"Mencari Simpati Hati dan Suara Pemilih"
Oleh: Rumini Zulfikar
Pemilu Tahun 2024 saat ini memasuki tahapan kampanye bagi calon presiden, wakil presiden, serta para calon Anggota Legislatif, yaitu DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota. Mulai tanggal 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024, salah satu tahapan yang telah menjadi regulasi dalam penyelenggaraan pemilu, dalam hal ini adalah peraturan KPU tentang tahapan Kampanye bagi Peserta Pemilu baik Partai, Capres Cawapres, calon legislatif, selama tujuh puluh lima hari. Para kontestan diberi ruang dan waktu untuk berkampanye kepada seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih, baik itu dengan terbuka, tertutup, pemasangan atribut, dan berkampanye lewat media masa baik elektronik maupun cetak serta lewat media online.
Dengan kampanye, diharapkan menjadi sebuah wahana bagi para peserta kontestan, baik capres cawapres, partai politik, calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten maupun calon DPD untuk menyajikan atau mengenalkan visi, misi, program kerjanya. Sehingga masyarakat yang memiliki hak pilih dapat mengetahui sebenarnya yang menjadi gagasannya. Dengan demikian, rakyat yang akan memilih sudah memiliki gambaran yang jelas sehingga dalam menentukan pilihannya sesuai hati nuraninya. Apalagi bagi pemilih di kalangan kaum milenial atau generasi Z yang mencapai 56,45 juta pemilih, hal ini tidak boleh dianggap remeh karena dengan bonus demografi yang mencapai 56,45 juta tersebut banyak diperhatikan oleh para calon dan partai politik.
Sangat tepat, Persyarikatan Muhammadiyah menggelar dialog umum bagi calon presiden dan wakil presiden. Dialog umum ini dilaksanakan dari tanggal 22 hingga 24 November 2023, yang mengundang calon baik paslon No1, 2, 3, bertempat di tiga Universitas Muhammadiyah, baik di UMS, UMJ maupun di UM Surabaya. Persyarikatan mempunyai tanggung jawab dan memberikan ruang bagi para paslon untuk memaparkan visi, misi, program kerja sehingga bagi para calon ini dalam memotret kehidupan bangsa dan bernegara dalam hal kepemimpinan nasional agar benar-benar sesuai dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa ini.
Dari diskusi umum bagi pemimpin bangsa tersebut, para paslon dengan taglinenya mulai dari mengusung tema yaitu untuk paslon No 1 yaitu dengan Perubahan, paslon No 2 Transformasi Strategis, sedangkan paslon No 3 membangun Indonesia yang unggul. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH Haedar Nashir, Msi, menyatakan bahwa dialog umum bagi pemimpin bangsa ini merupakan ikhtiar Muhammadiyah dalam berliterasi kepemimpinan nasional dengan pemilu. Diharapkan akan muncul gagasan ide-ide bagi para calon tersebut untuk mensejahterakan rakyat Indonesia, serta tetap menjaga persatuan dan kesatuan seluruh anak bangsa. Jangan sampai pemilu dijadikan ajang untuk saling membunuh karakter para calon itu sendiri.
Dari dialog umum tersebut, banyak dihadiri audensi baik kaum milenial, pemilih pemula maupun kaum tua sehingga dialog tersebut relevan untuk semua umur. Sebagai langkah tersebut, persyarikatan Muhammadiyah bagi para paslon ditakdirkan menjadi presiden dan wakil presiden. Tidak lupa, janji-janjinya harus sesuai dengan kemampuannya. Sebagai pemantik dan ada sebuah keterikatan, PP Muhammadiyah memberikan sebuah souvenir berupa plakat Anggota Kehormatan Muhammadiyah yang diterima langsung oleh Anies Baswedan, Gus Abdul Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo, Mahmud MD, Prabowo Subianto. Sedangkan Gibran tidak hadir, sehingga beliau tidak menerima plakat. Ini merupakan cara da'wah Muhammadiyah dengan politik kebangsaan sehingga suatu saat para paslon yang terpilih, jika tidak sesuai dengan harapan rakyat, Muhammadiyah dalam mengingatkan para paslon dalam menjalankan amanah tidak sesuai harapan, Muhammadiyah tidak canggung untuk mengingatkan atau memberikan kritik yang kritis yang membangun.
KAMPANYE DAN CERUK SUARA
Kita tahu bahwa dalam hal politik praktis adalah kekuasaan, maka ini harus menjadi perhatian bagi para paslon. Maka para paslon dan tim sukses ini harus bisa menampilkan gagasan, ide, visi, misi, program kerja yang bisa menjadi branding untuk mengeruk suara sebanyak-banyaknya. Para calon harus menggunakan cara-cara yang cerdas, membangun sebuah narasi yang baik, dengan fatsoen politik atau etika politik yang baik. Memanusiakan rakyat dengan pendekatan dari hati-kehati kepada rakyat Indonesia, memanusiakan rakyat, tidak menyebar hoax.
Bagi pemilih setelah melihat, mendengar penyampaian visi, misi, program kerja baik para paslon, partai politik, maka harus juga harus jeli dalam menentukan pilihan. Jangan sampai tergiur dari luarnya saja atau jangan sampai membeli kucing dalam karung. Maka bagi pemilih, terutama pemilih pemula, dalam menentukan pilihannya harus benar-benar tepat. Tugas para pemangku yang punya otoritas dalam pemilu, yaitu KPU, BAWASLU, partai politik, para calon peserta Pemilu harus ekstra dalam memberikan sosialisasi dan dalam hal ini kampanye bisa dipergunakan untuk memberikan sosialisasi tersebut dengan media sosial maupun tatap muka langsung atau dengan cara-cara yang inovatif dan kreatif.
Semoga tahapan kampanye bisa menjadi wadah interaksi antara calon dan rakyat. Maka bagi para kontestan dan tim sukses harus menampilkan dengan anggun, simpati pada rakyat, jangan sampai rakyat atau pemilih tidak didengar keluh kesahnya, apa yang menjadi kebutuhan pemilih atau rakyat. Jika tidak bisa menarik simpati pemilih, sangat mustahil para kontestan tersebut akan dipilih. Sebagai pemilih yang akan memberikan mandatnya, maka yang diperlukan adalah adanya satu frekuensi dengan para peserta kontestan pemilu. Maka jadilah pemilu yang cerdas serta sinergi, kolaborasi semua pemangku penyelenggara maupun peserta pemilu sehingga nanti selain pemilu yang luber, jujur, dan beradab. Sehingga bangsa ini dengan perubahan transformasi strategis untuk Indonesia unggul akan terwujud. Dengan demokrasi yang sehat, dengan sebuah perubahan dengan Revolusi Akhlak atau perilaku yang bisa menjadi suri tauladan yang baik.
Semoga kampanye bisa menjadi wahana untuk memberikan pendidikan politik yang baik bagi rakyat Indonesia sehingga hak-hak rakyat dalam menentukan pilihannya dapat terpenuhi.
TIMBAL BALIK
Sehingga nanti jika dalam berkampanye para kontestan dalam mensosialisasikan visi, misi, program kerja dengan baik dan itu secara logika bisa masuk, maka para calon akan bisa mendulang suara yang sebanyak-banyaknya. Tapi apabila sebaliknya, maka para pemilih tidak simpatik dan tidak akan memilih. Maka sebenarnya kualitas penyelenggaraan pemilu menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Dan semoga Pemilu 2024 menjadi pemilu yang berkualitas dan beradab.
Penulis: Ketua PRM Troketon, Pedan, Klaten, serta Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten Periode Muktamar 48.