BANTUL, Suara Muhammadiyah - Komunitas Pemulung dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan beberapa mahasiswa dari University of Technology Sidney Australia pada Minggu (10/12) di TPST Piyungan Bantul. Program kunjungan ini merupakan rangkaian dari program Global Work Studio yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam sejarahnya TPST Piyungan merupakan sentral pembuangan sampah dari 3 kabupaten dan kota di Yogyakarta sejak tahun 1992, diantaranya Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. TPST ini menjadi lokasi mata pencaharian baru bagi sekitar 600 pemulung yang bermukim maupun pendatang.
Di lain sisi, pemulung tersebut bekerja dengan pendapatan tidak sebanding dengan tingkat resiko−terpapar limbah beracun, gas metan, sanitasi air tidak ada, ketersediaan air bersih sangat terbatas. Oleh karena itu, MPM PP Muhammadiyah membentuk dan menjalankan program pemberdayaan ke Komunitas Pemulung, MARDIKO, yang berjumlah 454 anggota yang berasal dari Bantul, Gunungkidul, Kulonprogro, Yogyakarta, Grobogan, Magelang, Klaten, Wonogiri, Blora, Riau, Flores, dan sebagainya.
Koordinator Program Kesty Pringgoharjono mengatakan tertarik dengan kiprah Muhammadiyah, khususnya MPM yang memiliki fokus pada program manajemen pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat. “Kami senang bisa berkesempatan melihat dan belajar langsung proses pemilahan hingga pengolahan sampah disini,” tutur Kesty.
Komunitas Mardiko setiap harinya memang rutin untuk memilah dan memilih sampah yang masuk di TPST Piyungan. Untuk sampah organik, Mardiko memiliki budidaya maggot dan pengolahan kompos yang prosesnya terpusat di Rumah Produksi.
Meski begitu, Ketua Bidang Daerah 3T dan Komunitas Khusus MPM PP Sudarmini menerangkan pada saat ini Komunitas Mardiko menghadapi tantangan yakni kebijakan penutupan TPST Piyungan.
“MPM punya komitmen sejak 2016 mendampingi, termasuk mengupayakan pendampingan ratusan pemulung yang nasibnya terancam,” terang Sudarmini.
MPM PP saat ini tengah membekali kemampuan para pemulung dan memberikan bantuan fasilitas alat teknologi. “Dibantu juga oleh Lazismu, kita akan sediakan fasilitas truk dan alat untuk membantu memilah sampah,” ucap Sudarmini.
Para mahasiswa, dan juga perwakilan dari Disperindag DIY kemudian diajak untuk berkeliling wilayah TPST untuk melihat proses dan aktivitas pengelolaan sampah di sana. (diko)