Oleh: Mahli Zainuddin Tago
Plaza Bintang UMY, Jumat 6 Juni 2025. Pukul 06.00 udara terasa sejuk dan langit sangat cerah. Shalat Idul Adha segera dijalankan. Tetapi ada suasana lain yang datang merayap. Suasana Islam berkemajuan. Suasana megah nan indah. Lokasi shalat Id ini berada di pusat Kampus Terpadu yang luasnya lebih dari 30 hektar. Dua dekade yang lalu tidak terbayangkan suasana ini bisa tercipta. Saat itu disini hanya ada sawah, tegalan, dan desa yang sepi di bagian barat kota Jogja. Tanahnya memang subur karena air melimpah. Sesuai dengan Tamantirto namanya yang bermakna taman air. Kini disini yang terasa adalah kemegahan dan keindahan. Apalagi shalat Idul Adha ini juga dihadiri Prof. Haedar Nashir warga desa ini yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah. Uniknya penyelenggara shalat hari raya ini adalah Ranting Muhammadiyah saja.
Plaza Bintang memang dikepung gedung-gedung megah. Sebelah baratnya adalah Masjid KHA Dahlan yang tiga lantai. Di sebelah timur berdiri ikon kampus ini gedung kembar enam lantai Gedung AR Fakhruddin. Di selatan adalah Perpustakaan empat lantai. Di sebelah kirinya adalah kompleks Gedung E. Lalu di tenggaranya berdiri Sportorium UMY. Gedung pertemuan megah yang bisa menampung 15.000 orang ini arena Muktamar Muhammadiyah satu abad pada 2010. Lalu di bagian utara Plaza nampak gagah Gedung Pasca Sarjana lima lantai dan kompleks Gedung F. Di sebelah utaranya lagi berdiri megah gedung sembilan lantai Dasron Hamid Research and Innovagion Centre. Lalu jauh ke utara nampak gagah bangunan terbaru 13 lantai Student Dormitory UMY. Seluruh arena ini dibalut suasana hijau taman dan kolam. Sungguh pemandangan yang enak dipandang mata.
Semangat Islam berkemajuan telah muncul pada dokumen awal berdirinya Muhammadiyah. Diksi ini mendampingi kata Islam yang menggembirakan. Ummat Islam pada masa itu memang tertinggal jauh dari berbagai sisi. Secara politik dan militer kerajaan-kerajaan Islam kalah melawan Belanda. Maka negeri-negeri muslim berada dalam suasana terjajah. Banyak kyai karena semangat menghindari penjajah menjauhkan diri dengan mendirikan pesantren di pedalaman. Bagi mereka berdekatan dengan kaum kafir bisa terpengaruh dan menjadi kafir pula. Sedangkan Muhammadiyan lahir dengan tujuan ingin memajukan ummat Islam. Untuk itu organisasi ini berdiri dan bergerak di tengah kota. Setelah lebih satu abad berdiri cita-cita Islam Berkemajuan dan Islam Menggembirakan itu dirasakan hasilnya. Antara lain di Plaza Bintang Kampus Terpadu UMY pagi ini.
Plaza Bintang UMY dan sekitarnya kini memang menjadi lokasi favorit. Khususnya bagi bagi penggemar fotografi. Kemegahan dan nilai artistiknya menjadi daya tarik utama. Lokasi ini menjadi salah satu daya tarik bagi calon siswa yang kemudian menjadi mahasiswa UMY. Suatu saat seorang kemenakanku dari daerah datang ke Jogja. Dia bangga sudah diterima di sebuah kampus tanpa tes. Lalu aku bawa dia masuk ke Kampus Terpadu UMY. Antara lain mengunjungi Plaza Bintang. Maka dia langsung meminta pindah kuliah ke UMY. Pada kesempatan lain rombongan mahasiswa dari Palembang berkunjung ke FAI-UMY. Setelah acara resmi di fakultas aku membawa mereka keliling kampus. Sesampai di Plaza Bintang mereka terpukau. Mereka tidak mau lagi melanjutkan berkeliling. Waktu yang tersisa mereka manfaatkan untuk befoto ria di Plaza Bintang.
Tentu suasana berkemajuan dan menggembirakan di UMY ini diraih melalui proses tidak mudah. Tentu juga karena didukung semangat pengorbanan civitas akademikanya. Khususnya dosen dan karyawan yang ikhlas digaji sewajarnya saja. Ketika aku tamat SMA Muhi Jogja pada 1985 bisa dikatakan tidak ada alumni SMA favorit di Jogja ini yang melirik UMY. Pada tahun itu Kampus Satu atau Kampus Wirobrajan milik UMY masih berupa tiga lokal yang dikenal sebagai SD Inpres. Ketika aku masuk sebagai dosen pada 1992 UMY Kampus Wirobrajan sudah memiliki gedung empat lantai yang gagah. Tetapi pada masa itu tidak ada yang menduga UMY akan memiliki Kampus Terpadu yang begitu megah dan indah kini. Kampus berkemajuan yang menggembirakan dimana UMY melesat cepat. Meninggalkan banyak teman sebayanya di Jogja.
Plaza Bintang kini juga banyak dimanfaatkan berbagai pihak. Salah satunya adalah Pimpinana Ranting Muhammadiyah Tamantirto Utara. Khususnya untuk kegiatan rutin shalat Id. Sejak masuknya UMY ke Tamantirto Ranting Muhammadiyah berkembang menjadi dua: Tamantirto Selatan dan Tamantirto Utara. Tamantirto Selatan menjadikan lapangan Kelurahan dan Tamantirto Utara menjadikan Plaza Bintang UMY sebagai lokasi shalat Id. UMY memang berlokasi dalam wilayah Ranting Tamantirto Utara. Kedua Lokasi ini selalu dipenuhi jamaah saat shalat Id diselenggarakan. Plaza Bintang sebenanrya tidak terlalu luas. Tetapi halaman gedung kembar AR Fakhruddin, boulevard, dan sekitarnya menjadi arena tambahan. Maka Kampus Terpadu UMY menjadi salah satu Lokasi favorit bagi jamaah untuk mengikuti shalat hari raya ketika berada di Jogja.
Pada sisi lain UMY menjalin sinergi yang baik dengan Persyarikatan yang melahirkannya. Secara resmi UMY didirikan oleh PWM DIY. Tetapi pengelolaanya langsung di bawah PP Muhammadiyah yang menugaskan Majelis Dikti Litbang menjalankan fungsinya. Majelis inilah yang menyeleggarakan dan melakukan pembinaan terhadap UMY. Tetapi secara wilayah UMY berada di kawasan PDM Bantul, dalam PCM Kasihan, dan di Kawasan PRM Tamantirto Utara. Meski demikian tidak terjadi tumpang tindih pengelolaan. Apalagi rebutan asset. Justru yang terjadi adalah sinergi yang baik antar lini maupun antar level dalam Persyarikatan. Sehingga kehadiran UMY dirasakan langsung manfaatnya. Termasuk oleh warga Muhamadiyan dan masyarakat sekitar. Khususnya bagi Ranting Muhammadiyah Tamantirto Utara. Khususnya lagi saat shalat Id diselenggarakan.
Di bawah koordinasi PRM Tamantirto shalat Id menjadi tertata rapi dan berjalan optimal. Apalagi sebagian dari pengurus Ranting ini juga warga UMY. Sebagian warga UMY memang menjadi pengurus di PCM Kasihan, PDM Bantul, dan PWM DIY. Bahkan banyak warga UMY menjadi pengurus di PP Muhammadiyah. Salah satunya adalah Prof Haedar yang adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah kini. Di dalam sistem kepagawaian UMY keaktifan di Persyarikatan memang menjadi poin dalam penilaian. Kerjasama yang baik antara UMY dengan Ranting ini membuat pelaksanaan shalat Id maupun ibadah qurban berjalan maksimal. Pada tahun ini di Ranting ini terkumpul 142 ekor sapi korban. Untuk manfaat yang lebih optimal sebagian hewan kurban disembelih di lokasi yang lebih membutuhkan. Tahun ini di Kecamatan Rongkop-Gunung Kidul.
Khutbah Idul Adha kali ini disampaikan oleh Prof Zuly Qodir. Alumni FAI UMY ini kini Wakil Rektor UMY. Zuly adalah mahasiswa semester akhir ketika aku menjadi dosen baru UMY. Kami sering berinteraksi karena dia mahasiswa aktivis dan aku lama menjadi pembantu dekan bidang kemahasiswaan. Kami juga dekat sebaga sesama pemain sepakbola UMY. Kami sesama striker haus gol. Khutbah Zuly mencerminkan Islam berkemajuan. Islam yang progresif. Zuly menekankan pentingnya apsek sosial dari sebuah ibadah. Ibadah tidak hanya urusan ritual transendental. Ibadah kurban harus berdampak sosial. Apalagi kini banyak orang mengalami keterpurukan. Ibadah kurban semestinya memberdayakan penerimanya. Sehingga pada waktunya penerima daging kurban bisa menjadi sohibul kurban.
Sebelum jam 08.00 shalat Idul Adha selesai. Aku lalu bergerak ke pengimaman. Bersalaman dengan empat Profesor UMY: Haedar, Iwan, Mukti, dan Zuly sang khatib. Ternyata juga hadir Imran Dusse alumni UMY angkatan Zuly. Dulu kami pernah bersama Zuly, Prof Haedar, dan almarhum Pak Said Tuhuleley bersama mengelola Media Inovasi majalah UMY. Kali ini Imran hadir bersama anaknya yang ternyata mahasiswa UMY. Sedangkan aku kali ini hadir bersama Nau cucu ketigaku yang berumur dua setengah bulan. Betapa cepatnya waktu berlalu. Lalu suasana menggembirakan kembali terasa ketika ratusan jamaah tidak beranjak pulang. Mereka asik mengabadikan momentum dengan berfoto ria di Plaza Bintang, halaman gedung kembar AR Fakhruddin, maupun sepanjang boulevard. Termasuk Nau yang tampak cantik dengna jilbab mungilnya. Alhamdulillaah.