Kang Jazir Pejuang di Banyak Lini

Publish

24 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
357
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Kang Jazir Pejuang di Banyak Lini

Terlalu banyak jejak perjuangan dakwah yang Kang Jazir atau Ustadz Muhammad Jazir ASP tinggalkan. Terlalu banyak kenangan indah sepanjang saya bergaul dan berdialog dalam banyak forum dan kegiatan lapangan.

Tahun 1980-an, saat Kang Jazir masih sangat muda, dan saya masih pantas menjadi aktivis Pemuda Muhammadiyah, kami bertemu awal di Wisma Kaliurang. Dalam pertemuan silaturahmi GEMUIS atau Generasi Muda Islam. Kang Jazir mewakili Pelajar Islam Indonesia dan saya dari Pemuda Muhammadiyah. Rekan muda lain yang hadir antara lain dari HMI, dari NA, Ansor, Fatayat, dan lainnya.

Kami semua bertemu akrab dan pertemuan silaturahmi berjalan lancar, dilanjut pertemuan GEMUIS di batas kota Jalan Solo.

Waktu ketemu dan ngobrol di Kaliurang itu Kang Jazir bilang kalau rumahnya di Jogokaryan. Lho, saya punya kenalan senior Pemuda Muhammadiyah, Kang Darwin Harsono. Dan punya saudara sepupu ayah dari trah Karangkajen bernama Lik Zawawi SH. Kang Jazir tentu mengenal keduanya.

Lalu datanglah zaman yang mendebarkan. Saat militer melakukan konsolidasi kekuatan politiknya dengan menekan kelompok kritis. Termasuk kelompok muda Islam kritis yang sering berkumpul di Masjid Sudirman Komplek Colombo. Mereka menerbitkan majalah Ar Risalah yang isinya mengusik ketenteraman penguasa. Dianggap subversif. Singkat cerita mereka ditangkap dan diadili. Termasuk Kang Jazir dan Kang Harun Al Rasyid ditangkap dan diadili. Bisa bebas berkat pembelaan Pak Kuntowijoyo dengan pernyataannya yang terkenal, “Anak-anak muda ini bukan macan yang berbahaya. Mereka hanya sekelompok kucing. Memang mirip macan, tapi kucing tidak berbahaya.”

Di kemudian hari Pak Kunto saya tanya kenapa dia bisa berani melakukan pembelaan yang telak itu? Sambil tersenyum jenaka Pak Kunto, “Rasa takut saya telah hilang karena sering ditakut-takuti di Semarang. Karena rasa takut saya hilang maka yang tersisa dalam diri saya tinggal keberanian.” Keberanian yang menyelamatkan Kang Jazir dan teman-temannya.

Pengalaman mendebarkan itu yang membuat Kang Jazir dan Kang Harun Al Rasyid mengubah strategi perjuangannya menjadi moderat dan lentur. Sebagaimana strategi dakwah para kader Muhammadiyah lainnya.

Kang Jazir mendalami budaya Jawa Islam, mendalami cerita wayang, dan sejarah perkembangan Islam di Jawa dan Indonesia. Termasuk pemikiran dakwah para ulama lintas zaman.

Kang Jazir memahami tradisi budaya Islam di Kasultanan Yogyakarta dan pernah dekat dengan keluarga Sultan karena penguasaan budaya Islam. Sikap dan pemikirannya yang moderat dan lentur sebagaimana orang Jogja pada umumnya. Ketika terbit buku tentang GKR Hemas diluncurkan di Hotel Ambarukmo, Kang Jazir menjadi narasumber utama dalam peluncuran buku itu.

Kang Jazir tidak pernah menolak ketika saya wawancarai atau saya temui di Masjid Jogokaryan. Dengan suguhan wedang jahe dan gorengan kami ngobrol dengan santai. Termasuk ketika kami dari LSBO PP Muhammadiyah mengadakan dialog dan pentas seni saat milad SD Muhammadiyah Jogokaryan. Saat itu kami membuat pertunjukan seni multi-ekspresi simultan di panggung. Saya membaca puitisasi terjemahan akhir surat Al-Hasyr yang berisi serangkaian Asmaul Husna, pada saat yang sama Uda Syaiful Adnan menggoreskan kuasnya melukis kaligrafi, Mas Sigit Baskara memainkan nada indah dari petikan alat musiknya, dan anak-anak Tapak Suci memainkan jurus utama.

“Piye Kang?” tanya saya pada Kang Jazir sehabis pertunjukan di halaman Masjid Jogokaryan.

“Apik banget,” jawab Kang Jazir.

Pada masa transisi demokrasi pasca reformasi, para aktivis gerakan sosial dan LSM dikumpulkan di PPPG Kesenian di timur Jalan Kaliurang dekat Perumahan Pamungkas. Mengikuti workshop scenario planning perubahan di tingkat negara. Saya dan Kang Jazir hadir sebagai peserta workshop walau berbeda kelompok.

Waktu itu kami masih euforia reformasi. Peserta workshop berpikir keras menyelesaikan naskah scenario planning ini, dan ketika presentasi membacakan naskahnya, kami bertepuk tangan saling menguatkan. Kang Jazir termasuk peserta yang vokal dalam mengemukakan pendapatnya.

Iya, Kang Jazir ASP pernah datang ke ruang rapat redaksi di kantor Suara Muhammadiyah lama yang sekarang dikenal sebagai SM 1. Dengan fasih Kang Jazir menjelaskan suasana dakwah di Yogyakarta, termasuk hal-hal yang pelik.

Pada lain kesempatan kami elemen masyarakat sipil diundang di Gedung DPD Jalan Kusumanegara Yogyakarta untuk ikut membahas dan mematangkan Raperda Keistimewaan Bidang Kebudayaan dan Raperda Keistimewaan Bidang Pertanahan. Kang Jazir ASP menjadi narasumber. Saya kagum akan kekayaan ingatannya dan kefasihannya menjelaskan dimensi dan seluk-beluk keistimewaan DIY.

Terakhir, belum ada satu tahun, kami seniman-budayawan Muslim diundang sarasehan seni budaya oleh MUI DIY lantai dua Masjid Jogokaryan. Semangat Kang Jazir sebagai narasumber masih menyala-nyala. Saat istirahat Kang Jazir saya lihat tubuhnya agak kurus.

“Sakit to, Kang?” tanyaku penuh simpati.

“Ya, sudah diobati dan saya disuruh banyak istirahat.”

“Ya, orang setua kita memang harus banyak istirahat. Dan Kang Jazir sudah menyiapkan kader penggerak masjid ini kan?” tanyaku serius.

Dia tersenyum dan mengangguk.

“Insya Allah, banyak kader muda di Masjid Jogokaryan ini.”

“Syukurlah,” bisikku sambil bersalaman dan berpamitan pulang.

Tak tahunya itu adalah salaman saya yang terakhir dengan Kang Jazir. Tanggal 22 Desember 2025 kemarin, pejuang dakwah multi-lini ini dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’ala, meninggalkan begitu banyak amal jariyah berupa ilmu dan fasilitas dakwah yang demikian banyaknya. Berbahagialah Kang Jazir bisa bersama para kekasih Allah di alam sana. Aamiin.

(Mustofa W Hasyim)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Presiden (tak) Lumrah Oleh Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso, Tangeran....

Suara Muhammadiyah

12 January 2024

Humaniora

Cerpen Satmoko Budi Santoso Muadzin baru di mushala itu masih terus mengundang perhatian. Tentu saj....

Suara Muhammadiyah

1 March 2024

Humaniora

Cerpen Rusmin Sopian Usai purna tugas sebagai abdi negara, perubahan drastis terjadi pada sosok Mat....

Suara Muhammadiyah

21 March 2025

Humaniora

Transformasi Sang Burung Pipit dan Nobel Untuk Muhammadiyah Oleh: Babay Farid Wajdi, Kader Muhammad....

Suara Muhammadiyah

27 November 2025

Humaniora

Di Balik Musibah, Cerpen Papi Sadewa Musim hujan memang hampir berakhir, tapi pagi itu Pak Hasan ti....

Suara Muhammadiyah

6 September 2024