Paradigma Kurban Korporat yang Teruji, Belajar dari 13 Tahun Komitmen PT Gramasurya

Publish

7 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
526
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Setiap Idul Adha, panggung citra kedermawanan korporat kembali digelar. Spanduk megah bertuliskan "Kurban dari PT X" menjadi pemandangan lazim. Sebuah praktik yang tampak mulia, namun jika kita jujur pada esensi, sering kali hampa substansi. Sebab, kurban pada hakikatnya adalah ibadah personal, sebuah dialog vertikal antara seorang hamba dengan Tuhannya, yang syarat sahnya adalah niat tulus dari seorang individu.

Selama bertahun-tahun, banyak perusahaan tanpa sadar telah mereduksi ibadah agung ini menjadi sekadar program CSR yang berorientasi citra, melupakan bahwa kurban atas nama entitas perusahaan lebih tepat jatuh sebagai sedekah, bukan ibadah kurban yang syar'i.

Namun, di tengah kelaziman yang keliru itu, PT Gramasurya telah menjadi anomali yang konsisten. Selama tiga belas tahun terakhir, perusahaan ini menjalankan sebuah tradisi yang seharusnya menjadi standar emas: memfasilitasi kurban, namun niat dan namanya diperuntukkan bagi perwakilan karyawan mereka.

Ini bukan lagi sebuah "langkah inspiratif" yang baru lahir. Ini adalah sebuah filosofi yang mengakar, sebuah komitmen jangka panjang yang telah teruji waktu. Apa yang dipraktikkan PT Gramasurya, yang jejaknya pada Idul Adha 1446 H ini kembali terpatri di berbagai sudut Yogyakarta dan Bantul—mulai dari Masjid Al-Muhsinin di Gedong Kuning, Masjid Al-Irsyad di Mergangsan, hingga Mushola Sajada di Kasihan—adalah sebuah kurikulum filantropi yang utuh.

Pertanyaannya menjadi lebih tajam: Jika PT Gramasurya telah membuktikan bahwa model ini bisa berjalan secara konsisten selama lebih dari satu dekade, apa yang menghalangi ribuan perusahaan lain untuk mengikutinya? Ketidaktahuan? Atau keengganan untuk melepas ego korporat demi keberkahan yang lebih otentik?

Sudah saatnya korporasi di Indonesia berhenti menepuk dada atas kurban yang tidak sah secara ibadah. Belajarlah dari komitmen 13 tahun PT Gramasurya. Bahwa investasi terbaik bukanlah pada spanduk, melainkan pada keberkahan yang terus mengalir dari niat lurus para karyawannya, tahun demi tahun.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Cerpen Latief S. Nugraha Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa cerita ini tidak ada hubungannya....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Humaniora

Kami memanggilnya: Paman Jangkung. Badannya tinggi. Kurus. Beliau adik kandung ibu. Tetapi, ibu dan ....

Suara Muhammadiyah

8 November 2024

Humaniora

Cerpen: Suratini Eko Purwati Ada tetangga, penduduk asli kampung menjual rumah keluarga dan ada pen....

Suara Muhammadiyah

8 September 2023

Humaniora

Oleh: Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si Tahu Karna sang Raja Angga? Dia kestria digdaya. Anak Dewi K....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Humaniora

In Memoriam: dr. H. Subari Damopolii – Dokter Langka, Ustaz, dan Akademisi Oleh: Haidir Fitra....

Suara Muhammadiyah

12 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah