Membangun Sekoci-Sekoci Perkaderan Muhammadiyah di DIY
Oleh: Iwan KC Setiawan
(Wakil Ketua PWM DIY)
Perkaderan adalah usaha menyiapkan para penggerak dan pembawa misi persyarikatan. Sehingga perkaderan adalah misi suci untuk menyiapkan generasi penerus kepemimpinan Muhammadiyah. Kalau melihat posisi depan dan belakang, Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPK-SDI) adalah orang-orang yang berada dibalik layar. Tetapi mereka inilah yang memproduksi kader-kader yang akan tampil kedepan.
Bacalah pesan Prof Mukti Ali tentang perkaderan “Baik buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari baik buruknya Pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan. Jika Pendidikan kader sekarang ini baik, maka Muhammadiyah di masa yang akan datang akan baik, sebaiknya apabila jelek maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek” tentu pesan ini menjadi salah satu tesis pentingnya proses perkaderan di Muhammadiyah.
Tetapi perlu diingat proses perkaderan bukan sim salabim jadi, bukan kun fayakun. Proses perkaderan ibarat menanam benih tanaman. Benih yang ditanam itu akan menjalani proses yang panjang hingga menjadi pohon dan berbuah atau menjadi perindang. Bahkan ada benih, sebelum menjadi pohon, mati ditengah jalan. Sehingga benih adalah pusat perhatian yang perlu ditelateni, dipupuk, dirawat dan disayang.
Kader, Simpatisan dan Umat
Kader adalah lingkaran paling pusat dalam lingkar perkaderan. Lingkaran paling pusat jumlahnya sedikit, tetapi militan. Orang yang terpilih dan menjadi penggerak organisasi itulah kader. Lingkar selanjutnya adalah simpatisan. Simpatisan adalah lingkar yang lebih besar. Simpatisan adalah orang yang memiliki simpati, tetapi tidak sampai menjadi penggerak organisasi. Jumlah simpatisan lebih banyak daripada kader. Lingkar selanjutnya adalah umat. Umat adalah jutaan jamaah umat Islam, baik yang memiliki basis organisasi atau netral.
KH Ahmad Dahlan dan Kader-kadernya
Kita dapat belajar sejarah kepada KH Ahmad Dahlan dalam membangun proses perkaderan. Lingkaran utama kader KH Ahmad Dahlan adalah anak-anak muda yang sejak awal dididik oleh KH Ahmad Dahlan untuk menjadi kader Muhammadiyah. Upaya KH Ahmad Dahlan hingga dapat mendirikan Muhammadiyah sebenarnya tidak berdiri sendiri. Kaum muda yang bersedia mendukung KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Mereka berkontribusi antara lain dengan menjadi pengurusnya.
Aturan kolonial yang menyebutkan harus ada 7 orang yang bergabung dalam suatu organisasi membuat KH Ahmad Dahlan bersama 6 orang lainnya menyepakati hal itu. Mereka berenam adalah sosok yang disebut sebagai “murid-murid” KH Ahmad Dahlan, yaitu adalah : RH Syarkawi, H. Abdulgani, H. Syuja’, H. Hisyam, H. Fachrodin, dan H. Tamim.
Adalah Hamka yang menuliskan kaum muda murid KH Ahmad Dahlan yang menguatkan perjuangannya yang berliku-liku dalam mendirikan Muhammadiyah:
Yang membesarkan hatinya (Kiai Dahlan) adalah murid-muridnya yang muda-muda, seumpama Hadji Muchtar dan saudaranya Hadji Hisjam, Hadji Soedja dan Adiknya Hadji Hadikoesoemo dan Hadji Fahrodin dan beberapa jang lain jang lebih muda dan bersemangat, jaitu RH Hadjid, H Abdoel Aziz, Ahmad Hani dan lain-lain. Ahmad Hani kemudian mendirikan perkumpulan “Wal Wadjri”dan banjak menterjemahkan buku-buku jang penting ke dalam bahasa Indonesia, misalnya At-Tauhid karya Sjech Muhammad Abduh, Islam dan Materialisme buah tangan dari Sjech Jamaluddin Al-Afgani. Dalam Salinan Tauhid itu diakui bahwa KH A Dahlan “Mujaddid Islam” Abad 20 buat tanah Djawa. Murid-murid itulah jang melaksanakan tjita-tjita beliau, menjadi mubaligh kesana-kemari, menjampaikan da’wah perubahan.
KH. Ahmad Dahlan mengawali geraknya melalui pengajian-pengajian. Beliau senantiasa mencari peluang untuk mengisi pengajian dan menggerakkan pengajian. Beberapa kelompok pengajian ternyata kemudian menjadi cabang Muhammadiyah, lahirlah kader-kader “Muhammadiyah al awalun”. Pengkaderan awal dilaksanakan melalui pengajian-pengajian, seperti Ikhwanul Muslimin Taharatulqulub, Fathul Asror Miftahussa’adah dan Kelompok Wal’asri, serta kelompok pengajian lainnya.
Ahmad Jainuri dalam Muhammadiyah Gerakan Reformasi Islam di Jawa menjelaskan kelompok pengajian yang sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah banyak tersebar di Yogyakarta. perkumpulan ini ada yang akhirnya melebur menjadi Muhammadiyah dan ada yang tetap jalan dengan nama perkumpulan tersebut. Dari pengajian-pengajian tersebut, muncul kader-kader dakwah yang luar biasa, yang menyebarluaskan Muhammadiyah ke segala penjuru Nusantara.
Sekoci-Sekoci Perkaderan di DIY
Seperti lingkar kader yang menjadi inti pusat perkaderan. MPK-SDI juga perlu ngopeni simpatisan Muhammadiyah. Simpatisan Muhammadiyah adalah lingkar kedua dalam lingkar kader. Lingkar pertama atau kader inti adalah adalah ortom AMM dan Amal Usaha Muhammadiyah. Simpatisan Muhammadiyah adalah Angkatan Muda yang mengenal dan simpati kepada Muhammadiyah.
Sehingga perlu dibuatkan sekoci-sekoci. Sehingga mereka yang hendak naik ke dalam kapal besar bernama Muhammadiyah, sekoci yang bernama Remaja Masjid, komunitas olah-raga, komunitas penghobi, komunitas profesi dll akan merasa dirinya adalah bagian dari keluarga besar Muhamamadiyah. Ada rasa keterhubungan inilah, dikemudian hari akan menghasilkan kader-kader inti Muhammadiyah. Juga target 100.000 kader baru Muhammadiyah DIY dapat tercapai.
*disampaikan dalam Seminar Nasional Perkaderan Muhammadiyah, dalam rangka Rapat Kerja Wilayah MPK-SDI PWM DIY, Ahad 17 September 2023
Iwan KC Setiawan, Wakil Ketua PWM DIY
Editor: Arief Hartanto