Jiwa Keindonesiaan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
48
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Jiwa Keindonesiaan

Indonesia sudah 79 tahun merdeka. Apakah warga dan elite bangsa  memahami jiwa keindonesiaan dari keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apakah para pejabat negara dari pusat sampai daerah memahami betul kewajiban dan tanggung jawabnya yang berat untuk menjadikan Indonesia benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana dicita-citakan para pendiri negara?

Sungguh berat perjuangan dan pengorbanan para pejuang  kemerdekaan Indonesia. Seluruh rakyat berkorban jiwa-raga demi  Indonesia merdeka. Rakyat Indonesia sangat menderita berkepanjangan dalam genggaman  kezaliman kolonial sehingga mereka miskin, tertinggal, dan menjadi budak di era modern. Jutaan nyawa tumpah di negeri ini sebagai bukti nyata perjuangan dan pengorbanan  rakyat tanpa mengharapkan balasan untuk meraih kemerdekaan.

Indonesia pasca kemerdekaan harus berdiri tegak  sebagai negara-bangsa yang bernyawa. Soekarno menanamkan jiwa Tri Sakti untuk Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi,  dan berkepribadian dalam kebudayaan. Bung Hatta menanamkan jiwa berdaulat dengan menyatakan, “Lebih suka  Aku melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan, daripada melihatnya sebagai embel-embel abadi suatu negara asing”.

Para penyelenggara negara serta seluruh elite bangsa penting memiliki kesadaran dan komitmen tinggi akan jiwa kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wujud dari kemerdekaan yang sejati di dunia nyata. Jangan sampai kedaulatan Indonesia tergerus sistematik oleh kepentingan ekonomi, politik, dan legasi apapun dengan mengorbankan hajat hidup Indonesia. Ki Bagus bahkan menyatakan, “Saya muslim, tetapi saya adalah Indonesia tulen”. Itulah jiwa kebangsaan dan kenegaraan yang autentik dari para pendiri Indonesia, yang memberikan nyawa bagi Indonesia merdeka. 

Sementara saat ini elite dan warga bangsa tinggal menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkan para mujahid dan pendiri Indonesia itu tanpa harus berkorban nyawa. Apa yang dapat kita berikan untuk Indonesia merdeka menuju Indonesia Raya? Jangan sebaliknya, para elite bangsa terutama para pejabat publik di berbagai lembaga pemerintahan termasuk di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) justru hanya menikmati kesenangan belaka. Di antara mereka malah melakukan korupsi, menyalahgunakan jabatan, merusak alam,  dan mencuri segala kekayaan negara.

Di antara mereka bahkan tidak dapat membedakan nama Indonesia dan Nusantara. Seolah sama saja. Padahal nama Indonesia merupakan nama official atau nama resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam Pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Nama Indonesia termaktub dalam Pancasila seperti Persatuan Indonesia, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945  juga bernama Indonesia. Sumpah Pemuda  1928 juga berikrar tentang satu Indonesia. Jadi, nama Indonesia itu tidak tergantikan dan nama resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan segala kaitannya. Nama Indonesia dalam sistem ketatanegaraan  tidak boleh diidentikkan apalagi  digantikan oleh Nusantara, Swarnadwipa, Insulinda, Melayunesia, dan nama kultural lainnya. Nama kultural memiliki tempat sendiri yang bersifat terbatas.

Di sinilah pentingnya para elite dan warga bangsa menghayati jiwa keindonesiaan. Lebih khusus memahami dasar-dasar konstitusi Negara Indonesia. Bahwa Negara Republik Indonesia itu memiliki nyawa. Nyawa Indonesia berada dalam Pancasila dan UUD 1945, serta diperkaya oleh nilai-nilai Agama dan Kebudayaan Bangsa yang mengandung pikiran mendasar tentang segala aspek Indonesia. Maka, pahami dan hayati Indonesia dengan seluruh jiwanya, jangan sekadar raga fisik. (hns)

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, MSi Apakah Risalah Islam Berkemajuan yang menjadi pemikiran resmi Mu....

Suara Muhammadiyah

11 September 2024

Editorial

Pengaruh Ideologi Kiri LSM Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Muhammadiyah maupun umat dan bangsa....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Editorial

MEMULIAKAN GURU PAUD Pendidikan bagi anak usia dini adalah pondasi. Itu sebabnya sejak kelahirannya....

Suara Muhammadiyah

29 November 2024

Editorial

Agenda Strategis Muhammadiyah Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Era digital dan media sosial saa....

Suara Muhammadiyah

27 February 2024

Editorial

MUBALIGH, PEMILU, DAN LATO-LATO Pilpres, Pemilu legislatif, maupun Pilkada, Pilihan kepala desa, ju....

Suara Muhammadiyah

27 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah