Oleh: Donny Syofyan
Apakah Islam mendorong manusia untuk berpikir, berinovasi, mengeksplorasi dan membuat penemuan di alam semesta, baik di bumi maupun luar angkasa? Apakah Islam mendorong kemajuan teknologi? Jawabannya ya.
Ada ayat yang menarik dalam Al-Qur’an terkait jin dan manusia, "Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan." (QS 55: 33). Dalam ayat ini, kekuatan yang dimaksud bisa bantuan Tuhan atau sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat melakukannya, yakni peralatan teknologi. Eksplorasi ruang angkasa adalah sesuatu yang normal bagi kita, hari ini dan di masa depan. Banyak sarjana Muslim melihat ayat ini sebagai dorongan untuk menggerakkan kemajuan teknologi dan sebagainya.
Terlebih lagi dalam banyak bagian Al-Qur’an, ada nilai atau harga untuk sebuah kecerdasan. Al-Qur’an kerapkali bertanya, afalâa ta`qilûn (Apakah kalian tidak berpikir?) Dan Al-Qur’an bahkan mendorong untuk mengadakan perjalanan, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan” (QS 29: 20). Bepergian di dunia dan lihat bagaimana Tuhan telah memprakarsai ciptaan. Bila Darwin yang berlayar dengan kapal HMS Beagle berhasil mengantarkannya membuat penemuan tentang asal usul spesies, sebetulnya umat Islam sudah jauh-jauh didorong dalam Al-Qur’an untuk menapaki jalan yang sama.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mencela bagaimana orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan lantaran mereka enggan atau belum melakukan perjalanan sehingga mereka tidak memiliki kecerdasan untuk mengenal Tuhan (QS 47: 10; 12: 109; 27: 69; 3: 137, dan sebagainya). Dari perspektif Al-Qur’an, maka gagasan tentang bepergian, belajar, menjelajahi cakrawala mendorong manusia untuk melakukan penemuan ilmiah yang mengarah pada kepercayaan pada Tuhan. Terkadang orang berpikir sains dan agama saling bertentangan atau berlawanan.
Banyak dari apa yang dikatakan Al-Qur’an mencerminkan fenomena alam di sekitar kita. Poin utama Al-Qur’an adalah bahwa jika kita memerhatikan dengan seksama, kita akan melihat bukti kemuliaan Allah dan kebesaran ciptaan-Nya. Dalam poin yang sederhana, Al-Qur’an benar-benar membahas tentang apa yang kita amati di dunia fisik—bintang-bintang dan planet-planet, ciptaan, bagaimana hal-hal bergerak dalam setiap orbitnya, dan bagaimana terjadinya pertukaran antara siang dan malam.
Dengan menaruh perhatian pada semua fenomena alam ini, kita akan menemukan hal-hal menakjubkan dari sudut pandang ilmiah. Misalnya, ketika Al-Qur’an mengatakan “dan masing-masing pada garis edarnya terus menerus beredar” (QS 36: 40). Jadi bintang-bintang, planet-planet dan seterusnya ada dalam orbit masing-masing. Bahkan beberapa ilmuwan memikirkan tentang apa orbit matahari, karena sekarang kita tahu bahwa matahari tidak berputar mengelilingi bumi.
Maurice Bucaille dalam bukunya, The Bible, The Quran dan Science telah menunjukkan bahwa seluruh galaksi berputar pada porosnya. Dan dengan itu, tata surya bergerak bersamanya. Dan karena alasan itu, matahari memiliki lintasannya sendiri dalam revolusi Galaksi Bima Sakti. Al-Quran menyebut, “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya” (QS 36: 38). Ini bahkan telah menyelesaikan apa yang disebut oleh Dr. Maurice Bucaile sebagai puncak matahari. Lintasan yang diikuti matahari dan perkiraan titik akhir dari perjalanan itu. Sungguh menarik cara Al-Qur’an berbicara tentang fenomena alam.
Hal ini telah menyumbang banyak bagia kemajuan ilmiah di Abad Pertengahan, sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Bila kita membaca buku karya John Gribbin berjudul Science: A History, kita akan melihat bahwa para ilmuwan besar di abad-abad itu sebenarnya adalah ilmuwan Muslim dan Arab. Di dalam peradaban Islam, di tanah Arab, kaum Muslimin telah mengembangkan minat yang sangat besar dalam sains dan penemuan. Banyak mahasiswa yang melakukan perjalanan dari Eropa untuk pergi dan belajar bahasa Arab dan mempelajari ilmu-ilmu dengan media bahasa Arab di bawah bimbingan para sarjana Muslim dan tutor Arab.
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas