Ketupat Lebaran Idul Fitri

Publish

9 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
505
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ketupat Lebaran Idul Fitri

Oleh: Dr Faozan Amar, Sekretaris MPKS PP Muhammadiyah dan Dosen FEB UHAMKA

Milyaran kaum muslimin merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah. Di belahan bumi mana pun, pada 1 Syawal setiap tahun umat Islam dalam ratusan juta mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, dan pengakuan selaku hamba terhadap keesaan Allah serta pernyataan untuk selalu taat kepada-Nya.

Semua itu sebagai wujud kemenangan setelah selama satu bulan melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Idul Fitri sebagai puncak dari pelaksanaan ibadah puasa memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban melaksanakan ibadah puasa itu sendiri, yakni la alakum tattaqun (supaya kamu menjadi orang yang bertakwa).

Idul Fitri secara bahasa berarti hari raya Kesucian atau juga berarti hari raya kemenangan, yakni kemenangan mendapatkan kembali mencapai kesucian, fitri yang sejati.Adapun kata ‘id dalam bahasa Arab diambil dari akar kata ‘ain-wa-da, yang memiliki banyak arti,di antaranya sesuatu yang berulangulang. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘adah. Dan kata ‘idjuga memiliki arti kembali, kembali ke asal dari kata ‘audah.

Dari pengertian yang terakhir, Idul Fitri atau kembali ke asal adalah pengertian yang sangat relevan dengan makna yang akan dicapai dalam pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri,tentu saja apabila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadarinya tujuan puasa itu sendiri, yakni sense of objective (memiliki rasa ketakwaan). Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW yang berkaitan dengan asal kejadian manusia.

Dikatakan dalam suatu hadis Rasulullah SAW; “Setiap anak yang lahir adalah dalam kesucian”. Penegasan yang berkenaan dengan kesucian bayi yang baru lahir juga dinyatakan dalam sebuah hadis lain yang mengatakan bahwa seorang bayi apabila meninggal, maka akan dijamin masuk surga. 

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, salah satu makanan yang disajikan pada saat lebaran Idul Fitri adalah ketupat.

Menurut Wikipedia, ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara Maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Dan biasanya, ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Beberapa jenis makanan yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), grabag (Magelang), kupat glabet (Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, serta gado-gado yang dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai sate,meskipun lontong lebih umum.

Kupat' berasal dari istilah bahasa Jawa, yaitu ngaku lepat yang berarti 'mengakui kesalahan' atau laku papat (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat, yaitu lebaran (pintu maaf), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (dari kata Labur; putih, yang berarti 'bersih dari dosa-dosa').

Pada saat Idul Fitri, ketupat tidak hanya menjadi sajian menu khas, tetapi juga memiliki makna yang dalam. Makna tersebut tidak hanya dari segi ajaran agama, tetapi tradisi budaya yang menyertainya. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa, yakni dari kata ku maknanya ngaku (mengakui) dan pat yang berarti lepat (kesalahan).

Jadi kupat makna harfiahnya adalah mengakui atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Makna kupat tersebut, digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam menyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa, yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Salah satu bentuk kesakralan itu adalah ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat (barang siji kudu dirumat), yang memiliki kesaktian, sehingga harus dirawat dan dijaga, agar kesaktiannya itu tetap lestari.

Karena itu, ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa; sepasar) sesudahnya. Bahkan,ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat (lebaran kupat). Proses asimilasi budaya dan keyakinan yang telah berproses panjang ini, akhirnya mampu menggeser kesakralan kupat menjadi sebuah tradisi islami.

Dalam tradisi tersebut, ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat umat Islam merayakan Lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan. Tak hanya itu, cara membelah ketupat juga memiliki makna tersendiri.Biasanya ketupat dibelah menjadi empat, yang makna adalah: pertama laburan, yakni dalam rangka menyambut lebaran Idul Fitri, rumah-rumah itu dilabur, dibersihkan dan dicat ulang, sehingga kotoran itu hilang dan rumah akan tampak seperti baru.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas datangnya hari kemenangan setelah sebulan berpuasa,juga dihapus dosa dan kesalahan dengan membuka lembaran baru,yang lebih bersih. Kedua,luberan.Yaitu segala jenis makanan tersedia sampai meluber melebihi kapasitas tempatnya, biasanya tempat makanan itu bernama stoples.

Begitu juga jalanan menjadi ramai bahkan macet sehingga kendaraan meluber sampai ke jalan-jalan desa. Semua itu disajikan untuk menghormati para tamu, baik tetangga, teman maupun saudara, yang datang ke rumah untuk saling bermaaf-maafan. Makna yang ketiga adalah lebaran, yakni dibukanya pintu maaf lebar-lebar. Itu tidak hanya berlaku untuk yang berbuat salah tetapi juga kepada orang yang telah dizalimi.

Secara fisik, hal ini ditandai dengan dibukanya pintu rumah lebar-lebar pada saat Idul Fitri, untuk menerima tamu yang mengunjunginya. Keceriaan dan senyum lebar penuh kegembiraan selalu mewarnai perayaan lebaran sambil saling bermaafan. Dan keeempat adalah leburan. Maknanya adalah dileburnya dosa-dosa sesama manusia sebab saling memaafkan satu sama lain. Karena itu, menjadi wajar orang rela mudik menempuh perjalanan jauh dengan taruhan nyawa.

Kemudian, ketupat dimakan bersama opor (dari kata sapuro ; minta maaf) yang isinya jeroan ati ampela dan kulit ayam. Maknanya adalah maaf lahir batin. Saat ketupat dibuka warnanya putih, yang berarti setelah saling memaafkan hati kembali putih bersih. Ketupat telah menjadi media dakwah Islam sejak zaman Sunan Kalijaga hingga sekarang menjadi tradisi saat lebaran Idul Fitri. 

Semua itu dilakukan tidak lain adalah sebagai upaya untuk melebur segala dosa dan kesalahan, terutama kepada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman, agar pada saat Idul Fitri betul-betul kembali kepada kesucian sejati, seperti sucinya bayi yang baru dilahirkan.

Mari kita nikmati lezatnya ketupat lebaran, sambil kita rasakan hayati makna simbolis dan nilai-nilai ajaran agama, sosial dan budaya yang ada di dalamnya, sehingga kita dapat merasakan dahsyatnya ketupat lebaran. 

Selamat menikmati ketupat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin. Wallahua’lam. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh Muhammad Abadi Kader Muda Muhammadiyah Asal Kota Banyuwangi, Menetap di Kauman, Bojonegoro, Ja....

Suara Muhammadiyah

14 September 2024

Wawasan

Etika Politik Islam Oleh: Suko Wahyudi Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SwT me....

Suara Muhammadiyah

6 March 2024

Wawasan

Menjaga Amanah Persyarikatan Oleh: Saidun Derani Pada Pembukaan Baitul Arqam Pimpinan  Univer....

Suara Muhammadiyah

14 January 2024

Wawasan

Jangan Sekadar Ber-IMM, Jadikan Tulisan Sebagai Karya Utama Oleh: Fathan Faris Saputro Dalam dunia....

Suara Muhammadiyah

28 November 2023

Wawasan

Bisakah Muhammadiyah Menjawab Tantangan Kesehatan Mental? Oleh: Nurul Kodriati,Ph.D Hari kesehatan....

Suara Muhammadiyah

10 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah