Makanan sebagai Pintu Godaan Setan

Publish

11 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
56
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Makanan sebagai Pintu Godaan Setan: Kajian tafsir Surah al-Baqarah: 168-169

Oleh: Rofiq Nurhadi, Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Purworejo

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوۡا مِمَّا فِى الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَيِّبًا  ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِؕ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ

اِنَّمَا يَاۡمُرُكُمۡ بِالسُّوۡٓءِ وَالۡفَحۡشَآءِ وَاَنۡ تَقُوۡلُوۡا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya setan hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah: 168-169)

Sesuatu yang menarik untuk diperhatikan dalam ayat ini adalah perintah makan. Terbersit pertanyaan kenapa manusia diperintah makan, bukankah makan merupakan kebutuhan dasar yang bersifat instingtif. Tanpa diperintah pun jika merasa lapar manusia akan mencari makanan untuk dimakan. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini penting untuk dicermati. Apabila dilihat kalimatnya perintah makan dalam ayat ini dikaitkan dengan berbagai macam nilai, yakni nilai-nilai religiusitas dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Makan yang halal terkandung nilai-nilai agama tentang kebenaran dalam memilih makanan, baik dari segi dzat maupun diluar dzatnya. Makan yang thoyib terkandung nilai-nilai kemanusiaan tentang kesehatan serta seluruh kebaikan bagi kehidupan manusia. Dengan demikian ayat ini megandung pelajaran yang sangat berharga bagi manusia. 

Pertama, perintah makan yang halal lagi baik dari apa-apa yang ada di bumi dalam ayat ini ditujukan kepada manusia seluruhnya, tidak dibatasi pada orang yang beriman saja. Hal ini dapat dipahami dari seruan ayat ini, yaitu an-nâs atau manusia. Ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan oleh Allah untuk manusia seluruhnya, baik mukmin maupun kafir. Maka setiap orang diberi tanggung jawab untuk menjaga kelestarian bumi dan ekosistem kehidupan di dalamnya. Manusia secara bersama-sama harus merawat dan menjaga kelestariannya. Tidak dibenarkan orang, siapapun dia menjadi perusak kehidupan di bumi ini, yakni tempat tinggal bersama seluruh manusia. Apabila bumi dan kehidupan di dalamnya rusak, maka resiko kerusakannya kan ditanggung manusia semuanya. Dari sini menjadi jelas bahwa tidak semua yang diciptakan Allah di muka bumi ini untuk dimakan manusia, tetapi semuanya diciptakan untuk kepentingan manusia. Dengan demikian perintah untuk manusia semuanya adalah agar makan yang halal lagi baik.

Halal lagi baik (halalan thayyiban) adalah nilai yang disematkan dalam perintah makan dalam QS Al-Baqarah: 168. “Halal” adalah segala sesuatu yang diperbolehkan atau diizinkan oleh Allah, Tuhan pencipta dan pemelihara alam. Halal dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek zat (bahan) dan aspek selain zat, misalnya cara memperoleh, seperti mencuri dan memprosesnya, seperti anggur yang diproses menjadi khamr. Adapun “thayyib” adalah baik dari sisi kualitas dan manfaatnya. Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur'an al-'Adhim, menjelaskannya sebagai berikut:   مستطابا في نفسه غير ضار للأبدان ولا للعقول, artinya: "Sesuatu yang baik, tidak membahayakan tubuh dan pikiran" (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur'an al-'Adhim, [Riyadh: Dar Thayyibah, 1999 M], cetakan ke-2, jilid I, hal. 478) Dengan demikian suatu makanan disebut halalan thayyiban adalah makanan yang tidak dilarang oleh syari’at sekaligus baik untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Ada makanan yang baik bagi seseorang tapi tidak baik bagi orang lain, begitu sebaliknya yakni tidak baik bagi dirinya tetapi baik buat orang lain. Misalnya makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana itu tidak baik bagi penderita diabetes, namun tidak masalah bagi umumnya orang. 

Mengindahkan perintah makan yang halal lagi baik tidak hanya dapat membuahkan kebaikan pribadi tetapi juga kebaikan sesama. Menghindari praktek riba misalnya akan membebaskan orang lain dari tindak eksploitatif dan ketidakadilan distribusi ekonomi. Lebih dari itu bagi orang yang beriman yang mengimani adanya hari kebangkitan, menghindari praktek riba berarti menghindari siksa di akhirat. Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa, “Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan”. Juga menghindari makan dari hasil pencurian, perampokan, korupsi dan penipun akan membebaskan orang lain dari kerugian dan lain sebagainya. Ada hikmah pada setiap ketatapan hukum syari’at, baik hikmah jasmani, ruhani, individu, sosial, dunia maupun akhirat. Diharamkannya makanan tertentu tidak mesti karena dapat menyebabkan penyakit. Bisa jadi penyebab penyakit yang ada dalam makanan yang haram dapat kendalikan oleh teknologi.  Namun keharaman apa yang telah diharamkan oleh Allah tidak berubah meski penyakitnya telah dikendalikan oleh teknologi. Bangkai, darah, dan babi tidak berubah menjadi halal meski telah dilakukan rekayasa teknologi untuk mengendalikan penyakit yang ada di dalamnya. Demikian ini karena hikmah ketetapan hukum haramnya makanan tersebut tidak hanya hikmah kesehatan jasmani, tetapi juga hikmah yang lain yaitu mendidik manusia untuk menjadi hamba Allah yang taat, sehingga selamat dunia dan akhirat. 

Kedua, aktifitas yang berkaitan dengan makan dan pemenuhan kebutuhan jasmani pada umumnya sering digunakan setan untuk memperdaya manusia. Dalam kisah yang diceritakan Al-Qur’an juga diketahui bahwa kejatuhan manusia pertama (Adam as.) dari syurga adalah akibat godaan setan melalui pintu makanan yang dilukiskan Al-Qur’an dengan istilah syajaratul khuld. 

فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى ۝١٢٠  فَاَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۚ وَعَصٰٓى اٰدَمُ رَبَّهٗ فَغَوٰىۖ ۝١٢١

“Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Lalu, mereka berdua memakannya sehingga tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. Adam telah melanggar (perintah) Tuhannya dan khilaflah dia. (QS. Thaha: 120-121)

Setan menggoda Adam dengan rayuan dan tipuan untuk mendekati syajaratul khuld yang sebelumnya telah dilarang oleh Allah SWT. 

Makanan merupakan pintu strategis setan dalam menggoda dan menjerumuskan manusia. Pemenuhan kebutuhan jasmani merupakan naluri semua manusia, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan kebutuahan makan. Makanan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia untuk survive. Syahwat perut inheren dalam kehidupan manusia. Pemenuhannya menjadi kebutuhan pokok hidup manusia. Namun selain untuk pemenuhan kebutuhan pokok, makan juga bisa menjadi gaya hidup. Perilaku makan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu budaya, sosial, psikologis, emosional dan lainnya. Beberapa orang mungkin menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau depresi, atau bahkan untuk mendapatkan kesenangan. Dari sinilah setan memperoleh banyak pintu yang dapat digunakan untuk menjerumuskan manusia. Dengan alasan untuk bisa survive hidup, setan membujuk manusia agar menghalalkan yang diharamkan Allah.  Selanjutnya untuk memperoleh kesenangan, setan juga membujuk manusia agar melanggar larangan dan norma agama. Atas godaan setan ini, maka ia mencuri, menipu, berjudi, merampas hak milik orang lain, menkonsumsi makanan yang diharamkan seperti bangkai, darah, babi, narkoba dan lain sebagainya.

Setan menjerumuskan manusia langkah demi langkah. Langkah adalah jarak antara dua kaki sewaktu berjalan. Apabila tidak disadari, langkah demi langkah dapat menjerumuskan ke dalam bahaya. Pada mulanya setan bisa jadi hanya mengajak melangkah satu langkah, tetapi langkah itu sangat mungkin  disusul dengan langkah lain sehingga sampai ke neraka. Bisa jadi langkah awal yang buruk itu tidak berdampak pada sanksi hukum duniawi seperti angkuh atau sombong, dan isrof (berlebih-lebihan) selanjutnya bisa jadi setan menyuruh kepada langkah yang keji yang tidak sesuai dengan tuntunan agama serta akal sehat dan bahkan sudah ada ancaman sanksi duniawi, seperti judi, mencuri, menodong, merampok, merampas hak orang lain dan membunuh. Langkah demi langkah setan berusaha menjerumuskan manusia karena setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. 

Jadi selain karena insting, perilaku makan bisa jadi karena untuk memenuhi keinginan. Bila insting merupakan dorongan alami untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi yang dimanifestasikan oleh rasa lapar, maka keinginan untuk makan bisa didorong oleh kesenangan dan juga kebiasaan. Dua faktor ini membentuk perilaku makan manusia, misalnya dalam hal memilih makanan, menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi, dan cara untuk memenuhi kebutuhan makan. Manusia diberi kemampuan untuk menunda atau mengendalikan insting makan, tidak seperti hewan yang sepenuhnya dipengaruhi oleh insting mereka. Manusia dapat membuat pilihan makan yang terencana, mempertimbangkan kesehatan, dan bahkan menahan diri untuk tidak makan. Dari sinilah maka perintah makan dalam QS Al-Baqarah: 168-169 ini dihubungkan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku makan manusia agar manusia memperoleh manfaat dari perilaku makan tersebut.

Allahu a’lam.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Refleksi 112 Tahun Muhammadiyah Oleh: Rumini Zul Fikar, PRM Troketon, Klaten "Dalam rentang waktu ....

Suara Muhammadiyah

16 November 2024

Wawasan

Etika Sosial dan Politik dalam Masyarakat Modern Oleh: Jabrohim Fenomena sosial-politik di era ko....

Suara Muhammadiyah

6 April 2025

Wawasan

Memuliakan Tamu KondanganOleh: Mohammad Fakhrudin/Warga Muhammadiyah Magelang   Topik kajian ....

Suara Muhammadiyah

26 April 2025

Wawasan

Keunikan 'If the Oceans Were Ink': Belajar Al-Qur'an Tanpa Sekat Donny Syofyan, Dosen Fakultas....

Suara Muhammadiyah

15 January 2025

Wawasan

Oleh: Drh. H. Baskoro Tri Caroko Bekerja adalah suatu keadaan yang diinginkan oleh semua orang. Kar....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah