SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Di tengah kompleksitas problematika tata kelola organisasi atau perusahaan di berbagai bidang diperlukan sebuah mekanisme manajemen yang berperan dalam membangun sistem yang efisien dan sekaligus sebagai manajemen resiko. Dengan demikian ketika terjadi permasalahan perusahaan atau organisasi, secara dini mampu terdeteksi dengan baik karena adanya ukuran manajemen kinerja yang mampu memberikan informasi secara terintegrasi berupa data yang aktual dan objektif yang bisa digunakan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Maka dari itu sistem manajemen kinerja berbasis KPI digital sangat relevan dibutuhkan untuk menaikkan performance maupun kesuksesan baik perusahaan maupun organisasi.
Demikian pernyataan Ketua Majelis Ekonomi Bisnis dan Pariwisata (MEB) Pimpinan Wilayah Jawa Tengah; Ir. HM Yahya Fuad, SE ketika menjadi keynote speaker di acara Mimbar Bisnis Online dengan tema: Digitalisasi Sistem Manajemen Kinerja Berbasis KPI yang merupakan kegiatan pertama kali di selenggarakan oleh kepengurusan baru MEBP – PWM Jawa Tengah, Jumat (13/10) secara virtual.
Melihat konsep dan teknologi KPI digital yang selama ini telah diimplementasikan di Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Amman Magelang yang merupakan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) – Jawa Tengah, Yahya merespon positif, sekaligus menganggap implementasi itu bagian dari efisiensi dan mampu mengurangi tingkat kerugian jika terjadi masalah. Apalagi dalam KPI digital mampu memberikan perencanaan, skoring dan evaluasi dalam bentuk data digital.
“Kami rasa implementasi sistem manajemen kinerja berbasis KPI digital ini layak untuk dikembangkan di lingkungan Persyarikatan, AUM dan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) untuk efisiensi dan sekaligus mencegah terjadinya kerugian berbisnis,”terang Yahya.
Sementara anggota MEBP Bidang Jasa Keuangan dan Pariwisata – PWM Jawa Tengah sekaligus juga manager BTM Amman Magelang; Putro Prihatmanto, sebagai narasumber menegaskan ada perubahan yang sangat besar sebelum dan sesudah ketika mengimplementasikan manajemen kinerja berbasis KPI digital. Dimana ada beberapa manfaat yang bisa diraih, pertama dari sisi manajemen, ada arah dan tujuan yang jelas sehingga bisa menjadi panduan dalam melakukan pengelolaan sumberdaya organisasi. Yang kedua, lewat proses digital, monitoring dan evaluasi capaian kinerja tidak lagi kendala karena bisa terlaksana tepat waktu sehingga berbagai permasalahan bisa segera diidentifikasi untuk kemudian dicarikan solusinya segera. Dengan proses digital ini, keputusan-keputusan strategis organisasi bisa segera dibuat sehingga tidak lagi perlu menunggu seluruh pimpinan hadir secara offline.
Kemudian bagi karyawan BTM Amman, keberadaan digitalisasi manajemen kinerja berbasis KPI mendorong mereka untuk berkinerja tinggi karena tersedia performance tools yang dapat memberikan kejelasan tujuan dan target pekerjaan yang harus mereka raih. Sebelumnya, seringkali pegawai terdistraksi dan kurang fokus bekerja karena tidak ada tujuan dan target kerja (KPI) yang dapat menjadi kompas dalam melakukan kegiatannya. Saat ini, seluruh pegawai di BTM Amman Magelang, memiliki tujuan kerja yang jelas dan terukur, sehingga saat mereka hadir di kantor sudah tahu apa kegiatan yang harus dilakukannya agar target-target kinerja yang ditetapkan dapat tercapai.
Selain itu, implementasi digitalisasi sistem manajemen kinerja berbasis KPI yang dikembangkan oleh BTM Amman selama ini, telah mengubah pergeseran perubahan paradigma atau mindset dalam mengelola manajemen BTM. “Dimana keberhasilan pengelolaan BTM bukan ditentukan oleh satu aspek atau perspektif saja yaitu aspek kinerja keuangan (jumlah aset, modal, tingkat penurunan kredit macet dan keuntungan saja). Tapi juga meliputi aspek lainnya yaitu aspek pelanggan, aspek proses kerja dan aspek pembelajaran,”papar Putro.
Kemudian Ade Ahmad Rozi; konsultan manajemen strategi & SDM Havara Consulting, mengatakan bahwa selama ini banyak organisasi yang belum mengimplementasikan KPI padahal KPI itu memiliki manfaat dalam penilaian secara obyektif kepada karyawan. Sehingga kita mampu mendorong produktivitas organisasi, jadi kalau karyawannya produktif maka organisasi juga produktif. Namun seringkali berbicara penilaian produktivitas atau kinerja individu banyak organisasi atau perusahaan belum punya sistem yang baik, sehingga yang terjadi adalah subyektifitas. Sehingga hal ini yang menyebabkan karyawan kurang nyaman bekerja di organisasi atau perusahaan.
Terkait faktor organisasi atau perusahaan belum mengimplementasikan KPI dikarenakan pertama belum memahami manfaat KPI itu sendiri. Kedua, dikarenakan mereka belum mampu membangun sistemnya dan ketiga bagaimana mereka mampu maintenance sistem dengan baik. Kemudian yang tak kalah pentingnya, ketika sudah dibangun dan dikembankan dengan baik tapi ada organisasi atau perusahaan yang tak punya kepemimpinan yang kuat. Sehingga apa yang sudah terbangun itu tidak terlaksana dengan baik karena tidak dikawal dengan baik serta tidak dapat dukungan dari seluruh karyawan.
“Itulah yang biasanya menjadi penyebab, mengapa organisasi dan perusahaan belum efektif dalam menjalankan manajemen KPI. Maka perlunya edukasi baik mengedukasi diri dan mengedukasi seluruh elemen di organisasi atau perusahaan,” tandasnya.