Khadijah binti Khuwaylid (Bagian ke-1)

Publish

12 February 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
882
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Khadijah binti Khuwaylid (Bagian ke-1)

Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Khadijah lahir di Makkah pada tahun 556 M. Nama ibunya adalah Fatimah binti Zaid, dan nama ayahnya adalah Khuwaylid bin Asad. Dia adalah pemimpin yang sangat populer di antara suku Quraisy, dan seorang pengusaha yang sangat makmur yang meninggal saat bertempur dalam peperangan Fujjar. Khadijah tumbuh di pangkuan kemewahan. Dia menikah dengan Abu Haluh Malak bin Nabash bin Zarrarah bin At-Tamimi dan punya dua anak, Halah dan Hind. 

Khadijah ingin suaminya makmur dan membiayainya dalam mendirikan bisnis besar. Tapi sayangnya suaminya meninggal duluan. Beberapa waktu kemudian janda muda itu menikah dengan Atiq bin Aith bin Abdullah al-Makhzumi, dan dikaruniai seorang putri bernama Hindah. Tetapi pernikahan ini segera putus karena ketidakcocokan. Setelah ini, semua perhatian Khadijah dikhususkan untuk membesarkan anak-anaknya dan membangun bisnis yang dia warisi dari ayahnya. Kemampuan dan kecerdikan yang dimilikinya membuat bisnisnya berkembang paling luas di antara kaum Quraisy.

Kebijakannya adalah mempekerjakan manajer yang bekerja keras, jujur dan terhormat atas namanya. Dia sangat bergantung pada integritas karyawannya yang melakukan perjalanan jauh. Dia mengekspor barang-barangnya ke pasar yang jauh seperti Suriah, dan para manajernya membeli barang-barang dari pasar-pasar itu untuk dijual di rumah, Makkah.

Khadijah telah mendengar tentang integritas, kejujuran, dan perilaku elok Muhammad. Lalu dia memberikan tawaran pekerjaan kepadanya untuk memimpin kabilah dagangnya. Muhammad dengan senang hati menerima tawaran itu dan mulai bekerja untuknya. Khadijah mengirim Muhammad dalam perjalanan bisnis. Sementara budak lamanya yang juga tepercaya, Maisarah, didelegasikan untuk menemani dan melayani Muhammad.

Maisarah terkesan dengan integritas, kekuatan karakter, kepatuhan terhadap prinsip -prinsip, transaksi yang bersahabat dan kemampuan bisnis Muhammad. Dalam perjalanan kembali dari Suriah, Muhammad berbaring di bawah pohon untuk beristirahat sejenak. Nestora— seorang pendeta Yahudi yang terkenal karena pengetahuannya tentang agama dan wawasannya—melihat sosok laki-laki sedang rehat dan bertanya siapa dia kepada Maisarah. Maisarah memberitahunya semua tentang Muhammad, termasuk kejujuran dan kecerdasannya. Nestora kemudian mengatakan kepada Maisarah bahwa pria ini akan ditinggikan derajatnya menjadi Nabi di masa depan, karena tidak ada orang yang pernah beristirahat di bawah pohon tersebut kecuali para Nabi.

Riwayat mengatakan bahwa Maisarah juga melihat dua malaikat membawa awan di atas kepala Muhammad untuk melindunginya dari silau dan panas matahari. Ketika kembali ke rumah, Maisarah melaporkan kepada Khadijah semua yang telah terjadi. Dia sangat tersentuh dan terkesan, dan mulai berpikir untuk menikah dengan Muhammad. Tapi bagaimana dia mengungkapkan maksudnya kepada Muhammad? Khadijah sudah menolak beberapa lamaran dari banyak laki-laki, termasuk dari sejumlah keluarga terhormat dari Quraisy. Bagaimana reaksi suku Khadijah sendiri? Apa yang akan dikatakan keluarganya? Belum lagi, apakah lamarannya bakal diterima oleh Muhammad, seorang pria muda yang belum pernah menikah dari suku Quraisy?

Ketika merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini, suatu malam dia bermimpi bahwa matahari yang bersinar telah turun dari langit ke halamannya, memancarkan sinarnya ke rumahnya. Ketika bangun, dia berangkat untuk mencari tahu takwil mimpi indah ini kepada sepupunya, Waraqah bin Nawfal, seorang pria buta yang terkenal karena keahliannya dalam menafsirkan mimpi dan pengetahuannya yang dalam tentang Taurat dan Injil. Ketika Waraqah mendengar mimpi Khadijah, dia tersenyum tenang dan mengatakan kepada Khadijah untuk tidak khawatir. Hematnya ini adalah mimpi yang sangat menjanjikan. Matahari yang mulia yang dilihatnya turun ke halamannya menunjukkan bahwa seoang Nabi yang kedatangannya telah diramalkan dalam Taurat dan Injil bakal menghiasi rumahnya. Khadijah akan menemukan kehadiran sosok agung ini dalam hidupnya.

Setelah pertemuan dengan Waraqah, keinginan Khadijah untuk menikahi Muhammad menjadi lebih kuat. Salah seorang teman dekat Khadijah, Nafisa binti Manbah, menyadari kecenderungannya. Lalu dia pergi ke Muhammad dan minta izin untuk mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi kepadanya. Ketika Muhammad mengatakan tidak keberatan, Nafisa bertanya mengapa dia belum menikah. Muhammad mengatakan dia tidak memiliki uang. Kemudian Nafisa bertanya kepada apakah Nafisa mau menikahi seorang wanita cantik dari keluarga yang mulia dan kaya, yang mau menikah dengannya? Muhammad bertanya siapa wanita itu gerangan. Ketika dia mengetahui identitasnya, Muhammad mengatakan dia bersedia asalkan si wanita itu bersedia menikahinya. Khadijah sangat gembira.

Muhammad saat itu berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun. Dua paman Muhammad, Hamzah dan Abu Talib mendekati paman Khadijah, Umar bin Asad, untuk melakukan prosesi lamaran. Lamaran itu diterima dan kedua keluarga mulai mempersiapkan pernikahan. Halimah as-Sa'diyyah, yang merawat Muhammad pada masa pertumbuhannya, diundang secara khusus untuk acara pernikahan ini. Dia mengadakan perjalanan menuju  Makkah dari desanya. Ketika dia bermaksud pulang setelah perayaan pernikahan usai, Khadijah memberinya barang-barang rumah tangga, seekor unta dan empat puluh kambing sebagai ungkapan terima kasih kepada wanita yang telah merawat Muhammad yang baik dalam masa pertumbuhannya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Menilik Relasi Bung Karno Dan Muhammadiyah Bengkulu Berdasarkan Arsip Koran Lokal “Penaboer&....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Khazanah

Tiga Alasan Ijazah Muallimin Dulu Itu Ampuh Oleh Mu’arif Ampuh alias sakti! Itulah kesan sep....

Suara Muhammadiyah

14 November 2023

Khazanah

Aisyah binti Abu Bakar: Wanita Kritis dan Pemberani Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya ....

Suara Muhammadiyah

19 February 2024

Khazanah

Jejak Awal Masuknya Islam di Kalimantan Oleh: Azhar Rasyid, Penilik Sejarah Islam Dewasa ini, Indo....

Suara Muhammadiyah

3 July 2024

Khazanah

Masjid Kobe dan Fajar Islam di Jepang Oleh: Azhar Rasyid, Penilik sejarah Islam Kobe kini dikenal ....

Suara Muhammadiyah

28 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah