Ibnu Abbas dan Mujahid Tentang Ayat Mutasyabihat

Publish

21 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
306
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ibnu Abbas dan Mujahid Tentang Ayat Mutasyabihat

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Melanjutkan eksplorasi kita mengenai ayat-ayat Al-Qur`an yang seringkali menimbulkan perbedaan interpretasi, pada kesempatan kali ini kita akan membahas secara mendalam surat Ali Imran ayat 7. Ayat ini memiliki kandungan makna yang luas dan mendalam, sehingga penting bagi kita untuk memahami konteks dan tafsirnya dengan seksama.

Izinkan saya membacakan terjemahan ayat ini oleh Safi Kaskas: “Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (ayat-ayat Al Quran) itu ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

Terjemahan Safi Kaskas sudah cukup baik. Namun, saya ingin menyoroti satu aspek penting dalam ayat ini, yaitu penempatan tanda baca setelah frasa "tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah." 

Dalam beberapa tafsir klasik, terdapat perbedaan pendapat mengenai penempatan tanda baca ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa seharusnya tidak ada tanda titik setelah frasa tersebut, sehingga ayatnya berlanjut menjadi "tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya." Namun, sebagian ulama lain, termasuk Safi Kaskas, berpendapat bahwa tanda titik diperlukan setelah frasa "melainkan Allah," sehingga kalimat selanjutnya menjadi kalimat baru yang menjelaskan sikap orang-orang berilmu terhadap ayat-ayat mutasyabihat.

Lalu apakah terdapat terjemahan Al-Qur`an lain yang mendukung pandangan alternatif mengenai penafsiran ayat mutasyabihat ini? Saat ini, sebagian besar ulama dan ahli tafsir sepakat bahwa hanya Allah yang mengetahui makna sebenarnya dari ayat-ayat mutasyabihat. Namun, pada masa lalu, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai hal ini. Salah satu tokoh yang memiliki pandangan berbeda adalah Mujahid, seorang murid dari Ibnu Abbas, sepupu Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai ahli tafsir terkemuka.

Ibnu Abbas sendiri mendapatkan doa khusus dari Nabi Muhammad SAW agar Allah memberikan pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur`an. Beliau menjadi rujukan utama dalam penafsiran Al-Qur`an pada masanya, bahkan para ulama senior pun sering meminta nasihat dan pandangannya. Mujahid, sebagai salah satu murid terdekat Ibnu Abbas, mewarisi pandangan gurunya bahwa orang-orang yang berilmu dan mendalami agama juga dapat memahami makna ayat-ayat mutasyabihat.

Menariknya, terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa Ibnu Abbas sendiri juga berpendapat demikian. Namun, terdapat pula riwayat lain yang menunjukkan pandangan sebaliknya, yaitu bahwa hanya Allah yang mengetahui makna sebenarnya dari ayat-ayat mutasyabihat. Perbedaan pendapat ini menjadi salah satu perdebatan klasik dalam ilmu tafsir Al-Qur`an.

Mujahid, dengan keyakinannya bahwa orang-orang berilmu dapat memahami ayat-ayat mutasyabihat, tentu saja mencoba memberikan tafsirnya sendiri terhadap beberapa ayat tersebut. Namun, jika klaimnya tentang pengetahuan mendalam mengenai ayat-ayat mutasyabihat benar adanya, seharusnya terdapat catatan yang lebih jelas dan komprehensif mengenai tafsirnya dalam literatur klasik Islam.

Kenyataannya, literatur klasik tersebut justru menunjukkan banyaknya perbedaan pendapat dan ambiguitas dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman manusia terhadap ayat-ayat tersebut terbatas, dan hanya Allah SWT yang memiliki pengetahuan mutlak mengenai makna sebenarnya.

Al-Qur`an sendiri menegaskan adanya dua jenis ayat, yaitu ayat-ayat muhkamat yang jelas dan mudah dipahami, serta ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung makna ganda atau samar. Ayat-ayat muhkamat menjadi dasar dan pedoman utama dalam memahami agama, sedangkan ayat-ayat mutasyabihat hanya dapat dipahami secara utuh oleh Allah SWT.

Mujahid berpendapat bahwa orang-orang yang berpengetahuan luas dapat memahami ayat-ayat mutasyabihat. Namun, jika kita melihat berbagai tafsir Al-Qur`an yang ada saat ini, kita akan menemukan bahwa ayat-ayat Al-Qur`an terbagi menjadi dua kategori: ayat-ayat muhkamat yang jelas dan tegas (dalam bahasa Arab disebut "muhkamat"), serta ayat-ayat mutasyabihat yang mengandung makna ganda atau samar.

Ayat-ayat muhkamat memiliki makna yang mudah dipahami dan menjadi landasan utama dalam memahami ajaran Islam. Sementara itu, ayat-ayat mutasyabihat tetap menjadi misteri bagi manusia. Jika memang ada orang yang mampu memahami sepenuhnya makna ayat-ayat mutasyabihat, seharusnya pengetahuan tersebut telah terdokumentasi dengan jelas dan dapat diakses oleh semua orang.

Namun, kenyataannya tidak demikian. Hingga saat ini, masih banyak perdebatan dan perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai penafsiran ayat-ayat mutasyabihat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang makna sebenarnya dari ayat-ayat tersebut berada di luar jangkauan pemahaman manusia. Hanya Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur segala sesuatu, yang mengetahui makna hakiki dari seluruh ayat dalam Al-Qur`an, termasuk ayat-ayat mutasyabihat.

Pemahaman akan keterbatasan manusia dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat memiliki implikasi yang sangat penting. Jika kita beranggapan bahwa seluruh isi Al-Qur`an dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, maka kita akan terjebak dalam upaya memaksakan interpretasi pribadi terhadap ayat-ayat yang sebenarnya memiliki makna tersembunyi. Pada titik tertentu, kita harus mengakui bahwa ada hal-hal yang hanya diketahui oleh Allah SWT, meskipun kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk menggali maknanya.

Sikap rendah hati dan mengakui keterbatasan pengetahuan kita adalah kunci dalam memahami Al-Qur`an. Janganlah kita terburu-buru memberikan makna pada ayat-ayat yang masih samar, hanya karena kita merasa perlu memiliki jawaban atas segala sesuatu. Sebaliknya, marilah kita menerima dengan lapang dada bahwa ada sebagian ayat yang memang dimaksudkan oleh Allah SWT untuk tetap menjadi misteri bagi manusia. Keberadaan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat dalam Al-Qur`an adalah bagian dari hikmah-Nya, dan kita sebagai hamba-Nya harus menerimanya dengan penuh keimanan dan keyakinan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh : Chabibul Barnabas, Bendahara Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM Jawa Tengah Kenaikan ....

Suara Muhammadiyah

19 August 2024

Wawasan

Semangat Pahlawan Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan  Oleh: Wakhidah Noor Agustina, S.Si. Lit....

Suara Muhammadiyah

10 November 2023

Wawasan

Budaya versus Agama Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Saya ingin....

Suara Muhammadiyah

9 August 2024

Wawasan

Menjadi Orang Tua Ideal (Bijak) di Era Digital Oleh: Wakhidah Noor Agustina, S.Si., Ketua Cabang &l....

Suara Muhammadiyah

26 October 2024

Wawasan

Penciptaan Langit dan Bumi Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Say....

Suara Muhammadiyah

15 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah