Meluruskan Persepsi: Mengapa Islam Adalah Agama Perdamaian dan Keadilan, Bukan Agresi

Publish

20 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
80
Sumber Foto: Pixabay

Sumber Foto: Pixabay

Meluruskan Persepsi: Mengapa Islam Adalah Agama Perdamaian dan Keadilan, Bukan Agresi

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Pertanyaan ini sering muncul, terutama ketika ada tindakan kekerasan yang dikaitkan dengan Islam. Bagi banyak Muslim, jawabannya jelas: Islam adalah agama yang menganjurkan perdamaian. Namun, pandangan ini tak jarang dipertanyakan.

Mengapa? Karena terkadang ada individu yang bertindak kejam atas nama Islam, bahkan jika perbuatan itu tidak mewakili ajaran agama. Orang lain mungkin salah mengira seseorang sebagai Muslim dan menganggap tindakan mereka mencerminkan Islam secara keseluruhan.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada Muslim yang melakukan tindakan kekerasan dan mengklaimnya sebagai bagian dari ajaran Islam. Tentu saja, ini memicu pertanyaan: apa hubungan antara agama dan kekerasan ini? Seperti yang dijelaskan oleh Faisal Devji dalam bukunya Landscapes of the Jihad (2005), terkadang pelaku terorisme di Barat merasa bahwa negara-negara tersebut terlibat dalam penderitaan yang dialami umat Muslim, seperti konflik yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat.

Beberapa Muslim melihat situasi ini sebagai perang global di mana setiap Muslim harus bangkit dan berjuang. Namun, pandangan ini keliru. Ada banyak orang baik di dunia, dari berbagai agama atau bahkan tidak beragama, yang mendukung keadilan dan hak-hak Muslim.

Daripada bertindak sendiri dan melakukan terorisme, yang jelas-jelas melanggar hukum, kita seharusnya mengambil langkah positif. Terorisme tidak hanya bertentangan dengan hukum negara, tetapi juga melanggar hukum Islam yang mengajarkan umatnya untuk menjadi warga negara yang taat hukum di mana pun mereka berada. Sebaliknya, kita harus bekerja sama dengan semua pihak untuk menciptakan keadilan yang kita cari.

Untuk memahami Islam, kita perlu menelaah dua hal penting: konsep perdamaian dan aturan tentang perang.

Pertama, mari kita fokus pada perdamaian. Inti ajaran Islam adalah kedamaian. Al-Qur'an secara tegas menyatakan, "Perdamaian itu lebih baik." Kitab suci ini juga memerintahkan umatnya untuk selalu condong pada perdamaian jika pihak lain menunjukkan niat yang sama, sambil menaruh kepercayaan penuh kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa keadaan dasar dalam Islam adalah perdamaian, bukan konflik. Bahkan, Al-Qur'an menggambarkan Tuhan sebagai entitas yang selalu memadamkan api peperangan yang dinyalakan oleh orang lain, menegaskan keinginan-Nya agar perdamaian selalu menang.

Al-Qur'an juga memperkenalkan istilah fasad, yang berarti kerusakan atau korupsi. Saat Tuhan hendak menciptakan manusia pertama, Adam, para malaikat sudah bertanya dengan penuh kekhawatiran: "Apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah?"

Ini menunjukkan bahwa malaikat telah menyadari betapa buruknya perbuatan merusak dan menumpahkan darah. Namun, Tuhan menjawab, "Aku tahu apa yang tidak kamu ketahui." Jawaban ini menyiratkan bahwa meskipun potensi manusia untuk berbuat fasad itu ada, Tuhan memiliki rencana lebih besar. Dia tahu akan ada manusia yang mampu mengendalikan kecenderungan negatif itu dan sebaliknya, memilih jalan perdamaian, harmoni, dan kebaikan bersama. Hidup adalah ujian bagi kita semua untuk memilih antara jalan fasad atau jalan perdamaian.

Hidup adalah sebuah ujian. Tuhan menciptakan kita untuk melihat siapa yang memilih jalan perdamaian dan kebaikan, dan siapa yang memilih jalan korupsi dan kekerasan. Itulah sebabnya Al-Qur'an secara konsisten mendorong kita untuk menjauhi kerusakan dan pertumpahan darah. Kita diajak menuju Dar es Salaam, atau Negeri Perdamaian, yang merupakan surga di akhirat. Namun, tujuannya tidak hanya di sana; kita juga ditantang untuk menciptakan kedamaian yang sama di dunia ini.

Di sisi lain, Al-Qur'an mengakui bahwa ada kalanya perang tidak terhindarkan. Namun, itu hanya diizinkan sebagai upaya terakhir untuk membela diri, melindungi orang-orang yang tertindas, atau mengusir penindasan. Bahkan saat itu pun, Islam menetapkan aturan yang sangat ketat, mirip dengan apa yang dalam istilah modern dikenal sebagai teori perang yang adil.

Prinsip ini sudah tertanam kuat dalam ajaran Al-Qur'an. Sebelum perang diizinkan, umat Muslim dianjurkan untuk berdialog, membuat perjanjian, dan mencari solusi damai. Hanya ketika semua upaya ini gagal dan umat Muslim diserang, barulah mereka diberi izin untuk melawan. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an, izin untuk berperang diberikan kepada "mereka yang telah diserang dan diperangi karena mereka tertindas." Ini bukanlah ajakan untuk agresi, melainkan izin untuk membela diri bagi orang-orang yang tidak berdaya.

Islam menetapkan aturan yang sangat jelas dan ketat untuk berperang. Tujuannya adalah memastikan bahwa perang hanya dilakukan untuk membela diri dan dengan cara yang adil, bukan untuk agresi atau kehancuran. Pertama, batas yang tidak boleh dilampaui. Perang hanya boleh dilakukan terhadap mereka yang benar-benar menyerang. Al-Qur'an secara tegas melarang umat Islam untuk melampaui batas dalam pertempuran. Prinsip ini menekankan pentingnya proporsionalitas, di mana respons harus sebanding dengan serangan.

Kedua, perlindungan bagi non-kombatan. Prinsip penting lainnya adalah perlindungan mutlak bagi non-kombatan. Al-Qur'an memastikan bahwa perempuan, anak-anak, orang tua, dan warga sipil lainnya harus tetap aman. Bahkan dalam situasi perang, jika ada musuh yang mencari perlindungan, ia harus diberikan tempat yang aman. Al-Qur'an memerintahkan umat Muslim untuk melindungi orang tersebut, memberinya kesempatan untuk memahami Islam, dan jika ia tidak memilih untuk tinggal, ia harus diantar kembali ke tempat yang aman.

Secara keseluruhan, prinsip-prinsip ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an berorientasi pada perdamaian. Meskipun perang diizinkan, itu hanyalah sebuah pengecualian yang diatur dengan sangat ketat. Al-Qur'an mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan proporsional dan tidak melampaui batas, karena Tuhan tidak menyukai mereka yang melampaui batas. Jadi, meskipun Islam mengakui perlunya pembelaan diri, ia selalu menekankan bahwa inti dari ajarannya adalah kedamaian dan keadilan.

Berdasarkan semua prinsip yang telah kita bahas, jelas bahwa Islam menyajikan gambaran yang seimbang. Di satu sisi, Islam adalah agama damai. Namun, ia juga memahami bahwa perdamaian sejati tidak dapat terwujud tanpa keadilan. Seperti pepatah yang sering kita dengar, "Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian." Oleh karena itu, Islam mengizinkan penggunaan kekuatan hanya sebagai alat untuk menegakkan keadilan—membela mereka yang tertindas dan memadamkan sumber penindasan, demi menciptakan perdamaian di muka bumi.

Penting untuk dipahami bahwa izin untuk berperang ini diberikan kepada tentara Muslim yang terorganisir dan berdisiplin. Ini bukan undangan untuk kekacauan, di mana setiap individu, terutama pemuda yang bersemangat, memutuskan untuk bertindak sebagai serigala tunggal dan menyerang musuh. Tindakan semacam itu hanya akan menciptakan kekacauan—tepatnya jenis fasad yang diperingatkan oleh Al-Qur'an.

Individu yang melakukan serangan sporadis dengan keyakinan mereka membela Islam justru merugikan masyarakat Muslim secara keseluruhan, merusak citra Islam, dan membahayakan sesama Muslim.

Singkatnya, Islam adalah agama damai, bukan agama perang. Meskipun ia mengizinkan penggunaan kekuatan, itu hanya dilakukan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi: menegakkan keadilan, membela kaum yang tertindas, dan pada akhirnya, membawa perdamaian sejati bagi semua.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Peran Orang Tua Mengajarkan Keselamatan pada Anak Oleh: Abdul Muhyi, Mahasiswa Institut Agama Islam....

Suara Muhammadiyah

14 December 2024

Wawasan

Salah Kaprah tentang Nasikh dan Mansukh (2) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univers....

Suara Muhammadiyah

17 April 2024

Wawasan

Meneladani Akhlak Manusia Agung dalam Kehidupan di Era Digital Oleh: Rumini Zulfikar Setiap tangga....

Suara Muhammadiyah

3 October 2023

Wawasan

Kecemasan Zaman Now, Jawaban dari Al-Qur’an Oleh: Baso Muh Wahidin, Mahasantri Pondok Hajjah ....

Suara Muhammadiyah

11 April 2025

Wawasan

Jelang Munas Satu Abad: Menyongsong Transformasi Kedua Majelis Tarjih (5) Oleh: Mu’arif Jika....

Suara Muhammadiyah

30 January 2024