JAKARTA, Suara Muhammadiyah — Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali menggelar Konferensi Mufasir Muhammadiyah II pada Jumat hingga Ahad (13-15/12). Bertempat di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA), konferensi ini menghadirkan ratusan ulama dan cendekiawan dengan misi bersama menyelesaikan Tafsir At-Tanwir lengkap 30 juz.
Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah, Muhammad Dwifajri, memuji upaya kolektif ini sebagai cerminan kekuatan organisasi Muhammadiyah. "Apa yang sudah dihasilkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid ini luar biasa, karena melibatkan ahli Al-Qur'an, sains, psikologi, sejarah, ekonomi, dan berbagai bidang lainnya. Ini adalah khas Muhammadiyah, sebuah karya yang benar-benar berjamaah," ujarnya.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas, menjelaskan bahwa pada konferensi kali ini, tema-tema tafsir telah dipersiapkan oleh tim untuk mempermudah proses penulisan.
"Kita berharap dengan tema yang sudah disiapkan ini, penulisan akan lebih lancar. Kami menargetkan tafsir ini selesai ditulis 30 juz pada tahun 2027, bertepatan dengan muktamar. Namun, dengan melibatkan banyak penulis, proses editing harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menyeragamkan bahasa dan pendekatan kajian," paparnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan konferensi ini.
"Konferensi Mufasir Muhammadiyah sangatlah strategis untuk memobilisasi para mufasir dari berbagai disiplin ilmu dalam menyelesaikan Tafsir At-Tanwir. Kami berharap, tafsir ini menjadi produk jamai, karya kolektif Muhammadiyah, yang bermanfaat bagi warga Muhammadiyah dan umat Islam di Indonesia," ujarnya.
Saat ini, Tafsir At-Tanwir telah diterbitkan dalam dua jilid. Kehadiran para mufasir dalam konferensi ini diharapkan dapat mempercepat penyelesaian proyek besar Muhammadiyah tersebut, sekaligus menegaskan komitmen organisasi terhadap pengembangan tafsir Al-Qur’an yang relevan dengan perkembangan zaman.
Acara ini tidak hanya menjadi forum ilmiah, tetapi juga bukti sinergi antara ulama, cendekiawan, dan akademisi dalam membangun tradisi keilmuan yang kokoh. Harapan besar kini tertuju pada keberhasilan Muhammadiyah menyelesaikan tafsir 30 juz tepat waktu, menjadi sumbangsih monumental bagi dunia Islam.