Dosen Bahasa Indonesia Uhamka dan STIKesMu Tegal Berikan Pelatihan di Ponpes Ahmad Dahlan Tegal
TEGAL, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka kolaborasi pengabdian kepada masyarakat antara STIKes Muhammadiyah Tegal dan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, dosen bahasa Indonesia pada kedua kampus tersebut memberikan pelatihan untuk memperkuat literasi para santri di Pondok Pesantren Ahmad Dahlan Tegal, Sabtu-Minggu, 27-28 Januari 2024. Adapun pelatihan yang diberikan berupa pelatihan kemampuan bercerita sebagai media dakwah. Dosen yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Nani Solihati dan Achmad Abimubarok sebagai tim dosen bahasa Indonesia Uhamka sedangkan Hendra Apriyadi dari STIKesMu Tegal.
Dosen Bahasa Indonesia Uhamka, Achmad Abimubarok menyampaikan bahwa pelatihan ini mengusung pelatihan kemampuan bercerita yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan para santri sebagai media dakwah. Abimubarok menekankan bahwa Al Quran memiliki banyak cerita, dan kemampuan bercerita sangat penting agar cerita-cerita tersebut dapat diresapi oleh masyarakat.
“Al-Quran banyak berisi kisah-kisah sehingga perlu disampaikan dengan cara tertentu agar dapat diresapi oleh orang lain. Salah satu caranya dengan meningkatkan keterampilan berceritanya.”
Senada pernyataan dari Hendra Apriyadi, Dosen Bahasa Indonesia STIKes Muhammadiyah Tegal, bahwa dengan meningkatnya kemampuan bercerita, para santri Pondok Pesantren Ahmad Dahlan diharapkan dapat menjadi pendakwah yang lebih efektif dan kreatif. Para santri diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai Al Islam dan Kemuhammadiyah dengan cara yang lebih menarik dan mudah dicerna oleh masyarakat.
Hendra , Mengapresiasi atas kolaborasi pengabdian kepada masyarakat semoga dengan adanya kegiatan ini bisa bermanfaat untuk kemajuan Amal Usaha Muhammadiyah khususnya dalam peningkat budaya literasi membaca , menulis dan berbicara dengan bengan menggunakan bahasa Indonesia ”
Dalam pelatihan ini, tim pengmas memfokuskan pada empat hal, yaitu kepercayaan diri, olah suara, ekspresi dan gerak tubuh, serta penggunaan media. Kepercayaan diri menjadi tonggak dasar agar suara, ekspresi, gerak tubuh, serta penggunaan media dapat digunakan secara maksimal. Dalam hal suara, santri perlu melatih karakter, artikulasi, jeda, intonasi, dan tekanannya. Dalam hal ekspresi dan gerak tubuh, santri harus melatih kepekaan rasa dan gerakan tubuh yang merepresentasikan cerita. Dalam hal penggunaan media, santri diperkenankan menggunakan media yang dapat memudahkannya dalam bercerita.
Dalam pelaksanaan pelatihan, terlihat antusiasme yang tinggi dari para santri. Mereka aktif mengikuti setiap sesi pelatihan dan terlibat secara langsung dalam latihan keempat aspek yang diajarkan. Pelatihan kemampuan bercerita ini tidak hanya menjadi momen pembelajaran tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat kolaborasi antara Dosen Uhamka dan Dosen STIKes Muhammadiyah Tegal dalam memberikan kontribusi pada pengembangan kemampuan santri di bidang bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara.
Hendra berharap pelatihan ini dapat memberikan kontribusi positif pada pendidikan holistik para santri Pondok Pesantren Ahmad Dahlan, mempersiapkan mereka untuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan umat Islam secara lebih luas. (HA)