YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – MA Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah melakukan kunjungan ke Suara Muhammadiyah (SM), Kamis (13/2). Kunjungan ini diikuti sebanyak 68 siswa kelas XI dan 8 guru pendamping.
Rombongan diterima dengan hangat oleh Ganjar Sri Husodo, Redaktur SM. Dalam kunjungan ini, selain mempertautkan silaturahmi, pada saat bersamaan juga belajar hal ihwal dinamika perkembangan media kontemporer.
Alfis Safarudin, Waka Kurikulum MA Muhammadiyah Kudus merasa senang bisa berkunjung ke SM. Menurutnya, kunjungan ini telah menjadi agenda tahunan sebagai media belajar bersama di dunia media.
“Alhamdulillah hari ini kita bisa hadir ke SM. Kami ucapkan terima kasih yang telah menerima rombongan kami. Jadi setiap tahun kami ke sini untuk belajar lebih banyak tentang dunia media dan jurnalistik,” tuturnya.
Memandang media warisan KH Ahmad Dahlan dan Haji Fachroddin ini, Alfis sangat kagum dengan eksistensinya. Baginya, SM telah memberikan banyak inspirasi kepada generasi masa kini.
“SM sudah sangat lama sekali. Bahkan dikatakan bahwa SM itu majalah tertua di Indonesia. Hari ini kita bisa belajar dengan sebuah majalah yang sudah begitu lama, dikelola dengan sangat baik. Kita bisa belajar di sini,” jelasnya.
Pemimpin Redaksi Majalah La Tanza Fatur Nur Wijaya mengucapkan terima kasih kepada SM yang telah menyambut kedatangannya. Menurutnya, kunjungan ini sebagai medium mengenal lebih dekat SM berikut serta perkembangan dinamika di dalamnya.
“Kunjungan ini menjadi ajang untuk tim redaksi kami, khsusunya untuk bisa belajar bersama dengan SM agar Majalah La Tanza menjadi majalah yang lebih baik ke depannya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar mengapresiasi produk Majalah La Tanza. Ia meminta agar majalah ini tidak hanya menyebar di kalangan internal saja, namun spektrumnya bisa diperluas lagi hingga sektor masyarakat umum.
“Secara tampilannya sangat bagus. Persoalannya apakah majalah ini hanya akan tersentral di lingkungan sekolah saja? Maka, majalah ini harus bisa tersebar keluar dari Kudus, agar oplahnya bisa meningkat,” tegasnya.
Dari sisi substansi, Ganjar melihat majalah tersebut mesti ditambah rubriknya. Tidak hanya mencakup kebutuhan siswa, tapi kebutuhan masyarakat luas. “Saya yakin akan jauh lebih banyak peminatnya untuk membaca majalah ini,” sebutnya.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, poin pentingnya terletak kemampuan berliterasi. Khususnya dalam hal membaca yang dipandang mulai luntur dari tradisi kehidupan generasi muda.
“Ini sebagai kunci. Jadi kalau malas membaca, selesai (majalah ini tidak akan berkembang). Tapi kalau kita sedikit mau membaca, saya yakin ada perubahan. Terutama majalah ini bisa dikembangkan isinya, sehingga lebih banyak lagi orang yang mau membaca, apalagi mau berlangganan,” jelasnya.
Lalu, yang terpenting lagi, kemampuan membangun jejaring. Bagi Ganjar, hal itu amat penting sebagai penopang agar media tidak gulung tikar. Dan dapat ditambahkan, peremajaan tim, adalah hal niscaya untuk melanjutkan keberlangsungan media di tengah perubahan zaman. (Cris)