Jejak Sang Pembaharu Kepahlawanan Ahmad Dahlan dalam Arus Zaman

Publish

8 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
40
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Jejak Sang Pembaharu Kepahlawanan Ahmad Dahlan dalam Arus Zaman

Soleh Amini Yahman. Psikolog,  Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surakarta/Solo

Dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia, nilai kepahlawanan selalu menjadi sumber inspirasi dan energi moral bagi generasi penerus. Kepahlawanan bukan hanya sekadar keberanian mengangkat senjata di medan perang, tetapi juga mencakup keteguhan hati, keikhlasan berjuang, serta komitmen untuk mengabdikan diri kepada kemajuan bangsa dan kemanusiaan. Di era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital, makna kepahlawanan memperoleh konteks baru: ia tidak lagi hanya berbentuk fisik dan heroik, melainkan juga intelektual, moral, dan spiritual. Di tengah derasnya arus globalisasi, disrupsi nilai, dan tantangan dunia maya, sikap kepahlawanan diperlukan untuk menjaga arah moral bangsa agar teknologi tidak menjauhkan manusia dari kemanusiaannya.

Dalam konteks historis Indonesia, salah satu figur yang mencerminkan kepahlawanan dalam arti yang komprehensif adalah Kiai Haji Ahmad Dahlan. Lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis, beliau tumbuh dalam lingkungan religius dan kental dengan tradisi keislaman. Sejak muda, Ahmad Dahlan menunjukkan semangat pembaruan dalam berpikir. Ketika banyak kalangan masih terpaku pada pemahaman keagamaan yang sempit dan tradisional, beliau justru mencari makna Islam yang lebih rasional dan kontekstual, terutama setelah menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Makkah.

Sepulang dari Tanah Suci, Ahmad Dahlan membawa semangat tajdid (pembaharuan) dan gagasan reformasi pemikiran Islam yang progresif. Ia menyadari bahwa kemunduran umat Islam bukan disebabkan oleh ajaran Islam itu sendiri, melainkan oleh stagnasi berpikir dan ketidakmampuan menyesuaikan ajaran agama dengan kemajuan zaman. Dengan pemikiran yang visioner, ia mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 sebuah gerakan Islam modern yang bertujuan memurnikan ajaran Islam sekaligus memajukan umat melalui pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Gerakan-Gerakan Pembaruan KH. Ahmad Dahlan

Kepahlawanan Ahmad Dahlan tidak hanya tercermin dalam gagasan, tetapi juga dalam tindakan nyata yang membawa perubahan besar bagi umat dan bangsa. Beberapa gerakan penting yang dilakukan beliau antara lain:

Gerakan Pembaruan Pendidikan Islam. Ahmad Dahlan menyadari bahwa pendidikan merupakan kunci kebangkitan umat. Karena itu, ia merombak sistem pendidikan tradisional pesantren menjadi sistem yang lebih modern dan integratif. Ia mendirikan Sekolah Muhammadiyah yang menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu umum seperti matematika, ilmu bumi, dan bahasa Belanda. Langkah ini merupakan revolusi besar dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20.

Gerakan Sosial dan Kemanusiaan : Sebagai wujud nyata dari ajaran Islam tentang kepedulian sosial, Ahmad Dahlan menggerakkan umat untuk membantu fakir miskin, anak yatim, dan kaum lemah. Ia mendirikan berbagai lembaga sosial, termasuk rumah yatim, dapur umum, serta klinik kesehatan sederhana. Dari sinilah kemudian lahir Rumah Sakit PKU Muhammadiyah (Penolong Kesengsaraan Umum) yang berkembang menjadi salah satu jaringan rumah sakit Islam terbesar di Indonesia.

Gerakan Pemberdayaan Perempuan : Di tengah budaya patriarkis saat itu, Ahmad Dahlan menunjukkan pandangan yang maju dengan mendukung pendidikan bagi perempuan. Bersama istrinya, Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah), ia mendirikan Aisyiyah pada tahun 1917, organisasi perempuan Islam pertama di Indonesia yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan dakwah sosial. Gerakan ini menjadi cikal bakal kesetaraan gender di kalangan umat Islam Indonesia.

Gerakan Dakwah dan Reformasi Keagamaan : Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan menggagas pemurnian ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Namun, dakwahnya tidak bersifat keras atau konfrontatif; ia menekankan dakwah yang berbasis ilmu, hikmah, dan akhlak mulia. Dalam pengajian-pengajiannya, ia selalu menekankan pentingnya memahami makna Al-Qur’an secara mendalam, bukan sekadar membaca tanpa penghayatan.

Gerakan Nasionalisme dan Kebangsaan : Walaupun tidak terlibat langsung dalam perjuangan bersenjata, Ahmad Dahlan aktif menumbuhkan semangat kebangsaan di kalangan umat Islam. Ia mengajarkan bahwa cinta tanah air (hubbul wathan) merupakan bagian dari iman, dan bahwa membangun bangsa adalah bagian dari ibadah. Melalui pendidikan Muhammadiyah, ia mencetak generasi terdidik yang kemudian menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan KH. Mas Mansur.
Penetapan sebagai Pahlawan Nasional

Atas jasa dan kontribusinya yang luar biasa dalam memajukan pendidikan, memperkuat dakwah Islam modern, serta membangkitkan kesadaran sosial dan nasionalisme umat, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan KH. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor 657 Tahun 1961. Gelar tersebut bukan hanya penghargaan atas kiprahnya di masa lalu, tetapi juga pengakuan atas pengaruh besar pemikirannya yang masih relevan hingga kini.

Relevansi Kepahlawanan Ahmad Dahlan di Era Digital

Nilai kepahlawanan yang diperjuangkan Ahmad Dahlan sangat relevan dengan kehidupan masyarakat digital saat ini. Di tengah kemajuan teknologi informasi yang luar biasa, manusia menghadapi tantangan baru berupa krisis nilai, disorientasi moral, dan individualisme yang tinggi. Kepahlawanan di era digital tidak lagi diukur dari keberanian fisik, melainkan dari kemampuan berpikir kritis, berbuat jujur, menebarkan kebaikan, dan menggunakan teknologi untuk kemaslahatan umat.

Semangat Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa modernitas dan religiositas bukan dua kutub yang bertentangan, melainkan dua sisi yang harus berjalan beriringan. Ia menginspirasi generasi muda untuk menjadi pahlawan digital  mereka yang menggunakan teknologi bukan untuk kesia-siaan, tetapi untuk pendidikan, dakwah, dan pembangunan sosial.

Ahmad Dahlan wafat pada 23 Februari 1923, namun semangat perjuangannya tetap hidup dalam denyut kehidupan bangsa Indonesia. Ribuan sekolah, rumah sakit, dan lembaga sosial yang lahir dari rahim Muhammadiyah menjadi bukti nyata warisan kepahlawanannya. Ia bukan pahlawan yang berjuang dengan senjata, tetapi dengan ilmu, dakwah, dan amal sosial. Ia menunjukkan bahwa kepahlawanan sejati adalah keberanian untuk berbuat baik, konsisten memperjuangkan nilai kebenaran, serta berkomitmen terhadap kemajuan umat dan bangsa.

Dalam refleksi modern, sosok Ahmad Dahlan adalah teladan kepahlawanan yang melampaui zaman. Ia mengajarkan bahwa menjadi pahlawan berarti menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Di era digital yang serba cepat dan kompetitif ini, semangatnya memotivasi generasi muda untuk menjadikan teknologi sebagai sarana dakwah, pendidikan, dan kemajuan sosial. Dengan demikian, nilai-nilai kepahlawanan tidak akan pernah usang  ia hanya berganti bentuk, menyesuaikan zaman, namun tetap berakar pada semangat pengabdian dan keikhlasan yang diwariskan oleh para tokoh seperti Ahmad Dahlan. Selamat memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2025.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Lebaran Mengajarkan Kita Arti Rindu, Maaf, dan Kasih Sayang Oleh: Furqan Mawardi Ketua Lembaga Peng....

Suara Muhammadiyah

1 April 2025

Wawasan

Jangan Sekadar Ber-IMM, Jadikan Tulisan Sebagai Karya Utama Oleh: Fathan Faris Saputro Dalam dunia....

Suara Muhammadiyah

28 November 2023

Wawasan

Pengasuhan Generasi Strawberry Oleh: Eko Priyo Agus Nugroho, M.Pd, Majelis Pembinaan Kader DIY Di ....

Suara Muhammadiyah

17 August 2024

Wawasan

Saeyag Sa Eka Praya Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "Jika suatu umat memiliki nilai-....

Suara Muhammadiyah

1 October 2024

Wawasan

Ramadhan dan Kualitas Kemanusiaan  Oleh : Arifudin, Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ram....

Suara Muhammadiyah

18 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah