YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan perlunya bagi Muhammadiyah membangun paradigma yang ijtihadi di seluruh aspek kehidupan. Tak terkecuali di aspek ekonomi, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
Hal ini dinilai Haedar sebagai langkah strategis bagi Muhammadiyah untuk melangkah maju. Tanpa harus terbebani oleh memori historis yang mengekang.
Upaya ini berkorelasi serius terhadap paradigma yang dipahami masyarakat umum dari QS. Al-Ma'un. Menurutnya selama ini Al-Ma'un hanya dimaknai sebagai surat yang pro kepada orang miskin, tanpa mengesampingkan orang kaya yang sejatinya juga memiliki andil besar di dalamnya.
Surat ini secara langsung mengajak orang kaya untuk berderma kepada mereka yang membutuhkan. Dan tak sedikitpun mendeskriditkan mereka sebagai antitesis dari kelompok orang-orang miskin.
"Al-Ma'un itu pro orang miskin dan orang kaya," tegas Haedar dalam Simposium Al-Ma'un yang dihadiri 50 ekonom Muhammadiyah (11/8).
Guru Besar Sosiologi UMY tersebut menambahkan bahwa setiap paradigma lahir dari sebuah ijtihad, dan setiap ijtihad berhak untuk dikembangkan. Oleh karena itu, setiap ijtihad tidak diperbolehkan untuk saling mengharamkan satu sama lain, meski masing-masing memiliki sisi subjektifitas yang tak dapat dihindari.
Haedar pun mewanti-wanti warga Muhammadiyah agar tidak terjebak pada paradigma kaku yang tak menjurus kepada perubahan ke arah positif. Melainkan terus melakukan konsolidasi terhadap potensi organisasi yang bisa dikembangkan, dan kemudian memberikan dampak kepada masyarakat luas.
"Muhammadiyah telah bergerak sebagai sebuah sistem yang luar biasa. Mari kita berhenti membahas soal aset, lebih baik kita mengkonsolidasikan sesuatu (potensi) yang kita miliki. Praksisnya, dengan mendorong masyarakat kelas menengah untuk berbisnis. Kerangka berpikir kita harus seperti itu. Jangan hanya bermain di aspek paradigma," ucap Haedar.
Simposium yang mengusung tema "Praksis Al-Ma'un dalam Sistem Perekonomian Nasional" ini dihadiri lebih dari 50 ekonom Muhammadiyah dan bertempat di SM Tower Malioboro Yogyakarta, pada Senin, 11 Agustus 2025. (diko)