YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah -“Kami mengangkat tema terkait dengan masalah karakter atau masalah kepribadian ini, karena berangkat dari sebuah keprihatinan. Banyak orang yang cerdas, banyak orang yang hebat, banyak orang yang luar biasa, tetapi tidak punya karakter, tidak punya etika, dan tidak punya kepribadian yang baik menurut ajaran agama”. Prolog dari ustad Saijan S. Ag., M.S.I., menyatakan keprihatinannya terhadap mayoritas masyarakat terkini, yang sudah jauh dari salah satu nilai kemanusiaan, yakni ‘berkarakter mulia’ sesuai ajaran agama Islam.
Pada pertemuan kedua kajian Dhuha hari Kamis (21/03) ustad Saijan mengambil gambaran dalam Al-qur’an surat Al-furqan ayat ke-63, sebagai panduan tentang karakter istimewa yang semestinya menjadi kepribadian umat Islam.
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا ٦٣
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan Salam”.
Saijan kemudian mulai menguraikan karakter-karakter yang dimaksud dalam Al-qur’an tersebut. pertama, bahwa orang-orang yang memiliki karakter istimewa adalah orang yang hidupnya jauh dari sifat angkuh dan sombong. Allah memberikan banyak kelebihan tetapi tidak membuat mereka merasa dirinya lebih baik. Harta, kedudukan, ilmu, maupun usia, tidak menjadikan mereka sombong atas kelebihan-kelebihan tersebut.
Yang kedua, adalah orang-orang yang bisa mengendalikan emosinya. Tidak mudah terprovokasi atau terpancing, karena manajemen emosinya sudah berjalan dengan baik. Sehingga orang yang dicintai Allah, yakni orang yang berkarakter mulia, dia tidak akan anti kritik, tetapi justru terbuka untuk menerima kritik dari sisi manapun. Yang ketiga, orang yang berkarakter mulia adalah mereka yang selalu bisa menghidupkan sepertiga malam terakhir untuk sujud wa qiyam. Membiasakan diri bangun di sepertiga malam terakhir sebetulnya merupakan kesempatan luar biasa.
Nah, di bulan Ramadhan ini sepertiga malamnya ditarik ke shalat tarawih. Saija harap ini dilaksanakan dan jangan sampai kehilangan kesempatan yang mulia ini. Kemudian yang keempat, orang-orang yang begitu takut dengan an-naru jahannam, karena takut maka semestinya harus menghindarkan diri, tidak kemudian mendekat. Di Ramadhan sekarang, banyak mendengar istilah ‘setan itu dibelenggu’, padahal setan dibelenggu artinya perbuatan-perbuatan yang mengantarkan ke arah ‘an-naru jahannam’ bisa dihindari dengan puasa yang dilakukan. Terakhir, orang yang memliki karakter istimewa ialah orang yang mampu mengatur keuangannya, sehingga orang lain sering berpikir bahwa cukup itu harus banyak, tetapi tidak demikian.
“Jangan kita melihat orang-orang yang sukses dari hasilnya, tetapi lihatlah proses mengapa mereka menjadi sukses. Itu yang perlu kita tanamkan kepada anak-anak kita sekarang. Ingat, orang-orang yang tidak pernah mencari tuhan lain kecuali AllaH SWT, mereka tidak pernah bersandar dengan sandaran lain kecuali kepada Tuhannya," ttupnya (Siti Kamaria)