PDNA Lampung Timur dan Pondok Muhammadiyah Darul Hikmah Adakan Ramah Tamah dan Diskusi (RADIUS)
LAMTIM, Suara Muhammadiyah - Sebagai kader persyarikatan, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah atau yang disingkat menjadi MKCHM memiliki peranan yang sangat penting. Keyakinan dan cita-cita merupakan salah satu basis perjuangan dan prinsip hidup bagi setiap kader Muhammadiyah.
Oleh karena itu, Pimpinan Daerah Nasyiatul ‘Aisyiyah berkolaborasi dengan Pondok Muhammadiyah Darul Hikmah Lampung Timur untuk mengadakan acara “Ramah Tamah dan Disksui (RADIUS)” bertajuk “MKCHM” pada hari Sabtu, 23 September 2023. Dihadiri oleh seluruh santriwan dan santriwati Pondok Muhammadiyah Darul Hikmah serta kader Nasyiatul Aisyiah Lampung Timur.
“RADIUS ini akan dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali, bersama dengan santri-santri Pondok Muhammadiyah Darul Hikmah (PMDH) dengan tema yang berbeda-beda. Acara perdana ini dibuka dengan tujuan menumbuhkan semangat ber-Muhammadiyah BAGI sehingga mengusung tema MKCHM”, jelas Khoirunnisa selaku ketua PDNA Lampung Timur.
Adapun pemateri pada acara perdana ini adalah Wakil Ketua PDM Lampung Timur sekaligus Direktur Pondok Muhammdiyah Darul Hikmah, yakni Muhammad Hadziq, S.Ag. Dengan gaya penyampaian yang lugas dan menarik, materi MKCHM ini dikemas dengan memaparkan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari santri. Dengan demikian, nilai-nilai MKCHM terkesan hidup dan tidak hanya berisikan teori-teori yang cenderung dinilai “membosankan”.
Pertama-tama, beliau memaparkan secara singkat sejarah dirumuskannya MKCHM yang diusulkan pada tahun 1968 dan ditetapkan pada sidang Tanwir di Ponorogo tahun 1969. Selanjutnya dijelaskan di antaranya lima isi dari Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
“Sebagai kader persyarikatan, harus memiliki keyakinan” ujar M. Hadziq membuka materi dan diskusi. Selanjutnya dipaparkan lima point Matan dan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.“Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar. Ketiga Muhammadiyah bersumber pada al-Qur’an dan Hadis. Keempat, Muhammadiyah bergerak dalam bidang muamalah. Kelima, Konstitusional”.
“Dalam ranah pesantren, kelima point ini sangat bisa terwujud dengan hal-hal sederhana. Think globally work locally, berpikir global tetapi bertindak dengan melakukan hal-hal sederhana. Dalam masalah dakwah amar makruf nahi mungkar, sesama santri dapat saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah dalam keburukan. Terlebih dalam hal muamalah dapat diwujudkan dengan memiliki sikap tenggang rasa. Bahkan dalam ranah konstitusional, dapat diwujudkan dengan hal-hal paling sederhana tetapi mendasar, yakni mendo’akan tanah air Indonesia”. Tegas M. Hadziq.
Sebagai penutup, M. Hadziq memberikan closing statement bahwa inti dari MKCHM ini ada tiga. “Pertama, ideologi (tauhid). Kedua, paham agama (kembali kepada al-Qur’an dan Hadis). Ketiga, mewujudkan Indoesia yang lebih baik dan dalam ranah individu, berdo’a untuk orang lain”. Terakhir, diskusi ini ditutup dengan dua pertanyaan dari santri putra dan putri serta apresiasi yang cukup meriah. (Hanan)