YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Wakil Ketua PWM DIY Bidang Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen-PNF) Gita Danu Pranata mengajak kepada seluruh pemangku pendidikan Muhammadiyah di lingkungan DIY agar membaca kembali keputusan Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah. Melalui keputusan ini, pendidikan, khususnya pendidikan ISMUBA di sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah dapat terselenggara berbasis teknologi informasi yang inovatif dan kreatif.
"Kita akan coba fokuskan lakukan ini. Dan menjadikan pendidikan ISMUBA DIY sebagai percontohan bagi wilayah-wilayah yang lain," ujarnya saat Rapat Kerja Majelis Dikdasmen-PNF PWM DIY, Sabtu (28/9) di The Alana Hotel & Conference Center Malioboro Yogyakarta.
Gita mengatakan, konstruksi pendidikan sebagaimana mandat dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan dilakukan secara bertahap. Pelan tapi pasti, pihaknya akan memonitoring penuh hal ihwal implementasi dilapangan. "Kami terus memonitor dan mengevaluasi program ini untuk memastikan tujuan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik," sebutnya.
Untuk mewujudkan pendidikan ISMUBA seperti itu, Gita meminta agar paradigma pembelajaran tidak boleh kaku, tapi harus menyenangkan dan menggembirakan. Artinya dalam implementasinya, peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan antusias.
"Makanya kami mohon ketika berkunjung ke setiap sekolah agar ditanyakan seperti apa wujud konkret yang telah dilakukan oleh sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan menggembirakan itu," tuturnya.
Bagi Gita, pembelajaran menyenangkan dan menggembirakan itu relevan dilakukan. Apalagi, melihat perubahan zaman sekarang sangat memengaruhi proses pembelajaran. Memang, pembelajaran sekarang tidak bisa lagi terpaku pada teks buku (bayani) semata, tetapi perlu mengelaborasinya dengan penciptaan suasana pembelajaran yang lain, tetapi tidak meninggalkan unsur menarik, unik, dan edukatif (burhani, irfani).
"Manhaj Tarjih jelas menggunakan pendekatan bayani, irfani, burhani. Tapi kalau kita lihat, banyak bayani-burhani tidak jalan. Atau kadang irfaninya tidak jalan, sehingga kering (pembelajaran itu). Maka, kami mohon ini perlu menjadi perhatian saksama bagi bapak ibu sebagai Majelis Dikdasmen-PNF agar pembelajaran yang menyenangkan dan menggembirakan itu bisa terwujud di seluruh sekolah Muhammadiyah di DIY," ajaknya.
Gita memandang perlu dan sudah saatnya pembelajaran itu harus menyenangkan dan menggembirakan. Di samping itu, juga tetap mengacu pada peraturan dari Majelis Dikdasmen-PNF Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga Kemendikbudristek. Sehingga dapat membantu peserta didik dalam membangun suasana belajar yang efektif dan menumbuhkan karakter mulia sebagaimana orientasi utama dari penyelenggaraan pendidikan ISMUBA tersebut.
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini berpesan kepada guru ISMUBA agar mengedepankan narasi rahmatan lil 'alamin. "Maka perlu dicermati kembali. Sehingga nanti dalam pendidikan ISMUBA ini bisa benar-benar sesuai yang diharapkan, menggembirakan, menyenangkan dan implementatif sesuai kebutuhan kita semua," ujarnya.
Di samping itu, guru harus bisa merepresentasikan diksi literasi dengan tepat. Baginya, literasi sekarang mengalami pemberhentian substansi pada aspek membaca. Padahal, spektrum literasi sangat luas dan komprehensif. Di sinilah Gita mengajak untuk merefleksikan kembali seraya melakukan evaluasi terhadap pembelajaran ISMUBA yang dilakukan.
"Sekarang kok mempersepsikan literasi hanya membaca saja ya? Padahal kalau definisi yang saya cari literasi itu membaca, memahami, dan mengimplementasikan. Tidak hanya sekadar membaca di perpustakaan. Tapi membaca dengan mata, hati, dan akal. Oleh karena itu, ini harus menjadi perhatian agar wajah pendidikan ISMUBA tidak kaku, kering, tapi cair, menyenangkan, dan menggembirakan," tandasnya. (Cris)