Iman, Islam, Ihsan: Manesfestasi dari Ibadah Secara Universal
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
"Urip iku Songko Sopo, Urip iku Arek Ngopo, Pungkasane urip iku sing kepiye." (Ki Manteb Sudarsono).
Jika kita bicara Ibadah, mempunyai makna yang sangat dalam dan luas. Karna pada dasarnya merupakan interaksi yang mempunyai dampak baik secara individu maupun secara kolektif yang universal, itulah ibadah.
Ketika dalam sebuah acara Halal bi Halal EL-DATA Budi Mulia Pedan yang dilaksanakan di rumah penulis beberapa hari yang lalu, penulis sebagai tuan rumah dan sekaligus sebagai Direktur EL-DATA mengajak hadirin yang hadir untuk merefleksikan akan sebuah perjalanan Ramadhan yang barusan berlalu, sehingga kita akan mendapatkan atsar atau bekas kebaikan baik di bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya.
Karna makna dan hakikat manusia dalam hidupnya di dunia ini sejatinya hanya untuk menghamba atau beribadah pada Allah semata.
Kita pasti tahu dan hafal akan Rukun Iman yang berjumlah enam rukun yang wajib menjadi pedoman kita yaitu iman pada Allah, iman pada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul/nabi Allah, qodha, qodar.
Dan itu sebagai pondasi percaya dengan diawali keyakinan yang harus dijalankan dengan dasar sebuah nilai yaitu sebuah keyakinan yang harus tertancap dalam ruh dalam diri yang itu bagian utama dalam kehidupan manusia dan sebagai password-nya untuk melangkah lebih lanjut.
Setelah manusia tahu, paham, serta menghayati dari sebuah keyakinan itu, maka manusia harus mengimplementasikannya.
Islam merupakan wasilah. Islam merupakan jalan atau perantara umat manusia untuk mencapai derajat, keselamatan, keberkahan kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan menjalankan rukun Islam yang terdiri dari syahadat, sholat, puasa, zakat serta haji apabila mampu baik lahir maupun batin.
Maka dalam hal ini bahwa untuk menuju keselamatan dan menjadi kekasihnya Allah, maka rukun Islam tersebut wasilah atau perantara. Karna secara keyakinan dan syariat sudah Allah siapkan. Oleh karna itulah maka sebagai implementasi dari nilai-nilai iman dan Islam, maka seseorang tersebut dalam hidupnya harus menjadi insan yang IHSAN.
Ihsan dalam beberapa literatur dan menurut pandangan Muhammadiyah, ihsan merupakan perbuatan baik yang terbaik. Dari situ ada beberapa esensi yang mana hal tersebut sebagai bukti eksistensi umat sebagai hamba Tuhan dan sebagai umat yang rahmatan lil 'alamin. Yaitu beberapa hal yang mana itu bisa menjadi ciri seseorang insan yang kamil di antaranya:
Menahan amarah, berinfaq dalam kondisi apapun, menjaga ibadah, jujur dan amanah, menjaga kedamaian dan keharmonisan, lemah lembut dengan siapa saja.
Jika hal dilakukan dengan seimbang dan bisa selaras maka kita akan menjadi insan yang benar-benar menjadi kekasihnya Allah.
Hal ini ditegaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56, di bawah ini:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
Wa mā khalaqtul-jinna wal-insa illā liya‘budūn
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Insan Yang Tunduk Beribadah dengan Ihsan
Dalam ayat di atas Allah menerangkan bahwa pada dasarnya Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah/menghamba pada Allah semata. Maka dengan ibadah tersebut manusia dan jin mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu menghamba pada Tuhan itu sendiri.