Menakar Janji Calon Presiden
Oleh : Ahsan Jamet Hamidi
Muhammadiyah berhasil menghadirkan seluruh Calon Presiden dan Wakilnya di Kampus-kampus Muhammadiyah untuk berdiskusi. Pasangan Anies dan Muhaimin hadir di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pasangan Ganjar dan Mahfud MD. di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sementara Prabowo hadir tanpa ditemani pasangannya di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Janji Para Capres
Dalam forum itu, Anies menyampaikan gagasan tentang visi pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik belaka. Jauh lebih penting membangun kualitas sumberdaya manusia. Prinsip pembangunan juga harus bertumpu pada karakteristik masing-masing daerah. Tidak boleh ada penyeragaman. Anies berjanji akan menjamin kebebasan menyampaikan kritik kepada penyelenggara Negara. Dengan begitu, maka control and balance dalam pengelolaan Negara bisa terwujud.
Ganjar banyak bercerita tentang pengalamannya selama 10 tahun memimpin Propinsi Jawa Tengah. Mulai dari upaya merawat toleransi di tengah warga yang majemuk, hingga upaya meningkatkan kesejahteraan guru-guru. Dia berjanji akan mengelola sistem pendidikan, pengelolaan haji dan umroh yang lebih baik. Janji lainnya adalah terkait pengelolaan zakat yang lebih maksimal, sehingga dana zakat bisa menjadi sarana pemenuhan hak azasi warga negara.
Prabowo akan menerapkan program hilirisasi 21 komoditas andalan. Dia akan melarang ekspor beberapa komoditas penting ke Negara lain. Mendahulukan kepentingan dalam negri adalah agenda utama. Untuk menghentikan resiko ancaman stunting, Prabowo berjanji akan memberi makan siang gratis di sekolah-sekolah dan pesantren di seluruh Indonesia. Dengan begitu, maka Indonesia ke depan akan memiliki sumber daya manusia unggul.
Dari ke tiga perhelatan itu, saya hanya bisa menghadiri satu forum yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Selebihnya cukup dengan melihatnya melalui rekaman dari YouTube.
Saya terkesan dengan gaya sang moderator dalam membawakan alur diskusi. Selalu ada humor segar, cerdas tanpa kehilangan substansi. Prof. Abdul Mu’ti sangat piawai dalam memoderatori acara. Suasana di panggung dan di kursi penonton terasa rileks namun tidak kehilangan konsentrasi. Para panelis pun mampu memberikan pertanyaan tajam, meski terkendala waktu, hingga tidak semuanya bisa terjawab dengan tuntas minus perdebatan.
Melokalkan Gagasan
Saya mengapresiasi gagasan Muhammadiyah untuk menghadirkan para Pasangan Capres. Mereka bisa menyampaikan gagasan, berdiskusi sehingga bisa ternilai kualitas gagasan masing-masing. Forum itu telah menjadi medium pembelajaran sangat berharga. Warga Persyarikatan bisa memiliki pengetahuan hingga beragam pilihan. Tidak asal ikut pada pilihan tokoh panutan yang dianggap berkharisma dan seterusnya.
Sebagai Ketua Ranting, saya melokalkan gagasan Muhammadiyah tersebut pada tingkat yang lebih rendah. Pada Ahad, 26 November 2023, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso menghadirkan 5 orang Calon Anggota Legislatif dari berbagai jenjang (DPR RI, DPRD Propinsi dan DPRD Kota) dan dari berbagai Partai Politik, untuk berdialog dengan Warga Persyarikatan.
Forumnya dibuat ringan, bebas, dan terbuka. Para CALEG bisa menyampaikan gagasan, lengkap dengan janji-janji indahnya. Warga Persyarikatan juga akan bebas menilai, menyampaikan aspirasi, hingga kritik. Bahkan mereka bisa menagih janji kepada Anggota Dewan Petahana.
Membijaksanakan Janji
Saya tidak akan terlalu serius menanggapi janji para calon Presiden. Bahkan, jauh-jauh hari, saya sudah menyediakan ruang keihlasan yang begitu lebar, ketika janji-janji itu tidak bisa dipenuhi. Meski begitu, saya akan tetap mencatat dan mengingat janji mereka, untuk menjadi pembelajaran berharga di masa yang akan datang.
Ada jarak di antara janji yang diucapkan di atas mimbar, dengan praktiknya di lapangan. Janji itu mudah diucapkan. Cita-cita, juga mudah dirangkai dengan kalimat apik dan diucapkan dengan mulut manis. Tapi, di luar sana, ada jalan terjal yang sangat berliku. Tidak mudah bagi para pengumbar janji untuk menemukan jalan mulus menuju capaian cita-cita, apalagi memenuhinya.
Kesadaran saya selalu mengungkit, bahwa janji para politisi itu berbeda dengan lainnya. Bukan seperti janji Qais kepada Laila (romansa Laila Majnun) atau janji Pak Kamidi kepada anak perempuannya yang berhasil meraih beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Keliru, jika saya berniat terlalu percaya terhadap propaganda kemanjuran obat kurap yang dijual bebas di emperan Toko Pasar Mester Jatinegara.
Saya harus bisa meletakkan janji-janji para politisi pada ruang batin yang sarat dengan kesadaran, ketika janji itu tidak dipenuhi. Saya harus sadar, bahwa suara hanyalah satu, di antara ratusan juta suara lain yang ada di Negeri ini. Saya harus memahami, bahwa di belahan tempat lain, ada suara-suara lain yang juga meminta dipenuhi aspirasinya. Lalu apa yang membuat saya menjadi istimewa? Toh saya tidak sedang meminta kepada Tuhan.
Usai menonton dan mengikuti acara dialog, saya bertanya dalam hati, apakah tampilan para Pasangan Calon Presiden itu mampu mengubah pilihan para calon pemilih ya? Saya sih tidak akan berubah. Pun saya tidak mampu menyimpulkan pilihan orang lain hanya berdasarkan amatan sekilas. Respons spontan yang muncul dari mereka yang hadir dalam ruang pertemuan besar itu sangat dinamis hingga menimbulkan beragam tafsir.
Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso