Jihad Lingkungan Mudzakir dengan Pertanian Organik
CILACAP, Suara Muhammadiyah - Kerutan di wajahnya menunjukkan siapa dirinya. Seseorang yang mencintai lingkungan lebih dari segala hal, dan pertanian ia pilih sebagai jalan ninjanya. Dulu negeri ini dikenal sebagai negeri agraris nan subur. Zamrud Khatulistiwa dimana tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Begitulah Koes Plus menyenandungkannya.
Bagi Mudzakir, meskipun usianya tidak muda lagi. Tahun ini lebih kurang 72 tahun. Sepak terjangnya di bidang lingkungan sudah tidak diragukan. Sejak tahun 2006 silam, ia secara personal mengajak masyarakat sekitar rumahnya untuk melakukan praktik pertanian sehat yang tidak merusak lingkungan. Yaitu dengan cara mempraktikkan cara-cara pertanian organik.
Apakah Anda tahu bagaimana rasanya tinggal di lingkungan rumah yang di kelilingi pesawahan. Pasti yang terbersit dan terbayang dalam ingatan kita suasana di rumah kakek-nenek yang asri dan jauh dari polusi. Kurang lebih seperti itulah gambaran lingkungan tempat tinggal Mudzakir. Seorang warga Persyarikatan yang usianya tidak muda lagi. Namun memiliki semangat untuk berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan di daerahnya yang tercemar oleh pupuk kimia.
Dari Desa Adimulya Wanareja Kabupaten Cilacap ia memobilisasi para petani untuk mau beralih menggunakan pupuk organik. Ia berpendapat bahwa pupuk yang selama ini banyak digunakan berpotensi merusak ekosistem tanah. Sebagai hamparan lahan untuk tanaman padi, dirinya tidak rela jika persawahan di daerahnya rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Sebagai kader Muhammadiyah yang berperan dan peduli bidang lingkungan sejak 2006, ia pernah menjabat Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) pertama di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wanareja. Karena dinilai sukses menerapkan pertanian yang ramah lingkungan, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsudin pun datang untuk merayakan panen raya padi organik pada tahun 2010. Komandannya tak lain adalah Mudzakir, pria kelahiran Cilacap, 06 Mei 1952.
Di masa mudanya, ia menamatkan SPBMA Perkebunan Yogjakarta (1970-1973). Pada 1974 ia pun mendaftarkan diri dalam rekrutmen Dinas Perkebunan Rakyat Daerah (Diperada) yang kemudian menjadi Dinas Perkebunan. Di tahun 2000, ia mendapatkan promosi menjabat struktural pegawai perkebunan dan kehutanan untuk wilayah kerja se-Kabupaten Cilacap. Selanjutnya, tahun 2004 dialih tugaskan di Kecamatan Kasi Sosial Ekonomi sampai pensiun pada 2008.
“Lingkungan alam ini sebenarnya sudah mulai rusak, karena akibat pupuk kimia. Berfikir untuk mengajak masyarakat peduli kepada pupuk organik agar hamparan sawah yang tersisa dapat terselamatkan,” ujarnya saat ditanya soal alam dan lingkungan pertanian yang mulai rusak (20/10).
Mengenai semangatnya yang tak pernah padam itu, dirinya menjelaskan bahwa landasannya berjuang menyelamatkan lingkungan persawahan adalah niat semata untuk ibadah."Landasan saya ibadah kok mas," ucap Mudzakir, orang yang selalu bangga dengan embel-embel Kader Muhammadiyah saat disematkan setelah namanya.
Ia pun menceritakan langkah awal perannya dalam bidang lingkungan, yakni dengan membuat pupuk padat dari kotoran hewan (kohe) dan pupuk organik cair (POC). Hal ini ia implementasikan untuk menggarap sawah keluarga yang membutuhkan sebanyak 700 karung pupuk organik.
"Menjelang masa pensiun berfikir untuk peduli lingkungan. Sekitar tahun 2006 saya bergabung dengan perusahaan produk pupuk organik. Kemudian, pada tahun 2007, saya mulai mempelajari serta mempraktikkannya sendiri. Diawali dengan mencoba membuat pupuk padat, diteruskan POC," ungkapnya.
Selanjutnya, pengalaman selama bekerja agar bermanfaat untuk petani dan lingkungan. Berjalannya waktu juga banyak petani yang tertarik dengan menggunakan pupuk organik. Pada 2008, usahanya ini didengar oleh Dinas Pertanian Cilacap. Dinas Pertanian pun memintanya supaya membuat Poktan Kelompok Tani (Poktan). Maka pada Desember 2008, dibentuk Poktan Lestari Organik. Dengan fokus pada pembuatan pupuk organik.
"Saya memberi contoh kepada petani dengan menggunakan pupuk organik cair dan padat sampai sekarang," ujarnya. Hingga saat ini, dirinya telah memiliki kelompok binaan yang terdiri dari lima Poktan antara lain; Lestari, Sarat Mulya, Kisma Jaya, Dasa Mulya dan Makmur. Jumlah anggotanya yang dibina sebanyak 300 petani. "Mimpi saya kepengin produk padi yang dihasilkan itu aman dikonsumsi dan menyehatkan. insya Allah dengan langkah pertanian organik, kita akan mendapatkan pahala," tegasnya.
Ia pun mengajak orang-orang untuk peduli lingkungan. Yang paling mudah dengan memanfaatkan sampah dapur dan pekarangan. Yang mana hal itu bisa dibuat pupuk organik. "Kita buat kompos, Alhamdulillah, Aisyiyah Wanareja sudah mengadakan kegiatan belajar bareng sebanyak tiga kali. Rencana kedepan akan bekerjasama dengan Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam)," jelasnya.
Dalam perannya, Aisyiyah bergerak untuk menangani di sekitar lingkungan rumah dan Jatam sebagai promotor di lingkungan masing-masing warga, kader dan simpatisan. "Jangan perintah untuk peduli lingkungan, tetapi kita harus memberikan contoh dengan melakukan peran lingkungan secara langsung," sarannya.
Dari usaha-usahanya yang panjang dan penuh dengan tantangan ini, pada tahun 2015 ia mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Lestari, sebagai wadah pelatihan pembuatan pupuk organik. (Wasis/Riz/Diko)