Konflik Israel-Palestina: Yahudi Sudah Terpecah!
Oleh Mu’arif
Sebuah pemandangan unik: sekelompok Yahudi melakukan demonstrasi membakar bendera Negara Israel sebagai respon mereka atas pembalasan serangan Hamas yang berujung genosida rakyat Palestina belum lama ini. Menariknya, beberapa tahun silam juga terjadi pemandangan serupa ketika perang antara Zionis-Israel melawan Hisbulah di Libanon, sekelompok Yahudi melancarkan protes dan berdemonstrasi di beberapa negara. Sekelompok Yahudi tersebut mengutuk aksi militer Israel yang telah membunuh ribuan bangsa Palestina. Menurut mereka, aksi militer Israel yang telah membunuh bangsa lain yang tidak berdosa tidak sejalan dengan prinsip-prinsip agama Yahudi (Judaisme).
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok Yahudi di beberapa negara merespon serangan militer Israel ke Palestina merupakan bukti bahwa sebenarnya bangsa keturunan Nabi Ya’qub ini sedang mengalami perpecahan. Seperti apakah sebenarnya perpecahan di kalangan Yahudi?
Dalam tubuh bangsa Yahudi sendiri telah lahir beberapa sekte agama. Di antara sekte agama yang cukup terkenal di kalangan Yahudi ialah: Al-Farisiyyun, Ash-Shoduqiyyun, Al-Qura’un, Al-Katabah, dan Al-Muta’ashibun. Sekte Al-Farisiyyun merupakan sekte Yahudi otentik, yaitu mereka yang tetap berpegang teguh pada ajaran Taurat Nabi Musa. Menurut sejarawan Ahmad Syalabi (2006), kelompok ini kemudian tidak popular di kalangan bangsa Yahudi pada umumnya. Sementara sekte Ash-Shoduqiyyun merupakan kelompok para pendeta yang konon lahir di masa Nabi Sulaiman. Akan tetapi, sekte ini mengingkari ajaran Taurat Nabi Musa. Mereka menolak konsep Hari Kebangkitan, Hari Penghisaban, Surga, dan Neraka. Sekte Al-Qura’un adalah bagian dari sekte Al-Farisiyyun yang kemudian hanya mempercayai doktrin-doktrin dalam kitab Perjanjian Lama. Sekte Al-Katabah merupakan kelompok Yahudi yang berprofesi sebagai juru tulis wahyu. Tetapi kemudian profesi ini menjadi pekerjaan yang menghasilkan keuntungan secara material bagi mereka. Dan, sekte Al-Muta’ashibun merupakan kelompok mayoritas bangsa Yahudi yang fanatik. Mereka bersikap fanatik terhadap ras Yahudi (Smith), tidak kenal kompromi dan toleransi. Mereka juga bersifat agresif dan cenderung anarkhis. Mereka inilah yang kemudian menjadi mayoritas bagi bangsa keturunan Yahudi saat ini.
Dalam struktur bangsa Yahudi, mereka banyak memiliki gerakan-gerakan (organisasi) rahasia (Mason, Rotary Club, Babiyah). Salah satu gerakan rahasia bangsa Yahudi mengusung ideologi sekuler dan fasis (rasis). Mereka bernaung di bawah panji-panji Zionisme (berasal dari kata Zion, yaitu sebuah kawasan perbukitan di daerah Yerusalem). Ideologi Zionisme berawal dari cetusan-cetusan gagasan Theodore Hertsell bersifat fasis dan ultra-radikal. Zionisme mendapat dukungan penuh dari sekte Al-Muta’ashibun yang merupakan mayoritas di kalangan mereka. Lewat gerakan Zionis inilah yang kemudian memecah bangsa Yahudi menjadi dua kelompok, yaitu antara orang-orang yang taat berpegang pada ajaran Judaisme dan orang-orang yang memiliki ideologi radikal-fasis.
Gagasan-gagasan Theodore Hertsell merupakan titik akumulasi dari sekian banyak kekecewaan, bahkan menjelma menjadi “dendam”, karena sepanjang sejarah bangsa Yahudi selalu ditindas oleh bangsa lain. Tetapi, para tokoh Zionis sesungguhnya lebih bermotif balas dendam untuk melancarkan serangkaian aksi kekejian terhadap bangsa lain (Palestina) tanpa memahami bahwa sesungguhnya ajaran Judaisme menentang tindakan-tindakan mereka. Oleh karena itu, sebagai kelompok yang berideologi sekuler dan fasis. Mereka kemudian menjadi warna tersendiri bagi ciri khas kelompok Yahudi yang berhaluan ultra-radikal, meminjam istilah Riza Sihbudi. Atau dalam konteks agama, mereka adalah bagian dari sekte Al-Muta’ashibun. Yaitu sekte radikal (ekstrim) yang anarkhis, dan tidak kenal kompromi. Mereka rasis karena cenderung menganggap kelompok sendiri sebagai manusia-manusia pilihan Tuhan. Dalam konteks gerakan, mereka adalah Zionis.
Ajaran Judaisme terus-menerus mengalami pengikisan hingga menjauh dari keotentikannya. Kitab Taurat telah mereka jauhi, kecuali hanya sekte Al-Farisiyyun yang masih tetap berpegang pada ajaran ini. Tetapi, keberadaan mereka sangat terisolir di antara bangsa Yahudi sendiri. Kelompok inilah yang menentang keras pendudukan Israel atas Palestina.
Sementara dalam beragama mereka lebih mengutamakan Kitab-kitab yang datang kemudian kisah-kisah yang ditulis oleh para pendeta Yahudi. Bahkan Kitab Talmud yang merupakan karya seorang yang hidup ratusan tahun (150 tahun) setelah Nabi Isa Al-Masih menjadi pedoman bagi mereka. Padahal ajaran-ajaran Talmud banyak sekali yang menyeleweng, dikarenakan telah terkontaminasi dengan paganisme dan khurafat. Sungguh aneh, bangsa Yahudi lebih menempatkan Kitab Talmud di atas Taurat. Dalam ajaran-ajaran Talmud, konsep ketuhanan menjadi semakin antroposentris. Dilukiskan dalam Talmud bahwa Tuhan pernah menyesal dan marah. Kemudian, Tuhan dalam ajaran Talmud juga tidak suci dari kesalahan (Ahmad Syalabi, 2006: 270).
Keyakinan bangsa Yahudi, terutama dari sekte Al-Muta’ashibun, makin sesat. Dengan motif gerakan Zionisme, mereka meyakini bahwa arwah orang Yahudi yang meninggal memiliki keistimewaan tersendiri. Arwahnya terpisah dari arwah manusia lain. Sebab, mereka berkeyakinan bahwa arwah orang Yahudi adalah bagian dari Tuhan. Kitab Talmud melukiskan arwah orang Yahudi dengan istilah “penitisan.” Konsep ini sebenarnya merupakan adopsi konsep teologi dalam kultur India yang dikenal dengan reinkarnasi. Jelaslah jika ajaran Judaisme telah terkontaminasi oleh ajaran-ajaran Pagan.
Di samping itu, keyakinan Yahudi mewajibkan mereka untuk melawan segala dominasi bangsa lain. Keturunan Yahudi diwajibkan menguasai bangsa-bangsa lain agar mereka tidak hidup dalam kehampaan. Mereka pun menjadi gemar menindas bangsa lain dengan cita-cita merebut kemenengan dan meraih kejayaan di atas bangsa-bangsa lain.
Banyak penyelewengan dalam ajaran Talmud, yang sesungguhnya bukan ajaran murni Nabi Musa. Tetapi, aneh memang, mereka bangsa Yahudi lebih menempatkan kitab Talmud sebagai kitab suci mereka. Sementara ajaran Taurat yang murni merupakan ajaran Nabi Musa telah mereka kesampingkan. Bangsa yahudi yang lebih meyakini ajaran-ajaran Talmud dan kitab-kitab suci selain Taurat, mereka inilah yang kemudian menjadi kelompok fundamentalis (radikal). Kelompok ini setingkat lebih moderat dibanding Zionis. Akan tetapi, mereka kemudian berbaur menjadi satu dalam gerakan Zionis dengan tujuan satu, yaitu merebut Palestina selatan sebagai tanah air mereka.
Sebenarnya, yang masih tersisa dari ajaran murni Judaisme adalah “Sepuluh Perintah” (al-Kalimah al-Asyr/The Ten Commandments) yang isinya merupakan perjanjian antara Tuhan dengan bangsa Yahudi. Sepuluh Perintah tersebut merupakan peninggalan ajaran samawi dari bangsa Yahudi yang paling otentik hingga sekarang. Akan tetapi, amat sedikit keturunan Yahudi yang mengamalkan ajaran ini. Seperti yang telah penulis katakan sebelumnya, mereka yang masih berpegang teguh pada ajaran otentik Nabi Musa hanya sekte Al-Farisiyyun. Mereka seolah-olah lenyap ditelan keganasan kelompok Yahudi radikal (Al-Muta’ashibun) dan kelompok ultra-radikal (Zionis) yang ramai-ramai mencaplok kawasan Palestina.
Cukup menarik apa yang dikatakan Ahmad Syalabi bahwa sebuah penelitian tentang agama-agama manusia menyebutkan bahwa agama Yahudi merupakan “agama rasis.” Ajaran Judaisme merupakan ajaran agama eksklusif yang hanya ditujukan kepada bangsa Yahudi (Bani Israel), bangsa lain tidak. Dan, memang beberapa perintah Tuhan dalam Judaisme hanya untuk Bani Israel. Kemudian sekali-kali Nabi Musa tidak mengajak bangsa lain untuk mengikuti ajaran-ajarannya.
Inilah yang menjadi cikal-bakal penyempitan ajaran Judaisme yang kemudian melahirkan egoisme tersendiri. Sebab, lewat kelompok Yahudi radikal dan ultra-radikal, ajaran Yahudi makin menyeleweng sehingga berubah menjadi ideologi fasis yang amat membahayakan masa depan peradaban umat manusia. Kelompok ultra-radikal yang kemudian mendirikan gerakan Zionis merupakan kelompok yang paling berbahaya. Sebab, dengan kekuatan politik dan militer, mereka kemudian berambisi hendak merajai dunia dengan melakukan penindasan, pembunuhan, dan bahkan pembasmian etnis (genocide) terhadap bangsa Palestina tanpa sedikitpun merasa bersalah.
Namun, kelompok Yahudi ortodoks, yaitu mereka yang masih berpegang pada ajaran murni Judaisme, mereka menentang keras pendudukan Israel di Palestina. Mereka mengutuk pembunuhan bangsa Palestina yang dilakukan oleh rezim Israel. Kelompok Yahudi ortodoks ini tidak terdengar gaungnya, meskipun sebenarnya mereka masih ada dan tetap setia pada ajaran murni Judaisme. Yaitu ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa dan khusus ditujukan kepada mereka.
Sementara kelompok radikal-fasis (ultra-radikal) ialah mereka yang bergabung dan kemudian berpegang teguh pada ideologi Zionisme. Yaitu sebuah ideologi sekaligus gerakan radikal yang berbau fasis dan menghendaki tanah Palestina sebagai milik mereka. Kelompok inilah yang sekarang menguasai pemerintahan Israel sekarang.
Inilah fakta bahwa sebenarnya kaum Yahudi telah terpecah. Mereka terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu antara keturunan Yahudi yang masih taat menjalankan ajaran Judaisme (Yahudi ortodoks), kelompok fundamentalis dan mereka yang berideologi radikal dan fasis (ultra-radikal), yang mengklaim sebagai “ras pilihan.” Kelompok yang terakhir inilah yang kemudian membentuk ideologi radikal dan anarkhis dalam lindungan panji-panji Zionisme.
Bagi kelompok Yahudi radikal (fundamentalis), mereka lebih mudah terprovokasi oleh hasutan-hasutan kelompok Zionis. Apalagi kelompok Zionis banyak menggunakan legitimasi ajaran Judaisme, tatapi hanya sepotong-sepotong, untuk mewujudkan ambisi mereka. Kelompok yahudi radikal kemudian banyak yang bergabung dengan Zionisme. Sehingga sekarang, untuk memisahkan antara bangsa Yahudi dengan gerakan Zionis sangat sulit. Sebab, kedua-duanya seakan telah bersatu-padu untuk mewujudkan ambisi mereka mendirikan negara Israel di Palestina.
Lain dengan kaum Yahudi yang taat menjalankan perintah-perintah dalam Judaisme. Dalam doktrin Judaisme mengenal Sepuluh Perintah (al-Kalimah al-Asyr/The Ten Commandments) yang difirmankan Tuhan kepada Nabi Musa untuk kaumnya, bangsa Yahudi. Di antara Sepuluh Perintah tersebut adalah perintah haram membunuh dan merampas hak milik orang lain (Nurcholis Madjid, 1995: 53).
Bahkan, dalam beberapa kitab suci Perjanjian Lama, meskipun telah banyak penyelewengannya, ajaran agama Yahudi menyebutkan bahwa sebenarnya tindakan Zionis-Israel selama pendudukan atas tanah Palestina tidak bisa dibenarkan. Beberapa doktrin yang berseberangan dengan aksi pendudukan Zionis-Israel di Palestina seperti: “Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah Tuhan. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus-terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia” (Perjanjian Lama, Imamat, 19:15-17); “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan, apakah yang dituntut Tuhan daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?'' (Perjanjian Lama, Mikha, 6:8); “Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu …” (Perjanjian Lama, Keluaran, 20:13-17).
Sekali lagi, ajaran Judaisme (Yahudi) tidak membenarkan aksi pendudukan yang diberengi dengan penindasan dan pembantaian rakyat sipil Palestina yang dilakukan oleh rezim Zionis-Israel. Oleh karena itu, wajar jika kelompok Yahudi yang taat terhadap Judaisme mengritik dan mengecam habis-habisan tindakan Israel menduduki kawasan Palestina. Sebab, pendudukan Israel terhadap kawasan Palestina, di samping merupakan perampasan hak kawasan bangsa lain, juga diiringi dengan aksi pembunuhan sadis secara besar-besaran. Bahkan sebagian besar yang mereka bunuh adalah rakyat sipil, terutama anak-anak dan wanita.