Meluruskan Kesalahpahaman Ihwal Evolusi dalam Al-Qur'an

Publish

13 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
51
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 

Mari kita telaah Surah Al-An'am ayat 133, sebuah ayat yang seringkali menjadi fokus perdebatan, terutama dalam kaitannya dengan teori evolusi. Ayat tersebut menyatakan: "Tuhanmulah Yang Mahakaya lagi penuh rahmat. Jika menghendaki, Dia akan memusnahkanmu. Setelah itu, Dia akan menggantimu dengan yang dikehendaki-Nya, sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan kaum lain (sebelummu)"

Di sini pentingnya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara akurat, tanpa menyalahgunakannya untuk mendukung atau menyanggah suatu teori tertentu, termasuk teori evolusi. Kita hanya perlu mencari tahu apa sebenarnya yang dikatakan ayat itu.

Ayat 6:133 dalam Al-Qur'an, yang menyatakan, "Sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan kaum lain," acap kali menjadi titik sentral perdebatan sengit, khususnya di kalangan para pendukung teori evolusi. Interpretasi yang umum, namun menurut tinjauan mendalam, keliru ini mengemukakan bahwa frasa tersebut mengisyaratkan asal-usul seluruh umat manusia dari entitas pra-manusia atau bentuk kehidupan lain yang lebih primitif, mengacu pada rantai evolusi biologis yang panjang. 

Namun, penelaahan cermat terhadap teks suci ini mengharuskan kita untuk dengan tegas membantah penafsiran semacam itu. Penting untuk digarisbawahi bahwa, ketika dianalisis secara holistik dan kontekstual, esensi ayat tersebut sama sekali tidak mendukung pandangan yang dipercayai oleh sebagian pihak yang menganut teori evolusi tersebut.

Secara fundamental, tidak ada satu pun indikasi dalam teks ayat 6:133 yang secara spesifik mengarah pada pembahasan tentang asal-usul umat manusia secara keseluruhan, melintasi batas-batas spesies. Sebaliknya, ketika ayat ini ditempatkan dalam kerangka ayat-ayat yang mendahului dan mengikutinya dalam Surah Al-An'am, narasi yang muncul adalah tentang perjalanan peradaban manusia yang berkesinambungan. Al-Qur'an dalam konteks ini, secara gamblang, menguraikan siklus di mana generasi-generasi manusia menerima pesan ilahi yang krusial, namun kemudian dengan gigih menolak kebenaran tersebut. 

Sebagai konsekuensi atas penolakan ini, mereka pada akhirnya dihancurkan oleh ketetapan Tuhan, dan digantikan oleh kaum lain yang baru. Oleh karena itu, ayat ini, dengan segala kekuatannya, berfungsi sebagai peringatan yang mendalam dan relevan bagi generasi yang hidup pada saat penurunan Al-Qur'an, generasi yang menjadi penerima pertama pesan suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Peringatan ini bukan berbicara tentang proses biologis penciptaan, melainkan tentang konsekuensi moral dan spiritual dari penerimaan atau penolakan wahyu ilahi, serta mekanisme penggantian kaum oleh Tuhan dalam sejarah kemanusiaan.

Apabila kita gagal untuk berbenah diri, gagal untuk menyesuaikan langkah dan hati kita dengan pesan ilahi yang kini diwahyukan oleh Tuhan melalui perantaraan Nabi Muhammad SAW, maka sudah seharusnya kita meningkatkan kewaspadaan. Peringatan keras tersirat bahwa Tuhan memiliki kuasa untuk memusnahkan kita, dan sebagai gantinya, mendatangkan kaum lain untuk menggantikan tempat kita di muka bumi.

Inilah inti dan makna fundamental dari peringatan yang agung tersebut. Konsekuensinya, generasi yang hidup pada masa itu, yang secara langsung menjadi sasaran peringatan ilahi, adalah keturunan dari generasi-generasi yang telah mendahului mereka. 

Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan konteks yang begitu jelas, ayat ini sama sekali tidak memberikan indikasi langsung atau tersirat yang mendukung teori evolusi sebagai sebuah proses biologis yang luas, melainkan lebih menekankan pada dinamika moral dan spiritual serta pertanggungjawaban kaum terhadap wahyu Tuhan.

Secara pribadi, saya memiliki pandangan yang mendukung teori evolusi, namun dengan penafsiran yang jauh berbeda dari konsep "seleksi alam buta" yang sering diusung oleh sebagian ilmuwan. Bagi saya, evolusi harus dipahami sebagai sebuah "seleksi yang dipandu secara ilahi" (divinely guided selection), sebuah mekanisme yang merupakan bagian integral dari rancangan penciptaan Tuhan yang berkelanjutan. Dalam pandangan ini, evolusi adalah proses agung yang Tuhan gunakan untuk meneruskan dan menyempurnakan ciptaan-Nya di alam semesta. 

Namun, meskipun saya secara pribadi menganut dan mendukung teori evolusi dengan pemahaman ini, saya dengan tegas menyatakan bahwa keyakinan pribadi ini tidak serta-merta memberikan hak atau justifikasi untuk menggunakan Surah Al-An'am ayat 133 sebagai dasar atau bukti pendukung bagi teori evolusi. Penting untuk memisahkan keyakinan ilmiah atau filosofis dari penafsiran tekstual Al-Qur'an yang harus tetap berdasarkan konteks dan tujuan utama wahyu.

Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa ayat ini, yang kerap kali dikutip oleh berbagai pihak untuk menyokong teori evolusi sebagai sebuah konsep Islami atau setidaknya mengindikasikan dukungannya dalam Al-Qur'an, seyogianya tidak menjebak kita dalam kesalahpahaman.

Demi menjaga objektivitas pembahasan, lebih baik kita tidak menyebutkan nama-nama individu atau kelompok yang menganut pandangan tersebut. Fokus utama kita adalah mengklarifikasi bahwa interpretasi ayat ini telah keliru dalam konteks tersebut, dan kekeliruan semacam itu harus dihindari di masa mendatang.

Sejatinya, kejujuran dan kejernihan dalam memahami apa yang sebenarnya disampaikan oleh Al-Qur'an adalah sebuah keniscayaan. Kita diwajibkan untuk menafsirkan setiap ayat tanpa memaksakan suatu interpretasi yang tidak selaras dengan konteks ayat atau maksud aslinya. Pendekatan ini esensial untuk menjaga integritas pemahaman kita terhadap wahyu ilahi.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Inkuisisi Ibnu Hanbali (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Konsekuensinya pada abad ke-9 pemberontak....

Suara Muhammadiyah

10 October 2023

Wawasan

Sumpah Jabatan: Makna Konstitusional dan Spiritual Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum UAD ....

Suara Muhammadiyah

9 December 2024

Wawasan

Menuju Indonesia Emas 2045, Siapkah Tenaga Kerja di Indonesia? Oleh: Larasati Indah Lestari, Magist....

Suara Muhammadiyah

23 March 2024

Wawasan

Indonesia, Muhammadiyah, dan Pasar Oleh: Saidun Derani Mukaddimah Tulisan Dr. Mukhaer Pakkana, Se....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Wawasan

Oleh: Fathurrahman Kamal, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mengingat wukuf di 'Ara....

Suara Muhammadiyah

5 June 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah