SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah - Komunitas Muhammadiyah di UIN Raden Mas Said Surakarta bentuk pengajian rutin bulanan. Teranyar, komunitas yang terdiri dari dosen dan karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) ini menggelar pengajian di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah Kartasura, Kamis (12/12).
Kali ini, pengajian putaran kedelapan. Komunitas menghadirkan narasumber Zakiyuddin Baidhawy yang juga Wakil Ketua PWM Jawa Tengah. Tak hanya itu, ia dikenal sebagai Rektor UIN Salatiga yang membidangi Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP), Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI), serta pembina organisasi otonom Muhammadiyah.
Dalam sesi pengajian, Zakiyuddin menyampaikan pesan penting kepada para akademisi dan tenaga kependidikan. “Kalau menjadi kader itu jangan mutungan,” pesannya. Dirinya menekankan pentingnya kesabaran dan istiqamah dalam menjalani peran sebagai kader Muhammadiyah.
Menurutnya transformasi dan diaspora kader yang menjadi salah satu agenda utama Muktamar ke-48. “Transformasi kepemimpinan harus dipercepat. Kita harus memberikan kepercayaan kepada generasi muda yang memiliki kapasitas dan kemampuan,” ungkapnya.
Akses pendidikan bagi kader Muhammadiyah menjadi hal yang penting. Ia mendorong para kader untuk menyelesaikan pendidikan mereka secepat mungkin, baik pada jenjang S1, S2, maupun S3, guna mendukung pengembangan kapasitas organisasi. “Pendidikan adalah kunci untuk memperkuat posisi kader dalam memberikan kontribusi nyata bagi Persyarikatan,” tegasnya.
Selain itu, Zakiyuddin menekankan pentingnya transformasi dalam kepemimpinan Muhammadiyah yang dinilai masih lambat. Ia mengajak untuk memberikan peluang kepada generasi muda dalam menduduki posisi strategis di berbagai tingkatan kepemimpinan, mulai dari Pimpinan Ranting hingga Pimpinan Pusat. Sebagai contoh, ia mengutip model kepemimpinan di Korea Selatan yang mengedepankan inovasi generasi muda dibandingkan Jepang yang lebih berorientasi pada pengalaman.
Pentingnya juga untuk membangun jejaring dan memanfaatkan peluang yang ada, kata Zakiyuddin, “Ketika diberikan tawaran peran strategis, terima dahulu, pikirkan nanti. Peluang tidak datang dua kali,” tutupnya. Dalam hal ini sikap sabar dan bijak menjadi penting dalam menghadapi kritik dan tantangan.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab yang berlangsung hingga menjelang waktu Maghrib. Komunitas Muhammadiyah di UIN Raden Mas Said Surakarta berharap kegiatan rutin ini dapat terus memperkuat ukhuwah, mengembangkan kapasitas akademik, serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi Muhammadiyah.
Perwakilan komunitas Waluyo menyampaikan jika forum ini awalnya merupakan sarana berbagi gagasan dan diskusi akademik. Pada saat menjelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, komunitas ini menghadap Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais untuk mendiskusikan kemungkinan pembentukan Ranting Istimewa Muhammadiyah di UIN Raden Mas Said Surakarta. (Jul/Jan)