Kerapuhan Peradaban dan Disorientasi Makna, Bermuara dari Luruhnya Nilai-nilai Keagamaan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
85
Fathurrahman Kamal, Lc., MSI. Foto: Roni

Fathurrahman Kamal, Lc., MSI. Foto: Roni

BATU, Suara Muhammadiyah - Pada era saat ini, umat dan bangsa kita menghadapi persoalan yang sangat besar terkait dengan realitas kehidupan yang terus berubah. Salah satu tantangan utama adalah hegemoni dari peradaban sekular yang sangat dahsyat.

"Nasionalisme sering diletakkan secara berlebihan, disusul oleh materialisme dan humanisme sekular," beber Fathurahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Batu-Malang, Jawa Timur, Jumat (24/10).

Generasi Z, khususnya anak-anak muda hari ini, ungkap Fathur, tengah dihadapkan pada teror yang besar dalam bentuk scientism—pemahaman bahwa kebenaran hanya dapat diukur melalui ilmu pengetahuan empiris, sementara hal di luar itu dianggap tidak valid.

"Hari ini anak-anak kita banyak yang terpapar agnotisme, keyakinan bahwa kebenaran tidak dapat diraih, sehingga banyak dari mereka terjebak dalam suasana mempertuhankan kehidupan digital," terang Fathur.

Fenomena new atheism atau atheisme baru juga muncul di tengah masyarakat saat ini. Atheisme jenis ini tidak serta-merta menafikan keberadaan Tuhan, tetapi lebih menekankan pada spiritualitas tanpa keharusan beragama. 

"Bahkan, kelompok yang menerapkan hubungan sesama jenis pun dapat dianggap memiliki spiritualitas menurut paham ini, yang tentu menjadi persoalan serius bagi banyak pihak," bebernya.

Menurut Muhammadiyah, kondisi ini merupakan fakta kekosongan spiritual dan relativisme nilai dalam kehidupan. "Dan pada akhirnya, kita semua mengalami krisis makna hidup yang mendalam," ujarnya.

Karena itu, merespons realitas tersebut, Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48 di Surakarta, Jawa Tengah tahun 2022, telah meresmikan dokumen Risalah Islam Berkemajuan. Menurut Fathurahman Kamal, dokumen ini memiliki peran vital terutama di Majelis Tabligh, yang harus menjadikannya sebagai pandangan dunia (world view), tasawuf, dan paradigma utama. 

"Bukan hanya dalam berdakwah, tetapi di dalam menghadapi semua realitas kehidupan," tegasnya. Di samping itu, juga harus menjadi manifesto perjuangan.

Melanjutkan ihwal dokumen tersebut, Fathur menyebut, Muhammadiyah menegaskan bahwa peradaban yang dibangun hanya atas landasan duniawi akan rapuh dan berpotensi mendatangkan malapetaka.

"Nilai-nilai agama harus ditempatkan sebagai landasan dan ruh peradaban agar mampu mengantarkan manusia pada kesejahteraan lahir dan batin, serta keselamatan dunia dan akhirat," jelasnya.

Muhammadiyah menyambut kemodernan, namun melakukan reformasi agar tetap sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam pandangan Islam, kemajuan berarti kebaikan yang serba utama yang melahirkan keunggulan hidup baik secara duniawi maupun rohani.

"Islam merupakan agama yang berkemajuan (dinul hadharah) yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta alam," tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

Uji Coba Skala Terbatas SiTaSiBesar Sukses PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Tim peneliti dari....

Suara Muhammadiyah

7 November 2024

Berita

MAGELANG, Suara Muhammadiyah – SMP Muhammadiyah Plus (M Plus) Gunungpring, Muntilan, Kabupaten....

Suara Muhammadiyah

13 June 2025

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Dr Harun Joko P....

Suara Muhammadiyah

5 June 2025

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - UMSU Bisa Jadi Ikon Baru di Deli Serdang. Ketua Pimpinan Pusat Muhammad....

Suara Muhammadiyah

19 April 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Asosiasi Televisi Siaran Digital Indonesia (ATSDI) Er....

Suara Muhammadiyah

23 January 2025