Haedar Nashir Ungkap Ketidakpuasan Jadi Akar Tunjang Korupsi Tak Berkesudahan

Publish

26 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
219
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyoroti kasus korupsi yang makin tak terbendung terjadi di tubuh bangsa. Menurutnya, akar tunjang dari fenomena tersebut berasal dari hidup merasa kurang dan ketidakpuasan yang terus-menerus.

“Coba lihat mereka yang melakukan korupsi, itu kan pada umumnya mereka bukan yang kekurangan. Mengapa kok masih korupsi? Karena merasa kurang terus,” sebutnya Selasa (25/3) di Kantor PP Muhammadiyah Cik Ditiro Yogyakarta saat Silaturahmi dengan Media yang dihadiri Ketua dan Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Agus Taufiqurrahman, Muhammad Sayuti, dan Rektor UAD Muchlas.

Orang yang berbuat korupsi—selanjutnya disebut koruptor—hendaknya perlu mereformasi diri. Dengan mengubah paradigma menumbuhkan semangat berbagi kepada orang lain, niscaya orang lain akan merasakan kebahagiaan sekaligus kebermanfaatannya.

“Jadi energinya positif. Bahkan ketika ada orang berkesempatan untuk korupsi dia tidak jadi. Karena betapa hinanya saya ketika banyak warga bangsa yang memerlukan pertolongan, kok dengan mengambil uang negara,” katanya.

Haedar menyebut, jika setiap para pemimpin dan elite menerapkan spirit tersebut dalam ruang lingkup kehidupan keberagamaan, Ia percaya akan terjadi pengurangan kasus korupsi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan korupsi tidak bakal terjadi kembali.

“Kita coba lakukan pendekatan dengan kegembiraan beragama, ketulusan beragama, beragama dengan tengahan. Saya yakin ada proses yang signifikan, di mana agama dan umat beragama punya kontribusi besar untuk membangun keadaban bangsa, bahkan juga mencegah hal-hal buruk dalam kehidupan kebangsaan,” jelasnya.

Karena itu, Muhammadiyah telah menyebarluaskan paham keagamaan bersifat tawasuth (tengahan, moderat). Yang menumbuhkan kegembiraan, ketulusan, semangat berbagi, bahkan semangat untuk saling memajukan sesama. 

“Lalu agama tidak diberi beban-beban yang berlebih, di luar kapasitasnya. Dan ini pun saya pikir menjadi energi kolektif bangsa ini. Itu yang perlu kita hidupkan sekarang ini,” ulasnya.

Bersamaan dengan itu, Guru Besar Sosiologi UMY tersebut menambahkan bahwa kegembiraan dalam beragama sejatinya dapat diterapkan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.

“Hal itu tentu penting dalam membangun ekosistem bangsa. Dalam kehidupan bernegara, kita bisa teladani tokoh-tokoh bangsa yang lahir pada perjuangan kemerdekaan,” tekannya.

Dalam konteks kehidupan sosial, ia menekankan bahwa nilai-nilai agama yang dijalankan dengan penuh kesadaran akan melahirkan etika sosial yang kuat. Hal ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang harmonis, tetapi juga memperkuat integritas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pemerintahan dan birokrasi. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah- IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) kota Malang menggelar kejuaraan pen....

Suara Muhammadiyah

31 July 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa program studi Administrasi Publik UM Bandung menggelar....

Suara Muhammadiyah

3 December 2023

Berita

GRESIK, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur besuk panta....

Suara Muhammadiyah

6 July 2024

Berita

LABURA, Suara Muhammadiyah - Bertempat di gedung COE SMK Muhammadiyah 3 Aek Kanopan, hari ini, Ahad ....

Suara Muhammadiyah

9 October 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) membuka Program Stud....

Suara Muhammadiyah

29 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah