Jakarta, Suara Muhamadiyah — Pesantren Dea Malela menyelenggarakan kunjungan pendidikan kelimanya ke Jakarta, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan pada tahun 2019, 2020, 2022, dan 2023. Kunjungan pendidikan ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan Islam para santri di luar negeri dan mengevaluasi sekolah-sekolah terbaik di Indonesia. (23/10/2025)
Rombongan yang dipimpin oleh Ustad Dimas ini terdiri dari 46 santri dan enam guru. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya yang lebih berfokus pada pembelajaran, kunjungan ke Jakarta kali ini lebih menekankan pada presentasi karya atau proposal santri kepada para guru, termasuk Profesor Nahla dan Din Syamsuddin. Dua presentasi utama yang akan disampaikan oleh mahasiswa berfokus pada Muhammadiyah dan Al-Azhar. Presentasi yang dibawakan oleh Muzakkar Syukur berjudul “Strategi Digitalisasi untuk Seruan Muhammadiyah Menghidupkan kembali Trend Media Sosial di Indonesia”, sedangkan Nada Arsila akan mempresentasikan “Peran Universitas Al-Azhar dalam Diplomasi Pendidikan: Alat Komunikasi untuk Mengembangkan Pemikir di Dunia Islam”.
Pesan dari Pimpinan Muhammadiyah dan juga Motivasi Mahasiswa.
Ustad Ahsin, dari Lembaga Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LPP PP Muhammadiyah), menegaskan kembali bahwa salah satu syarat kelulusan adalah selesainya sebuah artikel tertulis atau ilmiah di akhir kegiatan ini. ia juga menyoroti keunikan Profesor Din Syamsuddin dalam hal kedisiplinan, kemampuan berbahasa, dan presentasi.
Di sisi lain, Izzul Muslimin menekankan bahwa Edu Trip lebih dari tentang belajar dari pada hanya sekedar hobi dan mendorong mahasiswa untuk bersyukur dan tekun. ia menguatkan motivasinya dengan mengutip pesan inspiratif dari Buya Hamka, “jangan takut jatuh, karena itu bagian dari proses pendakian, dan jangan takut berbuat salah, karena mereka yang tidak berbuat salah adalah mereka yang tidak maju.”
Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa Pesantren Dea Malela merupakan tempat yang kondusif untuk pembentukan karakter, karena masa krusial untuk pembentukan karakter adalah sekitar usia 20 tahun (kurang lebih satu tahun). ia turut memberikan informasi tentang peluang beasiswa yang dapat diajukan kembali tahun depan, serta rencana untuk membahas secara mendalam pengembangan kampus di Kamboja demi kepentingan komunitas Muslim di negara tersebut.
Pada kesempatan ini, Datuak Ostman, yang mewakili Islam Kamboja, menyampaikan tiga poin penting. Poin-poin tersebut meliputi upaya mencari dukungan bagi komunitas Muslim di Kamboja, memberikan kesempatan bagi guru agama, dan fakta bahwa Pemerintah Kamboja mendanai 90% pesantren Muhammadiyah di Kamboja. Datuak Ostman juga menyatakan bahwa komunitas Buddha Kamboja merasa berhutang budi kepada umat Muslim Champa yang telah lama tinggal di wilayah tersebut, terutama ketika Raja Siannok melawan penjajahan Prancis. Oleh karena itu, para mahasiswa didorong untuk melanjutkan studi dan bergabung dengan Muhammadiyah melalui PCIM dan IMM, baik di Kamboja maupun di luar negeri, guna mencetak generasi muda yang kompeten dan berbudi luhur.


