Keluasan Ajaran Islam
Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si
Akhir-akhir ini ada kecenderungan berislam secara terbatas atau parsial atasnama kehidupan Islami. Sebutlah cara berpakaian, penggunaan istilah-istilah yang spesifik yang sangat rigid atau terbatas verbalisme bahasa, ritual ibadah mahdhah, dan hal-hal yang bersifat simbol. Semuanya baik sebagai wujud ingin mempraktikkan Islam dalam kehidupan nyata umat.
Namun penting dipahami secara mendalam dan substantif bahwa ajaran Islam itu luas aspeknya sehingga bersifat multidimensi dan multiperspektif, sehingga tidak cukup terwakili oleh hal-hal yang bersifat parsial atau bahagian kecil. Kandungan ajaran dalam Islam itu luas menyangkut akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah dunyawiyah yang satu sama lain terkait.
Selain itu masing-masing aspek dari ajaran Islam tersebut cakupan dan rinciannya juga luas, sehingga perlu pendalaman yang seluas-luasnya agar tidak tejad8 bias dan reduksi tentang Islam dan implementasinya dalam kehidupan umat. Karenanya diperlukan pendalaman keislaman yang benar, baik, multiaspek, dan multipendekatan agar mendekati atau bahkan mencapai Islam Kaffah dalam makna yang hakiki.
Risalah Islam
Sejatinya Islam adalah agama yang mengandung banyak dimensi sebagaimana akar kata dan berbagai kandungan ajarannya. Kata Islam secara bahasa (mashdar) dari akar kata s-l-m: salama dengan sighat aslama-yaslimu-Islama. Islam artinya damai, tunduk, suci, bersih. Jadi Islam itu agama yang mengajarkan ketundukan, keselamatan, kedamaian, dan kesucian.
Islam artinya agama yang mengandung kepasrahan (aslama) sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. An-Nisa/4 : 125). Di lain ayat disebutkan, “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162). Seraya difirmankan, yang artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83). Demikian pula dengan ayat ini: “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS 37 : 26) serta ayat lainnya yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208).
Islam juga mengandung arti Keselamatan atau Kesejahteraan (Salam) sebagaimana firman Allah yang artinya "Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (QS. Maryam 19 : 47).
Islam dalam makna khusus ialah Kedamaian (salm, sulhu). As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Al-Quran yang artinya “Dan jika mereka condong kepada perdamaian (li-silmi), maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al Anfal 8:61). Islam Artinya Kesucian atau Kebersihan jiwa (salim). Allah berfirman yang artinya "Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (QS. Asy Syuara 26 : 89), serta "(Ingatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci." (QS. Ash Shaffat37: 84).
Islam sebagai agama mengatur seluruh aspek kehidupan. Tetapi ada aspek-aspek kehidupan yang secara rinci diatur, ada yang sifatnya mujmal atau umum, dan bahkan ada yang diberikan keleluasaan manusia untuk mengaturnya. Hadis Nabi: “Antum a’lamu bi umuri dunyakum”. Al-muradu bi-amri al-dunya...antum a’alum bi umuri dunyakum...huwa al-umuru’llati lam yub’ats li-ajliha al-anbiyaau” (yakni perkara-perkara / urusan-urusan / pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan-kebijakan manusia). Dalam hal ini terutama masalah-masalah mu’amalah-dunyawiyyah, al-ashlu fil asyaa (al-mu’amalat) al-ibahah, hatta yaquma ad-dali ‘ala at-tahrim, bahwa asal muasal hukum mu’amalah itu sampai ada dalil yang mengharamkan. Termasuk dalam hal bagaimana mengurus masyarakat, bangsa, dan negara. Islam hanya mengatur prinsip-prinsipnya atau isyarat-isyarat dalam bentuk al-isryadat atau petunjuk-petunjuk bagi kehidupan umat manusia.
Muhammadiyah memaknai agama Islam (ad Dinul Islami) ialah “Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah dalam al Qur an dan yang tersebut dalam Sunnah yang maqbulah berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.”. Muhammadiyah memandang kandungan ajaran Islam bukan hanya perintah-perintah dan larangan-larangan semata sebagaimana banyak dipahami kalangan umat selama ini, tetapi juga berbagai petunjuk tentang kehidupan yang luas.
Multidimensi dan Multiperspektif
Islam bagi kaum muslim atau para pemeluknya harus diyakini kebenarannya secara kokoh sebagaimana firman Allah SWT yang artinya Islam agama yang benar. Firman Allah yang artinya "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS Ali Imran 19).
Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah agama yang sempurna dan risalah terakhir yang diturunkan kepada umat manusia. Firman Allah yang artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS Al-Maidah: 3). Sebagai ajaran yang paripurna Islam tentu saja harus mampu memberi fondasi, petunjuk, jawaban, dan solusi bagi kehidupan di berbagai lingkungan dan keadaan sepanjang zaman.
Islam sebagai agama fitrah memiliki misi yang utama, yakni menjadi rahmat bagi kehidupan alam semesta. Firman Allah dalam Al-Quran menyatakann yang artinya: ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya: 107). Sebagai agama rahmat, Islam tidak hanya untuk manusia, tetapi memberi manfaat bagi kehidupan di alam raya seperti hewan, tumbuhan, lingkungan, dan lain-lain dalam relasi saling terkait antara hubungan dengan Tuhan (habluminallah), hubungan dengan sesama manusia (hablimannas), dan hubungan dengan semesta alam (hablumin al-’alam).
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin berkomitmen untuk membangun tatanan kehidupan yang adil (QS Al-Araf: 29), makmur (Qs Hud: 61), sejahtera (QS An-Nisa: 19), persaudaraan (QS Al-Hujarat: 10), saling tolong menolong (QS Al-Maidah: 2), kebaikan (QS Al-Qashas: 77), terbangunnya hubungan baik pemimpin dan warga (An-Nisa: 57-58), terjaminnya keselamatan umum (QS At-Taubah: 128), Hidup berdampingan dengan baik dan damai (Al-Imran: 101, 104; dan Al-Qashas: 77), tidak adanya kezaliman (Al-Furqan: 19), tidak ada kerusakan atau fasad fi al-ardl (QS Al-Baqarah: 11), dan terciptanya umat terbaik atau khaira ummah (QS Ali Imran: 110), sehingga secara keseluruhan terwujud “baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur” sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan) "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun” (QS Saba: 15).
Islam mengajarkan agar manusia mengurus dunia dan menjadikannya sebagai “majra’at al-akhirat” atau ladang akhirat. Islam memerintahkan umatnya untuk merencanakan masa depan sebagai bagian tidak terpisahkan dari bertaqwa (QS Al-Hasyr: 18), bahkan umat diperintahkan untuk melakukan perubahan nasib dengan ikhtiar sebab “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya” (QS Ar-Ra’d: 11). Muslim tidak boleh melupakan dunia, sebaliknya mengurus untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat dengan perbuatan baik sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS Al-Qashash: 77).
Karenanya Islam harus dipahami dalam multidimensi dan dengan pandangan multiperspektif. Islam harus dipahami dengan utuh, mendalam, dan luas menggunakan pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani. Islam harus diamalkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan kehidupan global untuk mewujudkan kehidupan yang terbaik di dunia dan akhirat. Lebih jauh menjadi suatu kewajiban umatnya agar Islam didakwahkan secara luas sehingga menjadi sistem kehidupan yang utama bagi pembentukan peradaban umat manusia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dan rahmatan lil-‘alamin.
Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2022