Oleh: Diyan Faturahman, SAg., MPd, Anggota PRM Tamanan, Banguntapan Selatan
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه . اَللّٰهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله . اِتَّقُواللهَ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن . أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jamaah Rahimakumullah
Satu di antara tujuan-tujuan syariat Islam ialah untuk menjaga kehormatan. Oleh karenanya, penting bagi setiap Muslim untuk berusaha menjaga kehormatan diri pribadi maupun orang lain. Upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga kehormatan tersebut ialah dengan memiliki rasa malu. Malu ketika sampai hati menghina atau merendahkan orang lain, padahal status manusia di hadapan Tuhan adalah sama belaka, ketakwaan-lah yang jadi pembeda. Malu untuk mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain, malu untuk menggunjing, malu apabila menuduh orang baik-baik melakukan zina, menyebarkan hoax dan sebagainya.
Allah SwT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ḥujurāt [49]:12)
Setiap manusia, tak terkecuali seorang muslim sangat mungkin memiliki aib. Namun Islam mengajarkan agar umatnya pandai menutupi aib saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa harga diri seseorang, terlebih seorang muslim ialah sangat mahal bahkan tak ternilai. Sehingga tujuan syariat Islam itu sendiri di antaranya ialah menjaga kehormatan. Kecuali dalam hal tertentu, yang justru membolehkan dan bahkan mengharuskan diri menyebutkan aib orang lain, seperti mengadu tindak kezaliman kepada pihak yang berwenang, meminta pertolongan agar dihilangkan dari suatu perbuatan jahat, meminta fatwa pada seorang ‘alim atau mufti, ataupun membicarakan perangai si mujahir atau kaum mujahirin.
Jamaah Rahimakumullah
Imam an-Nawawi mencantumkan hadis mengenai keutamaan sifat malu pada urutan ke 20 dari Hadis Arba’in yang masyhur itu,
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الأَنْصَارِي البَدْرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ )رَوَاهُ البُخَارِي(
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya di antara perkataan kenabian terdahulu yang diketahui manusia ialah jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu! (HR. Bukhari)
Adapun hadis tersebut bukan bermaksud bahwa “jika tidak memiliki malu, tidaklah mengapa”, namun yang dimaksudkan, ialah ungkapan ancaman serta bentuk menghinakan, bahwa “jika tidak punya rasa malu, silahkan lakukan sesukamu!”
Setidaknya ada dua istilah yang perlu digarisbawahi, yakni Kalaam an-Nubuwwah yang berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, kemudian sampai kepada kita tanpa ada perubahan-perubahan. Kemudian kata Tastahi atau al-istihya’ atau al-haya’ yang berarti sikap atau rasa malu, dan ini merupakan bagian dari ahlakul karimah, juga menjadi salah satu cara mencegah diri dari melakukan tindakan - tindakan yang rendah. Lawannya adalah waqahah yang artinya tidak tahu malu.
Rasa atau sikap malu terbagi menjadi dua macam. Pertama, malu yang mencegah seseorang dari keburukan, inilah malu yang dibenarkan. Kedua ialah malu yang buruk, seperti orang yang enggan bertanya untuk mencari ilmu, karena alasan malu. Sehingga ada riwayat yang masyhur di kalangan ahli ilmu: لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ atau dalam makna yang lain bahwa ilmu itu lenyap oleh kesombongan dan rasa malu.
Jamaah Rahimakumullah
Syaikh Hisyam al-Kamil Hamid Musa, saat mensyarah hadis ke-20 Arba’in An-Nawawi menyebut bahwa, di antara kerasnya hati seseorang adalah sedikit rasa malunya. Selain itu beliau merinci beberapa faidah hadis tentang malu tersebut, kurang lebih sebagai berikut,
1. Sejatinya sifat malu mendapat tempat yang utama dalam setiap bagian syari’at,
2. Rasa malu berlaku bagi laki-laki maupun perempuan, dan ia merupakan bagian dari iman,
3. Malu juga bagian dari agama, sebab buahnya meliputi ‘iffah (menjaga kehormatan dan kesucian diri), wafaa` (memenuhi janji), dan sidq (penuh kejujuran),
4. Malu akan selalu membawa pada kebaikan, jika diletakkan pada tempatnya,
5. Tidak tahu malu ialah melakukan perbuatan yang haram, bahkan tidak segan menjadi seorang mujahir (menampakkan dosanya sendiri).
Jamaah Rahimakumullah
Pada akhirnya marilah kita mengambil hikmah, bahwa di antara bentuk menjaga kehormatan diri ialah memiliki rasa malu. Sehingga apabila hal ini tertanam kokoh menjadi sebuah kepribadian, selamatlah kehormatan orang lain pula. Wallahu a’lam.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوْاصَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ . اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ . عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Sumber: Majalah SM Edisi 01/2025