KARANGANYAR, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 3 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melakukan kunjungan ke salah satu desa toleransi yang ada di Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kemuning Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah pada Sabtu, (16/09/2023). Kunjungan ke Desa Kemuning ini diikuti mahasiswa PMM 3 UMS serta didampingi oleh Dosen Modul Nusantara.
Agus Triyono, salah satu Dosen Modul Nusantara menyampaikan bahwa tujuan dari kunjungan ke Desa Kemuning kali ini dalam rangka mempelajari praktik toleransi dan kehidupan harmoni sosial yang berlangsung di Kemuning. “Tujuan kami ke Desa kemuning untuk mendapatkan wawasan dan ilmu baru serta melihat langsung bagaimana proses peyang berlangsung di Desa Kemuning ini. Mengingat Desa Kemuning ini menjadi desa inspiratif yang memiliki toleransi yang kuat.”
Kepala Desa Kemuning, Widadi Nur Widyoko, dalam sambutannya menjelaskan bahwa keberagaman dari sisi agama dan kebudayaan di Desa Kemuning yang masih berjalan dengan baik. Perbedaan yang ada selama ini tidak menjadi penghambat bagi masyarakat untuk saling bersinergi membangun Desa Kemuning. “Keberagaman kebudayaan di Desa Kemuning sudah ada sejak dahulu, dan masih berjalan dengan baik karena pesan pendahulu kami yang selalu memberikan semangat dan motivasi bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendiri. Spirit dari pertuah leluhur yang berbunyi jika sebuah desa atau wilayah ingin maju dan bisa berkembang syaratnya adalah bersatu, tentunya dari seluruh keberagaman kebudayaan itu harus bersatu menjadi satu, hal inilah yang menjadikan desa kami rukun walaupun banyak keberagaman budayanya” ungkap pria yang akrab disapa Yoko.
Selain berdialog dengan Kepala Desa Kemuning, mahasiswa juga mengunjungi Dusun Sumber Sari yang dihuni oleh umat Islam dan Hindu masing-masing 50%. Sugino, salah satu pemuda desa mengungkapkan bahwa Sumber Sari bisa menjadi contoh terjadinya hidup rukun antar agama. “Teman-teman bisa melihat bahwa di tempat ini antara masjid dan pura bisa berdiri berdampingan dan kehidupan masyarakat bisa terjalin dengan baik. Warga Dusun ini saling menjaga dan membantu sama lain dalam melakukan pembangunan ataupun acara tahunan” jelas Sugino yang juga merupakan aktivis Muhammadiyah.
Asrina, salah satu mahasiswa PMM yang berasal dari Universitas Malikussaleh, Aceh mengungkapkan kekagumannya pada Desa Kemuning atas harmoni yang terjalin. “Saya sangat salut dengan Desa Kemuning, meskipun beragam latar belakang agama yang dianut, tapi bisa hidup rukun. Terlebih Dusun Sumber Sari dimana antara masjid dan pura bisa berdiri berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik. Ini adalah perwujudkan kebhinekaan yang benar-benar nyata ” ujar Asrina. (fr)