SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Guru sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Blitar mengikuti acara Sarasehan Dewan Profesor ITS tentang Evaluasi Merdeka Belajar untuk Kemajuan Pendidikan di Indonesia (30/5). Acara diawali dengan rangkaian sambutan dari para Profesor ITS, salah satunya Prof Imam Robandi selaku Ketua Dewan Profesor yang menyampaikan terkait gambaran dan tantangan pendidikan masa depan. Dimana perlunya regenerasi yang baik dan berkelanjutan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Kemudian acara dilanjutkan dengan agenda utama yaitu penyampaian tentang evaluasi Merdeka Belajar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia oleh para Guru Besar. Prof Harkristuti menyampaikan tentang masalah yang dihadapi terkait tentang evaluasi merdeka belajar. Diantaranya terkait kebijakan akademik yang berubah-ubah sehingga tidak mudah bagi setiap sekolah untuk menyesuaikan dengan hal baru, serta kesulitan untuk mencari mitra dan dukungan untuk dapat mengembangkan lembaga pendidikan khususnya untuk lembaga pendidikan yang berada di daerah-daerah terpencil karena memang terkendala teknis tentang jaringan dan sarana komunikasi yang belum memadai.
Selain itu Prof Fuad juga menyampaikan tentang policy dan implementasi dari Merdeka Belajar terkait adanya kelemahan yaitu ketidaksiapan infrastruktur, kualitas tenaga pengajar, ketidak merataan implementasi dan adaptasi murid. Selajutnya tidak hanya menyampaikan tentang permasalahan yang terjadi, akan tetapi ada juga peluang dari Merdeka Belajar berupa kerjasama dengan industri, peningkatan kompetensi global untuk peserta didik dan guru, innovasi pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang selalu berkembang.
Meski begitu, ada ancaman lain berupa perubahan kebijakan yang tidak konsisten, kesenjangan digital, resistensi terhadap perubahan dan pendanaan. “Dari berbagai kelebihan dan kekurangan dari merdeka belajar ada ancaman ketika terjadi suatu perubahan kebijakan terlebih ketika memasuki pemerintahan yang baru dan dengan menteri pendidikan baru karena lagi-lagi para siswa harus bisa menyesuaikan dengan kurikulum yang baru dan ini menjadi salah satu kendala karena lagi-lagi peserta didik harus bisa menyesuaikan dengan hal yang baru padahal kurikulum sebelumnya belum 100 % dilakukan untuk dilaksanakan di lingkungan sekolah sehingga menjadi kebingungan bagi peserta didik,” ujar Prof Fuad.
Dan akhir ia menyatakan, sebenarnya kurikulum merdeka tidak sepenuhnya dianggap gagal, tapi ada beberapa hal perlu adanya peningkatan dari permasalahan yang sudah dijelaskan di atas. Sehingga kurikulum merdeka ini menjadi kurikulum yang baik dan menjadi kurikulum yang paten tidak diubah-ubah meskipun menteri pendidikannya berganti sehingga anak-anak bisa semakin paham dengan kurikulum merdeka ini.
Adapun evaluasi menyangkut 3 hal sekaligus sebagai penutup dalam acara sarasehan tersebut adalah, pertama, mengenai konsep dan tujuan. Mereka belajar sudah sejalan dengan kondisi masyarakat saat ini di era modern peserta didik dituntut untuk bisa menyesuaikan perkembangan zaman, dan menyiapkan peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kedua, evaluasi kurikulum. Terkadang pendidik merasa terkagetkan dengan kurikulum merdeka belajar ini dengan segala tanggung jawab administrasi yang dibebankan, akan tetapi apabila bisa menyesuaikan dengan kurikulum dan administrasi yang ada dan dapat dilakukan dengan baik sehingga berdampak yang baik juga kepada peserta didik karena bisa membantu kurikulum merdeka dengan baik.
Ketiga, evaluasi proses belajar mengajar. Selama ini untuk evaluasi pembelajaran, pendidik harus berperan aktif untuk bisa mengenal dan beradaptasi dengan kondisi para peserta didik dan mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik kepada peserta didik sesuai dengan situasi dan kondisi dari peserta didik itu sendiri.
Harapannya semoga dengan diberlakukannya merdeka belajar ini bisa terus dikembangkan menjadi lebih baik dan selalu menguntungkan pendidik dan peserta didik sehingga dapat memajukan pendidikan Indonesia menjadi lebih pesat terutama untuk sekolah-sekolah Muhammadiyah di kabupaten Blitar. (Lukman/diko)