SEMARANG, Suara Muhammadiyah — Masjid bagi umat Islam memiliki peran yang sangat vital. Selain sebagai tempat untuk menunaikan ibadah mahdhah, masjid juga menjadi denyut nadi umat Islam dalam menggerakkan roda dakwah dalam kehidupan. Menyemai rahmat kepada semesta alam.
Dipimpin langsung oleh Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jamaludin Ahmad, tim LPCRPM yang beranggotakan sekitar 15 orang bertolak ke Semarang (27/1) untuk meresmikan sebuah masjid yang merepresentasikan kemajuan.
Masjid tersebut tidak lain adalah Masjid At-Taqwa yang berada di kompleks Kampus Universitas Muhammadiyah Semarang. Masjid ini oleh PWM Jawa Tengah ditunjuk sebagai masjid unggulan tingkat wilayah di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah. Sekaligus masjid unggulan yang pertama kali di launching secara resmi oleh LPCRPM PP Muhammadiyah.
Sesampainya di Semarang, tim LPCRPM pun disambut hangat oleh tuan rumah. Di antaranya Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) Masrukhi dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Ibnu Hasan.
Ibnu Hasan mengatakan bahwa shof saat shalat merupakan sesuatu yang sudah selesai. Telah tiba saatnya Muhammadiyah menempatkan dan mendekatkan shof di luar shalat. Yakni dengan sentuhan aspek inti kehidupan di dalam masyarakat luas. Muhammadiyah perlu melakukan lompatan-lompatan dengan program-program pemberdayaan dan pengabdian kepada masyarakat.
Ia menambahkan, PWM Jawa Tengah telah mencanangkan program minimal 1 masjid unggulan di setiap daerah. Hal ini sebagai langkah konkret PWM Jawa Tengah untuk menyentuh langsung masyarakat di akar rumput yang tak jarang perlu untuk diberdayakan.
“Tujuannya tak lain adalah menjadikan masjid-masjid Muhammadiyah menjadi masjid yang makmur dan memakmurkan. Mensejahterakan umat,” ujarnya.
Masrukhi menyampaikan bahwa Masjid At-Taqwa adalah representasi masjid unggulan karena berbagai program yang dicanangkan. Di antaranya program pemberdayaan bagi pelajar dan masyarakat yang bersifat eksklusif.
“Salah satu ciri Masjid Muhammadiyah itu bersifat eksklusif, bukan inklusif. Masjid Muhammadiyah harus menyatu dengan masyarakat dan akar rumput,” tegasnya.
Jamaludin Ahmad mengatakan, perbedaan antara masjid yang dikelola Muhammadiyah dengan masjid lainnya adalah soal pemberdayaan. Masjid Muhammadiyah juga dikelola secara profesional sebagaimana Amal Usaha Muhammadiyah pada umumnya. Memiliki manajemen pengelolaan yang baik serta memiliki program keumatan yang jelas dan tepat sasaran.
“Terima kasih kepada Muhammadiyah Jawa Tengah karena menjadi pemimpin wilayah pertama yang menetapkan salah satu masjid di kompleks UNIMUS ini menjadi masjid unggulan,” ucapnya.
Jamaludin menambah, untuk mendorong masjid-masjid Muhammadiyah menjadi masjid unggulan, LPCRPM akan menyiapkan SDM yang berkualitas dan mumpuni dalam pengelolaan masjid melalui akademi marbot masjid Muhammadiyah. “Masjid akan kami kelola seperti AUM, dibuka untuk masyarakat selama 24 jam,” tutupnya. (diko)