Kolaborasi FAI UM Bandung dan UIN SGD Meneguhkan Moderasi Beragama

Publish

4 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
56
Dok Istimewa

Dok Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung bekerja sama dengan Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung dan Universitas Muhammadiyah Parepare menggelar Seminar Nasional Pendidikan Islam. Seminar ini mengusung tema “Meneguhkan Moderasi Beragama: Tantangan dan Peluang di Era Digital” dan dilaksanakan pada Kamis (04/09/2025).

Acara ini menghadirkan akademisi, dosen, dan mahasiswa pascasarjana untuk membahas peran moderasi beragama dalam membangun peradaban. Diskusi juga diarahkan pada upaya menjawab tantangan yang dihadapi umat di era digital yang serba cepat dan terbuka.

Wakil Direktur III Pascasarjana UIN SGD Dindin Solahudin menyampaikan bahwa seminar ini menjadi ruang kajian konseptual yang penting bagi mahasiswa S2. Ia menegaskan bahwa moderasi beragama bukan sekadar wacana akademik, melainkan bagian dari sunnah Rasulullah SAW.

“Moderasi beragama itu sunnah Rasul. Tiga sahabat nabi pernah melakukan riset melalui wawancara dengan keluarga nabi dan hasilnya menunjukkan ibadah nabi bersifat minimalis dan tidak berlebihan,” jelas Dindin.

Menurutnya, temuan itu menunjukkan bahwa praktik beragama Nabi Muhammad SAW sangat moderat. Dindin berharap mahasiswa pascasarjana dapat memandang moderasi secara proporsional dan menjadikannya rujukan dalam mengajar, khususnya bagi guru PAI.

Dalam sambutan ini juga Dindin mengingatkan agar moderasi tidak disalahartikan hingga mendangkalkan keimanan. Menurutnya, moderasi beragama harus dipahami sebagai jalan tengah yang meneladani Rasulullah SAW.

Wakil Dekan Fakultas Agama Islam UM Bandung Cecep Taufiqurrahman menambahkan bahwa moderasi adalah identitas Islam itu sendiri. Ia mendorong dosen dan mahasiswa Muhammadiyah untuk terus menggali moderasi dalam pemikiran dan praktik Muhammadiyah.

“Muhammadiyah sudah berusia lebih dari satu abad. Begitu pula NU. Dua organisasi ini tidak mungkin bertahan lama jika tidak mencerminkan pemahaman moderat,” ujarnya. Cecep menegaskan bahwa seluruh amal usaha Muhammadiyah dibangun di atas nilai-nilai moderasi baik secara ideologis, teoretis, ataupun syariat.

Sementara itu, Erik, Plt Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Enrekang, memaparkan bahwa moderasi beragama adalah sikap keagamaan yang berimbang, anti-ekstrem, dan menghormati kemajemukan. Ia menyebut tantangan terbesar adalah tingginya konsumsi konten keagamaan singkat oleh Gen Z yang mencapai 75 persen dan risiko penyebaran paham ekstrem.

Menurut Erik, peluang untuk memperkuat moderasi masih sangat terbuka melalui aplikasi pendidikan Islam, kolaborasi ulama dan kreator digital, serta Kurikulum Merdeka yang menanamkan nilai toleransi dan kebinekaan.

Ia mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan kurikulum lokal berbasis moderasi, melatih guru agar melek digital, dan memperkuat literasi media. Upaya ini diharapkan dapat mencetak generasi yang cerdas digital, moderat, toleran, dan mampu menjaga harmoni kehidupan beragama di era digital.*(FA/FK)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unismuh Makassar menggelar Bimbingan Akr....

Suara Muhammadiyah

2 March 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Hari Rabu, 27 September 2023, SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta me....

Suara Muhammadiyah

28 September 2023

Berita

GRESIK, Suara Muhammadiyah - Dalam upaya memperkuat koneksi antara akademisi dan dunia kerja, Univer....

Suara Muhammadiyah

1 August 2024

Berita

PALANGKA RAYA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Pos Bantuan Hukum (Posbakum) ‘Aisyiyah Kalimantan ....

Suara Muhammadiyah

3 January 2025

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Menjaga etika profesi dan menerapkan nilai–nilai Islam pada prakt....

Suara Muhammadiyah

26 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah