Memahami Pola dan Tantangan Perkaderan Generasi Baru

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
94
Rakornas MPKSDI PP Muhammadiyah

Rakornas MPKSDI PP Muhammadiyah

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Berdasarkan survey dari Indikator Politik Indonesia, menyebutkan, hanya 5% anak muda Indonesia yang mengaku aktif dalam organisasi keagamaan. Dari hasil ini tentu memunculkan sebuah pertanyaan besar. Apakah sistem perkaderan di Muhammadiyah belum berjalan secara maksimal, atau memang dunia sudah berubah. 

Hasil riset yang lain mengatakan bahwa pola keberagamaan generasi baru cenderung lebih religius, tapi di sisi lain bersifat sangat personal, dan tidak pedulu kepada institusi keagamaan. “Karena mereka mencari pola keberagamaan yang lebih personal dan spiritual,” ujar Fajar Riza Ul Haq dalam Rakornas Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah (24/10). 

Mereka menganggap bahwa organisasi keagamaan hari ini tak relevan dengan kultur generasi baru yang sejatinya tak terlalu menyukai sesuatu yang terlalu formalistik dan herarkis. Kendala inilah yang membuat institusi keagamaan seperti Muhammadiyah perlu mereformulasi sistem perkaderannya. 

“Pola perilaku generasi baru hari ini adalah tidak suka herarki, tidak suka formalitas,” ujarnya. 

Alumni Pondok Sobron itu mengatakan, bahwa terjadi pergeseran pola pikir anak muda yang cukup signifikan. Di mana anak muda hari ini cenderung menghindari sesuatu yang terlalu bersifat formalistik dan herarkis. 

Menurut pembacaannya dari fenomena di atas, masa depan organisasi sejatinya tidak ditentukan oleh basis organisasi. Tapi ditentukan oleh sistem nilai dan dampak yang diberikannya. “Saya membaca beberapa hasil riset, bahwa sebenarnya masa depan organisasi keagamaan masih bisa relevan dan bertahan, serta bisa mengambil hati generasi baru, ketika ia berorientasi kepada nilai dan dampak sosial,” jelasnya. 

Orientasi keberagamaan di masa depan menurutnya sangat bergantung dari bagaimana nilai tersebut dimaknai, untuk kemudian memberikan dampak sosial kepada masyarakat. “Jadi, orientasi dakwah kita hari ini adalah berbasis nilai yang inklusif, dan dampaknya bisa dirasakan oleh semua kelompok dan golongan. Itulah dakwah rahmatan lil alamin Islam berkemajuan,” paparnya. 

Di era yang oleh Charles Darwin disebut sebagai era masyarakat pasca agama. Di mana masyarakat tak lagi peduli terhadap institusi keagamaan. Sudah saatnya Muhammadiyah menghadirkan perkaderan yang lebih cair, komunikatif, dan tidak herarkis. Di sini, Fajar pun mengusulkan sebuah sistem perkaderan berbasis profesi. Sebuah pola perkaderan kekinian yang ia yakini dapat mendongkrak proses kaderisasi di Muhammadiyah. (diko)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SERANG, Suara Muhammadiyah – Ribuan warga Muhammadiyah dan masyarakat umum memadati Alun-alun ....

Suara Muhammadiyah

31 August 2025

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Penjabat (Pj) Gubernur Riau, SF Hariyanto, meresmikan Masjid Taqwa M....

Suara Muhammadiyah

26 March 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - PT Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah kembali mengadakan rap....

Suara Muhammadiyah

1 June 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka menyambut Hari Bumi Sedunia (22 April), kami Pimpina....

Suara Muhammadiyah

22 April 2025

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah- Dalam Rangka Milad ke 60 tahun Institut Seni Indonesia Surakarta meng....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024