peristiwa ini lebih tentang penyelamatan daripada kebangkitan, di mana Tuhan turun tangan untuk menyelamatkan seorang hamba yang berada di ujung tanduk, tapi belum benar-benar melewati batas antara hidup dan mati.
Ketika melihat ini dalam konteks yang lebih luas, pengamatan semacam ini menunjukkan kedalaman dan kegunaan dari komentar yang ditulis dalam buku Interpreter's One-Volume Commentary on the Bible yang disunting oleh Charles Laymon dan diterbitkan oleh Abingdon. Bagi saya, buku ini bukan hanya memberikan wawasan tambahan tentang Alkitab, tetapi juga telah menjadi sumber inspirasi yang mendalam. Dalam banyak hal, buku ini benar-benar memiliki dampak besar dalam memperkaya pemahaman saya tentang teks-teks agama.