Membedah Makna di Balik Godaan Nabi Yusuf

Publish

22 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
46
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Membedah Makna di Balik Godaan Nabi Yusuf

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Kembali saya hendak mengupas salah satu ayat Al-Qur'an yang sering disalahpahami. Ayat yang kita bahas hari ini adalah Surah Yusuf, ayat 24, yang artinya “Sesungguhnya wanita itu telah berkehendak kepadanya, dan dia pun akan berkehendak kepadanya seandainya tidak melihat bukti dari Tuhannya. Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kejahatan dan kekejian. Sesungguhnya dia adalah salah satu dari hamba-hamba Kami yang terpilih.” 

Kisah Nabi Yusuf adalah salah satu narasi paling dramatis dan menyentuh dalam Al-Qur'an. Ini bukan sekadar cerita, melainkan pelajaran tentang cobaan, godaan, dan keteguhan iman. Setelah dikhianati oleh saudara-saudaranya dan dijual sebagai budak, perjalanan Yusuf membawanya ke Mesir, di mana takdir menempatkannya di istana seorang pejabat tinggi bernama Potifar. Di sinilah cobaan terberatnya dimulai, bukan dari luar, melainkan dari dalam rumah yang menjadi tempat tinggalnya.

Istri Potifar, seorang wanita berkedudukan tinggi dan berkuasa, secara fatal terpikat oleh ketampanan dan kebaikan hati Yusuf. Ia tidak bisa menyembunyikan hasratnya dan terus-menerus mencoba merayu Yusuf. Meskipun dihadapkan pada godaan yang luar biasa besar dan posisi yang tidak berdaya, Yusuf tetap teguh pada prinsipnya, menolak setiap ajakan dengan tegas. Ia menyadari bahwa perbuatan itu adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan juga terhadap majikannya, Potifar, yang telah memperlakukannya dengan baik.

Puncak ketegangan terjadi pada suatu hari ketika sang istri merasa ada kesempatan. Ia mengunci semua pintu, mencoba menjebak Yusuf dalam situasi tanpa jalan keluar. Namun, alih-alih menyerah, Yusuf memilih untuk melarikan diri. Dalam upaya putus asa untuk menghentikannya, istri Potifar menarik jubah Yusuf dari belakang, merobeknya. Momen krusial ini menjadi saksi bisu atas pilihan sulit yang dibuat Yusuf—melarikan diri dari dosa, bahkan ketika segala hal tampaknya memaksanya untuk menyerah. Kisah sobeknya jubah Yusuf inilah yang kemudian menjadi bukti fisik dari kesuciannya, sebuah simbol kemenangan spiritual atas godaan duniawi.

Lalu, apa yang membuat ayat ini disalahpahami? Nah tafsir ayat ini adalah salah satu yang paling menarik dalam literatur klasik. Beberapa ulama klasik menafsirkan ayat ini secara harfiah, memisahkan kalimatnya menjadi dua bagian: “dan dia (Yusuf) menginginkannya” dan “seandainya dia tidak melihat bukti dari Tuhannya.”

Sebagian penafsir klasik, saat berhadapan dengan ayat ini, mengambil jalur yang memicu perdebatan panjang. Mereka menafsirkan ayat tersebut dengan pemahaman yang lebih literal dan dramatis. Menurut pandangan ini, hasrat terhadap istri Potifar bukanlah sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak Nabi Yusuf; sebaliknya, itu adalah godaan nyata yang hampir saja mengalahkannya. Dalam narasi ini, Yusuf digambarkan berada di ambang kekhilafan, dan hanya karena "bukti dari Tuhannya"—sebuah intervensi ilahi yang tiba-tiba—ia berhasil menahan diri.

Untuk menjelaskan apa "bukti" itu, para penafsir ini menciptakan cerita yang kaya akan detail dan keajaiban, membuat tafsir ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat. Ada yang menggambarkan Yusuf tiba-tiba melihat sosok ayahnya, Nabi Yakub, yang muncul seperti bayangan dan memarahinya, mengingatkannya akan kehormatan dan tugasnya sebagai seorang Nabi. Cerita lain yang tak kalah populer menyebutkan bahwa Yusuf melihat tulisan ayat-ayat Al-Qur'an—seperti larangan mendekati perbuatan zina—muncul secara ajaib di langit-langit ruangan, sebuah peringatan langsung dari Tuhan.

Narasi-narasi sensasional ini, meskipun memukau, mengubah makna ayat tersebut dari bukti keteguhan iman menjadi kisah tentang intervensi dramatis untuk menyelamatkan seseorang dari dosa yang hampir dilakukan. Dengan cara ini, fokus bergeser dari kekuatan karakter Yusuf ke keajaiban eksternal, membuat para pembaca mempertanyakan seberapa kuat sebenarnya keimanan seorang Nabi sebelum intervensi ilahi datang.

Namun penafsiran tersebut tidak sejalan dengan konteks Al-Qur'an secara keseluruhan. Ayat ini adalah kalimat bersyarat, mirip dengan kalimat dalam “Saya akan ketinggalan pesawat jika saya tidak bangun lebih awal.” Dalam hal ini, klausa "jika" (yaitu, seandainya dia tidak melihat bukti dari Tuhannya) datang setelah klausa utama. Oleh karena itu, makna yang benar adalah: “dia akan berkehendak kepadanya seandainya dia tidak melihat bukti dari Tuhannya.”

Ini berarti hasrat Yusuf tidak pernah ada. Kondisi "jika" itu tidak pernah terjadi. Yusuf, sebagai Nabi Allah, telah ditempa oleh keimanan sejak kecil dan mustahil baginya untuk memiliki niat buruk, apalagi terhadap wanita yang telah merawatnya.

Imam Al-Razi, seorang ulama besar Abad Pertengahan, juga menolak penafsiran yang keliru ini. Ia berpendapat bahwa Surah Yusuf secara konsisten menggambarkan Yusuf sebagai hamba yang saleh dan terpilih, yang juga ditegaskan di akhir ayat 24: “Sesungguhnya dia adalah salah satu dari hamba-hamba Kami yang terpilih.”

Jadi, jawaban atas pertanyaan di awal adalah: Tidak, Nabi Yusuf tidak pernah berkehendak melawan kehendak Allah. Ayat ini bukanlah bukti bahwa ia hampir melakukan dosa, melainkan bukti kuat tentang kesucian dan keimanannya yang teguh.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Akuntabilitas Manajemen Koperasi Syariah Oleh: Pepi Januar Pelita, Dosen FKIP Universitas Muhammady....

Suara Muhammadiyah

21 February 2025

Wawasan

Jangan Mempermainkan Agama Oleh : M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Pac....

Suara Muhammadiyah

23 August 2024

Wawasan

Dahlan dan Kennedy Oleh: Abdul Hafiz, Wakil Ketua PWM Bengkulu Kedua tokoh ini bisa dipastikan tid....

Suara Muhammadiyah

29 December 2023

Wawasan

Mengenal Cultural Violence dan Dampaknya  Oleh : Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak....

Suara Muhammadiyah

6 July 2024

Wawasan

Pokok Pikiran Agraria DPD IMM DIY Oleh: Syauqi Khaikal Zulkarnain, Ketua Bidang Agraria DPD IMM DIY....

Suara Muhammadiyah

25 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah